Agenda Khol Sultan Agung, Minggu (27/7), Masuk Bulan Sapar Tahun Dal 1959

  • Post author:
  • Post published:July 24, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Agenda Khol Sultan Agung, Minggu (27/7), Masuk Bulan Sapar Tahun Dal 1959
SEBUAH PROSESI : Ritual khol wafat Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma saat digelar Bebadan Kabinet 2004, bersamaan dengan peristiwa "Dekrit LDA" pada 8 Agustus 2024 lalu. Ritual itu didahului dengan sebuah prosesi kirab menuju Sasana Handrawina, seperti yang akan digelar Minggu (27/7) ini. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pakasa Cabang Kudus Serahkan Songsong Kepada Pengurus Makam Pangeran Puger

SURAKARTA, iMNews.id – Agenda kegiatan upacara adat yang dimiliki jajaran Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta di bulan Sura Tahun Dal 1959, diakhiri ritual “jamasan” dan “ganti langse” Astana Pajimatan Tegalarum, Senin (21/7) lalu. Memasuki bulan Sapar Tahun Baru Jawa ini, ditandai kegiatan khol Sultan Agung, Minggu (27/7) lusa.

Agenda peringatan wafat Raja ketiga Kraton Mataram Islam, Sinuhun Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma itu, disebut maju sehari dari tanggal seharusnya 2 Sapar karena beberapa pertimbangan. Salah satunya untuk memberi kesempatan semua elemen masyarakat adat bisa hadir, ketika digelar Minggu (27/7), tanggal 1 Sapar.

Staf kantor Sasana Wilapa membenarkan hal itu saat dimintai konfirmasi iMNews.id, Kamis (24/7)  siang tadi. Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) mengambil hari libur, Minggu untuk pisowanan itu, agar masyarakat adat berbagai elemen yang tinggalnya jauh dari kraton, bahkan jauh di luar Jateng, bisa ikut hadir.

Abdi-dalem itu juga menyebutkan, “dhawuh” pisowanan ritual khol di “gedhong” Sasana Handrawina, Minggu (27/7) mulai pukul 10.00 WIB itu, juga sudah mulai disebar. Di bagian logistik, staf lain di kantor Sasana Wilapa juga menyebutkan, abdi-dalem dan sentana tidak dibatasi jumlah perwakilannya yang akan sowan, tapi diperkirakan 800-an orang.

MAHASISWA CHINA : Gusti Moeng dan jajaran Bebadan Kabinet 2004 menerima kunjungan sejumlah mahasiswa China yang sedang belajar di UNS. Rombongan mahasiswa yang diantar dosen FIB itu diterima di ruang eks kantor Sinuhun PB XI, Rabu (23/7) kemarin. (foto : Dok)

Walau upacara adat “jamasan” dan “ganti langse” makam Sinuhun Amangkurat Agung, Senin (21/7) menjadi penutup agenda kegiatan upacara adat Kraton Mataram Surakarta, tetapi masih ada agenda kraton mendukung kegiatan di luar. Yaitu dukungan sejumlah prajurit Korsik Drumband Bregada Tamtama di Kecamatan Sumoroto, Ponorogo (Jatim).

Seperti disebut KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo), kraton hadir mendukung ritual “Tutup Sura” yang digelar Pakasa Gebang Tinatar di Bantarangin, Rabu (23/7). Ritual itu menjadi penutup rangkaian kegiatan Pakasa Ponorogo di bulan Sura sejak dibuka dengan event “Grebeg Suro” mulai 25 Juni lalu.

Bagi kraton, kehadiran para prajurit di event ritual “Tutup Sura” di Bantarangin, Ponorogo, juga menjadi penutup rangkaian kegiatan mendukung ritual di kalangan masyarakat adat di luar kraton yang digelar elemen Pakasa cabang. Karena ritual haul RT Alap-alap dan RAy Sriyah di Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo (Pati), tidak ada dukungan prajurit.

Wakil Pengageng Sasana Wilapa, KP Siswanto Adiningrat yang memimpin rombongan saat menghadiri khol dua tokoh di atas, Rabu (23/7) siang, tidak membawa prajurit yang biasanya untuk mendukung kirab. Sementara itu, Rabu siang itu juga, Gusti Moeng dan beberapa pejabat jajaran Bebadan Kabinet 2004 menerima kunjungan sejumlah mahasiswa China yang belajar di UNS.

RITUAL KHOL : KP Siswanto Adiningrat (Wakil Pengageng Sasana Wilapa) memimpin utusan-dalem dari Kraton Mataram Surakarta untuk menghadiri khol wafat Raden Ayu (RAy) Sriyah di Desa Wotan, kecamatan Sukolalilo, Pati, Rabu (23/7) siang. (foto : iMNews.id/Dok)

Sementara itu, menutup seluruh kegiatan di bulan Sura, Pakasa Cabang Kudus juga menggelar acara, yaitu menyerahkan dua songsong khas untuk “Pangeran Putra” kepada pengurus makam Pangeran Puger. Songsong itu diserahkan KRRA Panembahan Didik Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus) kepada Yuli Setiawan (Ketua Yayasan Pamong Makam Pangeran Puger), Senin (27/7).

Penyerahan yang berlangsung dalam upacara serah-terima sederhana di kompleks makam Pangeran Puger, Desa Demaan, Kecamatan Kota, disaksikan para pengurus makam dan yayasan serta pengurus Pakasa Cabang Kudus yang mendampingi KRRA Panembahan Didik Singonagoro. Songsong yang diserahkan sebagai salah satu bentuk kewajiban/tanggungjawab KRRA Panembahan Didik Singonagoro.

“Karena saya sudah menjadi keluarga besar pengurus makam Pangeran Puger, di sisi lain saya selaku ketua Pakasa Cabang Kudus yang salah satu bidang tugasnya pelestarian budaya, maka ada kewajiban dan tanggungjawab saya di situ. Kewajiban dan tanggungjawab itu bisa berupa melengkapi hal-hal yang diperlukan di kompleks makam”.

“Songsong merupakan salah satu bagian kelengkapan kompleks makam yang khas untuk leluhur Dinasti Mataram. Dan itu, menjadi bagian dari bentuk perawatan/pemeliharaan makam tokoh leluhur dinasti. Pemeliharaan makam merupakan bagian dari upaya pelestarian Budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta,” ujar Juru-Kunci II makam Pangeran Puger itu.

SERAH-TERIMA : Penyerahan dua songsong dari Pakasa Cabang Kudus kepada pengurus makam Pangeran Puger, dilakukan dalam upacara serah-terima sederhana di depan makam Pangeran Puger, Senin (23/7) lalu. KRRA Panembahan Didik Singonagoro tampak menyerahkan kepada Yuli Setiawan (Ketua Yayasan).(foto : iMNews.id/Dok)

Menurut Juru-Kunci II yang bernama lengkap KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro itu, sejak dirinya diterima secara resmi menjadi bagian keluarga besar pengurus makam Pangeran Puger, sudah muncul banyak gagasan membantu. Selain melengkapi berbagai kebutuhan makam dan pendukungnya, juga dipertimbangkan kesiapan pengurusnya menjadi abdi-dalem kraton.

Dan bagi KRRA Panembahan Didik yang sama-sama punya kaitan trah keturunan dari garis pangeran Puger selain garis trah Sunan Kudus itu, pertimbangan mangajak para pengurus makam “suwita” di kraton menjadi keharusan. Karena, kerjasama dan dukungan yang saling diberikan antara Pakasa Cabang Kudus dan pengurus makam, menjadi bentuk pengembangan Pakasa.

Berikutnya, ia merencanakan untuk melengkapi songsong sebagai simbol dinasti Mataram, adalah tombak atau “praos”. Tidak lama lagi akan segera disusul penyerahan tombak kepada pengurus makam atau yayasan Pangeran Puger. Selaku ketua yayasan, Yuli Setiawan yang dimintai konfirmasi iMNews.id, kemarin, membenarkan pihaknya sudah menerima sumbangan songsong itu.

“Ada dua songsong yang diserahkan ‘Kyai’ (sebutan KRRA Panembahan Didik selaku pengasuh 4 Majlis Taklim-Red). Yang satunya, saya lupa namanya. Ini menjadi pelengkap kompleks makam sebagaimana umumnya makam para tokoh leluhur Dinasti Mataram. Kami juga sudah rasan-rasan untuk melengkapi kebutuhan sarana operasional makam ke depan,” ujar Yuli Setiawan.

DUA SONGSONG : Dua songsong masing-masing payung kebesaran untuk Pangeran Putra (Pangeran Puger) dan payung bersusun khas Pakasa Cabang Kudus, menghiasi ruang makam Pangeran Puger. Para tokoh dari Pakasa Kudus dan yayasan pengurus makam, berfoto bersama sehabis serah-terima. (foto : iMNews.id/Dok)

Dituturkan, setelah dirinya diangkat menjadi Juru-Kunci II setelah MNg Zaenal Arifin selaku Juru-Kunci I, beberapa bulan lalu, langsung dihadapkan pada tugas masuk dalam kepanitiaan yang menggelar khol wafat Pangeran Puger. Kegiatan yang sudah menjadi event destinasi wisata spiritual itu, juga dilengkapi kirab budaya yang melibatkan Pakasa Cabang Kudus.

Kehadiran rombongan 60-an warga Pakasa Cabang Kudus yang punya ciri khusus dan ikonik khas abdi-dalem Kraton Mataram Surakarta itu, menjadikan kirab budaya khol Pangeran Puger, Sabtu (12/7) tahun 2025 itu, memiliki sentuhan estetika Budaya Jawa. Sementara, Pakasa Kudus juga menunggu sinyal warga sekitar makam Kyai Glongsor, Agustus ini. (won-i1)