Agar Anggota dari Wilayah Lain, Kembali ke Cabang Sesuai KTP Daerahnya
KUDUS, iMNews.id – Pengurus Pakasa Cabang Kudus mendorong terbentuknya pengurus Pakasa Cabang Rembang, karena 4 lembaga Majlis Taklim yang diasuhnya punya santri asal daerah luar daerah yang bergabung dengan Pakasa Kudus. Selain berasal dari Kabupaten Rembang yang belum terbentuk pengurus cabangnya, santri anggota Pakasa Kudus juga ada yang dari Demak dan Semarang.
Dorongan untuk pembentukan pengurus cabang di daerah yang belum ada pengurusnya, atau ada daerah yang sedang vakum pengurusnya, sejalan dengan beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat di Punjer, Sabtu sore (12/7). Dalam rapat “Pangarsa terbatas” itu, pengurus Pakasa Punjer berharap agar beberapa Pangarsa cabang mendorong terbentuknya cabang Pakasa baru.
Perihal dorongan dan bantuan pengurus Pakasa cabang yang sudah eksis terhadap daerah tetangga dekatnya yang belum terbentuk dan sudah ada tetapi vakum, diungkapkan KRAT Sukoco Joyonagoro, beberapa waktu lalu. Ketua Pakasa Cabang Nganjuk itu menyebutkan, dirinya ikut rapat bersama 8 Pangarsa cabang yang diundang, karena diharapkan bisa membantu “tetangganya”.
Meski begitu saat dihubungi iMNews.id, KRAT Sukoco mengaku tidak mendapat tugas dari Punjer untuk keperluan itu. Karena, Pakasa tetangga terdekatnya yaitu Cabang Ngawi, Kabupaten Madiun dan Cabang Pangeran Timur Kota Madiun, sudah punya pengurus cabang kuat. Sementara, tidak ada keterangan apakah tetangga dekat, Kabupaten Blitar dan Kota Kediri sudah punya cabang?

Sementara itu, KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro yang juga diundang rapat di antara 9 Pangarsa itu, mengaku tidak mendapat tugas dari Punjer, baik soal memberi dukungan maupun dorongan terbentuknya pengurus cabang baru atau tugas-tugas lain. Tetapi, Ketua Pakasa Cabang Kudus ini sudah sejak lama ingin membantu Pakasa Rembang terbentuk.
“Saya sudah sejak beberapa waktu, jauh sebelum ada rapat di Punjer, pernah berdikusi dengan beberapa santri saya yang juga anggota Pakasa Kudus. Mereka itu ada beberapa yang ber-KTP Rembang. Termasuk RT Masrukin yang mendapat musibah saat menjadi utusan Pakasa Kudus, hendak hadir di acara haul Pangeran Benawa I di Desa Watesaji, Pati, beberapa waktu lalu”.
“Termasuk dia, ada beberapa santri yang juga anggota Pakasa Kudus tetapi berKTP Rembang. Maksud saya, biar mereka bisa membentuk Pakasa cabang sendiri dan bersimpati pada pelestarian Budaya Jawa di daerahnya. Saya berharap Pakasa Rembang bisa terbentuk,” ujar KRRA Panembahan Didik Singonagoro.
Ketua Pakasa Cabang Kudus itu juga menyatakan, selain warga asal Kabupaten Rembang, ada pula beberapa santri anggota Pakasa Kudus yang berKTP Kabupaten Demak dan Kota Semarang. Untuk Kabupaten Demak sudah ada terbentuk pengurus cabangnya, yang cukup mengarahkan santrinya untuk memperkuat cabang dimaksud, sambil menunggu Pakasa Cabang Demak “eksis kembali”.

Disebutkan, dirinya punya 4 lembaga Majlis Taklim yang diasuh dan dimiliki jauh sejak dirinya dipercaya membentuk pengurus Pakasa dan menjadi ketuanya. Rata-rata ratusan orang santri Majlis Taklim berkegiatan bergilir, di 4 rumahnya secara terpisah di 3 kecamatan di Kudus. Mereka berasal dari daerah sekitar Kabupaten Kudus, bahkan dari Boyolali.
“Mudah-mudahan Pakasa Cabang Rembang segera terbentuk. Pengurus Cabang Demak juga bisa segera eksis kembali. Santri saya yang berKTP dari daerah, biar bergabung memperkuat cabang baru yang terbentuk. Apalagi, mereka sudah punya pengalaman baik di Pakasa Kudus. Kami senang ada cabang tetangga dekat semakin banyak,” harapnya.
Pada bagian lain juga diungkapkan KRRA Panembahan Didik Singonagoro, sampai Minggu (20/7) siang tadi pengurus cabangnya masih mendapat undangan kirab budaya secara beruntun dalam beberapa hari seminggu lalu, termasuk di Desa Kuthuk, Kecamatan Undaan. Terakhir Minggu (20/7) siang tadi, kirab budaya di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan untuk kali keempat.
Sampai 4 kali atau 4 tahun ritual khol wafat “Mbah Buyut Sipah” atau “Raden Ranggajaya” berjalan, Pakasa Cabang Kudus disebut selalu hadir memenuhi undangan kirab yang mendapat dukungan “eks pengurus Pakasa Cabang Pati” itu. Kehadiran Pakasa Kudus untuk mendukung kirab budaya, agar warga setempat merasa punya induk organisasi.

“Kami selalu hadir di Desa Karangrowo saat mengundang Pakasa Kudus untuk ikut kirab. Seperti siang tadi (Minggu, 20/7), kami membawa rombongan 10 orang ikut kirab. Agar masyarakat adat setempat paham, kami hadir membawa misi dari kraton. Yaitu misi pelestarian Budaya Jawa dan upaya pengembangan Pakasa,” tambahnya.
Tak hanya hadir di Desa Karangrowo yang berada di wilayah Kabupaten Kudus yang menggelar ritual khol tokoh leluhur mereka, masyarakat adat Desa Kuthuk, Kecamatan Undaan juga melakukan hal yang sama. Pakasa Cabang Kudus ingin diperkenalkan sebagai sarana pelestarian Budaya Jawa dan jalan pengabdian ke kraton.
Di acara khol “Mbah Buyut Sipah” atau “Raden Ranggajaya” di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Pakasa Cabang Kudus menurunkan rombongan kirab 10 orang membawa beberapa simbol khasnya, songsong bersusun. Selain dirinya, juga ikut serta ibundanya, Nyi MT Hj Tarmini Budayaningtyas (86). Di tempat lain yang menggelar kirab serupa, bahkan anak-cucunya ikut kirab.
Sementara itu, Sabtu malam (19/7), KRRA Panembahan Didik Singonagoro mengajak 100-an warganya berziarah di makam Kyai Glongsor yang masih terhitung leluhur trahnya dari garis neneknya. Makam prajurit Kraton Mataram Kartasura pada zaman Sinuhun Amangkurat IV hingga Sinuhun PB II itu, ada di Desa Rendeng, Kecamatan Kota.

Ziarah dan doa bersama yang dipimpinnya, dilanjutkan dengan penggantian “langse” penutup makam dan jamasan terompet “pusaka” peninggalan Kyai Glongsor yang bernama asli KRT Prana Kusumadjati itu. Sesudah mencuci terompet peninggalan prajurit “dhugdheng” (sakti-Red) itu, ziarah diakhiri dengan tabur bunga.
“Karena ruang cungkup makam sempit, hanya beberapa orang yang bisa masuk mengganti langse, jamasan terompet dan tabur bunga. Doa bersama di rumah ibu saya (Nyi MT Hj Tarmini Budayaningtyas) yang hanya berjarak 30 meter dari makam. Saat jamasan, banyak yang jagongan di luar makam,” tambahnya lagi. (won-i1)