Renovasi Panggung Sangga Buwana Dibiayai Secara Swadaya Mandiri

  • Post author:
  • Post published:August 4, 2025
  • Post category:Budaya
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Renovasi Panggung Sangga Buwana Dibiayai Secara Swadaya Mandiri
PADAT KARYA : Proyek renovasi Panggung Sangga Buwana yang kini sedang berlangsung di dalam kawasan sakral Kraton Mataram Surakarta, menjadi contoh bahwa kraton tetap mengedepankan paugeran adat dalam setiap aktivitas kehidupannya. Termasuk proyek yang harus "padat adat", tak sekadar "padat karya". (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sadar Betul, Negara Sedang Mengalami Kesulitan di Bidang Keuangan

SURAKARTA, iMNews.id – Menara yang punya kegunaan “multi fungsi” setelah dibangun Sinuhun Paku Buwana (PB) III untuk memulai “karya-karyanya” selama jumeneng nata (1749-1788), kini sedang dalam masa renovasi. Perbaikan dalam skala sedang itu, dibiayai secara swadaya mandiri yang dikumpulkan dari kalangan kerabat.

Tak ada penjelasan mengenai perkiraan biaya yang dialokasikan atau dibutuhkan untuk renovasi itu, namun pekerjaan renovasi dimulai setelah kondisi bangunan menara yang dikenal dengan nama Panggung Sangga Buwana itu, beberapa kali ditinjau Menteri Kebudayaan, Fadli Zon. Peninjauan terakhir dilakukan menteri, kira-kira bulan Februari lalu.

Setelah peninjauan terakhir itu, beberapa hari kemudian diadakan “donga wilujengan” yang melibatkan beberapa tokoh yang melakukan supervisi secara teknis bangunan dan teknis kepurbakalaan dari lingkungan Kementerian Kebudayaan. Kraton Mataram Surakarta memiliki abdi-dalem yang ditugasi menyusun perencanaan teknis semua bangunan kraton.

Ir Suwadi adalah salah seorang abdi-dalem yang pernah menyusun secara teknis perencanaan revitalisasi kraton secara menyeluruh, jauh sebelum 2017. Ada beberapa bangunan yang masuk dalam perencanaan, sudah terwujud dilakukan revitalisasi, di antaranya kompleks Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, kompleks Pendapa Sitinggil Lor dan sebagainya.

PENINJAUAN TERAKHIR : Walau Kementerian Kebudayaan yang ia pimpin tidak mengalokasikan anggaran secara khusus, tetapi Fadli Zon mengawal jalannya proyek renovasi Panggung Sangga Buwana yang dibiayai secara mandiri swadaya murni kalangan kerabat kraton itu, sampai peninjuaan terakhir dilakukan, Maret 2025. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Namun, perjalanan waktu ada perubahan besar situasi dan kondisi sosial, politik dan sebagainya, yang membuat kraton terkena “imbasnya”. Panggung Sangga Buwana yang sudah masuk dalam agenda perencanaan revitalisasi, tidak bisa diwujudkan sejak 2010 hingga datang “insiden mirip operasi militer 2017”. Yang sudah dimulaipun, “berpindah” ke tangan orang lain.

Sebagai ilustrasi, bangunan yang mulai direvitalisasi yang harus “berpindah” ke tangan orang lain akibat ada “perubahan politik” ekses “insiden mirip operasi militer 2017” itu, kini sudah mulai tampak “hancur” di beberapa titik lokasi. Bangunan Bangsal Pradangga yang berjejer tiga buah di depan Pendapa Sasana Sewaka itu, harus ditopang tiang bambu agar tidak ambrol.

Selain tiga bangunan Bangsal Pradangga yang biasanya menjadi daya dukung pelaksanaan tiap upacara adat besar di kraton, kerusakan juga sudah muncul di bangunan Pendapa Magangan. Bangunan itu pernah mendapat sentuhan renovasi besar jauh sebelum 2017 dan menjadi bangunan megah dan indah, tetapi difungsikan sebagai gudang penyimpan barang bekas selama 6 tahun.

Selain genting “sirab” jati bekas yang dilepas dari tiga bangunan Bangsal Pradangga, Pendapa Magangan juga dijadikan gudang untuk menaruh berbagai barang bekas lain sisa pembangunan sejak April 2017 hingga 17 Desember 2022. Ruang pendapa penuh barang dan kotor sekali pada Desember 2022, walau sudah beberapa kali dilakukan kerja bhakti resik-resik.

DIMULAINYA PEKERJAAN : Donga wilujengan dilakukan Bebadan Kabinet 2004 bersama beberapa supervisor yang ditugasi Kementerian Kebudayaan RI, untuk memulai pekerjaan renovasi Panggung Sangga Buwana, Maret lalu. Tatacara adat itu dipimpin RT Irawan Wijaya Pujodipuro (abdi-dalem juru suranata) di “topengan”, kraton. (foto : iMNews.id/Dok)

Kini, Bebadan Kabinet 2004 yang dipimpin Gusti Moeng sudah memasuki tahun ketiga bisa bekerja penuh di dalam kraton, sejak bisa masuk kraton dalam “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton 17 Desember 2022”. Tetapi, situasi dan kondisi secara umum di Tanah Air terjadi perubahan besar, sebagai ekses pandemi Corona dan akibat peralihan rezim pemerintahan.

Akibat dua penyebab yang memunculkan perubahan itu, masih pada posisi sama-sama kurang menguntungkan bagi kraton. Terutama, ketika memikirkan nasib sejumlah bangunan penting simbol Kraton Mataram Surakarta yang kondisinya semakin mengkhawatirkan dari hari ke hari. Sejumlah bangunan yang mengalami tingkat kerusakan tinggi itu, salah satunya Panggung Sangga Buwana.

Menara pandang sebagai bagian dari sistem pertahanan dan tempat meditasi Raja sejak Sinuhun PB III, mungkin menjadi satu di antara banyak bangunan ikonik di kraton yang agak beruntung. Karena, sejak rezim pemerintahan berganti di saat krisis akibat pandemi Corona memuncak di awal tahun 2025, Kementerian Kebudayaan justru serius memikirkan nasib Panggung Sangga Buwana.

Tetapi apa daya, negara sedang mengalami masalah keuangan akibat krisis global, sehingga tak bisa mengalokasikan anggaran untuk membantu sekadar renovasi saja di salah satu bangunan di kraton. Meskipun, sebelum berganti rezim pemerintahan, dua alun-alun milik kraton sudah sempat direvitalisasi dengan hasil dan proses “pengembaliannya” terkesan serba “nanggung”.

TATACARA PENGANGKUTAN : Untuk mengangkut gelondong kayu jati yang diambil dari hutan lindung Danalaya, Slogohimo, Wonogiri ke kraton, juga harus dengan tatacara adat seperti yang dipandu KRMH Suryo Kusumo Wibowo, Mei lalu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Namun, perhatian besar Kementerian Kebudayaan RI terhadap nasib Panggung Sangga Buwana, memang tidak mudah patah hanya karena keuangan negara sedang “defisit”. Masih banyak cara bisa dilakukan, yang salah satunya adanya dukungan untuk membuka jalan menghimpun kepedulian kalangan kerabat. Ada beberapa figur pejabat teknis ditugasi mengawasi pekerjaan renovasi itu.

Begitu “donga wilujengan” dipimpin abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro digelar di “topengan” Malige Pendapa Sasana Sewaka, sekitar Maret lalu, pekerjaan renovasi segra dimulai. Pekerjaan proyek renovasi Panggung Sangga Buwana, tidak seperti proyek-proyek gedung atau bangunan infrasttruktur perkantoran, yang memanfaatkan teknologi tinggi.

Proyek bangunan Panggung Sangga Buwana, harus dilakukan sesuai tatacara adat yang berlaku di kraton. Suasana padat-karya jelas tampak, walaupun tak melibatkan tenaga kerja manusia dalam jumlah banyak. Kesan tidak padat teknologi dan tidak padat modal, tampak dari peralatan yang digunakan banyak dari bahan bambu untuk merangkai tangga dalam menggarap unsur konstruksinya.

“proyek padat upacara adat”, adalah kesan yang sangat nampak pada penggarapan renovasi Panggung Sanga Buwana ini. Karena, setelah “donga wilujengan” mengawali pekerjaan proyek, masih ada beberapa tatacara adat lagi. Yaitu wilujengan untuk membawa kayu jati dari pohon yang tumbang di hutan lindung Danalaya, Slogihimo, Wonogiri dan tatacara adat pengangkutannya ke kraton.

DI PENGGERGAJIAN : Karena bengkel penggergajian kayu tidak memiliki fasilitas khusus untuk kenduri wilujengan dimulainya penggergajian, ketika RT Irawan Wijaya Pujodipuro hendak memimpin donga wilujengan, terpaksa menyesuaikan keadaan. Yaitu, duduk di atas gelondong kayu untuk memimpin doa. (foto : iMNews.id/Dok)

Sesampai di kraton dan gelondong jati diturunkan di Pendapa Magangan, dilanjutkan dengan tatacara mengendapkan kayu agar semakin berkurang kadar airnya. Selang beberapa bulan kemudian, Selasa (29/7) lalu, kraton menggelar donga wilujengan untuk dimulainya pekerjaan menggergaji gelondong kayu dari hutan Danalaya. Wilujengan dipimpin RT Irawan Wijaya Pujodipuro.

Tatacara memotong-motong gelondong jati menjadi bahan material yang dibutuhkan untuk berbagai titik lokasi konstruksi Panggung Sangga Buwana, harus dilakukan secara adat di tempat penggergajian di kawasan Desa Cuplik, Kecamatan Kota, Kabupaten Sukoharjo. Masih banyak proses berikut, sesuai urutan konstruksi yang direnovasi, sebagai bagian dari pekerjaan “padat adat”. (Won Poerwono/i1)