Panitia dan Yayasan Pamong Makam Akui, Kirab Budaya Tahun 2025 Lebih Menarik

  • Post author:
  • Post published:July 14, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Panitia dan Yayasan Pamong Makam Akui, Kirab Budaya Tahun 2025 Lebih Menarik
SENTUHAN ESTETIS : Beginilah wujud sentuhan estetis Pakasa Cabang Kudus pada kirab budaya event ritual khol Pangeran Puger, yang digelar panitia, Jumat siang (11/7). Pakasa Kudus menjadi "representasi" estetika dan etik Kraton Mataram Surakarta yang menambah bobot makna dan daya tarik kirab itu. (foto : iMNews.id/Dok)

Karena Hadirnya Elemen Estetika Pakasa Kudus Sebagai “Representasi” Kraton

KUDUS, iMNews.id – Panitia event khol (haul) wafat Pangeran Puger dan Yayasan Pamong Makam Pangeran Puger serta kalangan pengurus makam di dalamnya, mengakui kirab budaya yang menandai haul untuk 17 Sura Tahun Dal 1959 di tahun 2025 ini lebih menarik dari pelaksanaan sebelumnya. Kirab budaya tahun ini bahkan dinilai lebih sukses dari berbagai sisi dibanding sebelumnya.

Pernyataan lugas yang berisi penilaian itu sekaligus pengakuan itu disampaikan Yuli Setiawan, Ketua Yayasan Pamong Makam Pangeran Puger yang juga duduk dalam kepanitiaan seluruh rangkaian event ritual khol tokoh leluhur Dinasti Mataram itu. Salah satu suksesnya, karena hadirnya unsur elemen estetis dari Pakasa Cabang Kudus yang menjadi “representasi” Kraton Mataram Surakarta.

“Betul. Baik peserta kirab maupun masyarakat yang hadir berziarah dan menyaksikan kirab sangat antusias. Tahun ini, bahkan ada peningkatan jumlah peserta kirab dan pengunjung. Dan karena doa dan dukungan semua pihak, khol dan kirab budaya tahun ini lebih sukses. Salah satunya, itu karena hadirnya Pakasa Cabang Kudus terutama dalam kirab mulai tahun 2025 ini,” ujar Yuli Setiawan.

Yuli Setiawan selaku ketua yayasan, saat dimintai jawaban atas sejumlah pertanyaan yang diajukan iMNews.id, Senin (14/7) siang tadi, memang tak banyak memberi uraian. Tetapi menyatakan setuju dan membenarkan semua pertanyaan tentang tanda-tanda lebih sukses dan salah satunya, karena hadirnya elemen estetis warga Pakasa Cabang Kudus yang baru mulai tahun 2025 ini dilibatkan.  

MELEPAS KIRAB : Para panitia, termasuk Yuli Setiawan (Ketua Yayasan) saat melepas kirab budaya event ritual khol Pangeran Puger tahun 2025 yang digelar Jumat (11/7) siang. Pakasa Cabang Kudus berpartisipasi dan “mewarnai” karena elemen estetikanya sebagai representasi Kraton Mataram Surakarta. (foto : iMNews.id/Dok)

Yuli Setiawan bahkan menyatakan akan berunding dengan anggota yayasan, pengurus makam dan pamong makam Pangeran Puger untuk menghadirkan rombongan utusan dari Kraton Mataram Surakarta pada ritual khol tahun 2026. Karena diakui, keberadaan makam Pangeran Puger, status lokasi makam dan legalitas Juru-Kunci serta tokoh yang bersemayam di situ, tak bisa dipisahkan dari keberadaan kraton.

“Nanti akan saya komunikasikan dengan kepanitian yang dibentuk bergilir dari unsur warga ‘rukun warga’ (RW) setempat,” ujar Yuli saat ditanya apakah setuju ada utusan kraton di antaranya prajurit hadir dan terlibat dalam ritual khol dan kirab budaya di tahun 2026?. Seperti tahun ini, kepanitiaan juga melibatkan warga (RW) selain penguru, pamong makam dan yayasan pamong makam.

Seperti diungkapkan secara terpisah KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro dalam beberapa percakapan hingga kemarin, mulai tahun ini warga Pakasa Cabang Kudus yang dipimpinnya dilibatkan dalam kepanitiaan, ritual ganti “luwur” dan kirab budaya event khol Pangeran Puger 2025. Pelibatan itu melalui proses komunikasi antara yayasan dan dirinya, dalam 2 tahun terakhir.

Dari proses komunikasi, ada kesepahaman mengenai posisi lokasi makam dan latar-belakang tokoh yang bersemayam sebagai bagian dari leluhur Dinasti Mataram. Bahkan, lokasi makam masih sah menjadi aset Kraton Mataram Surakarta sebagai lembaga pemilik sah sebelum ada NKRI. Baik makam dan para petugasnya, bahkan sudah mendapatkan penetapan tugas sah dari Kraton Mataram Surakarta.

BUKA LUWUR : Sebelum menghadiri undangan kirab budaya dalam ritual haul Adipati Tjitrasoma I-VII, Kamis siang (10/7), paginya KRRA Panembahan Didik Singonagoro masih sempat mengikuti ritual buka “luwur” di makam Pangeran Puger, Desa Demaan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. (foto : iMNews.id/Dok)

“Setelah para pamong makam dan yayasan kami ajak sowan ke kraton, lalu ada penegasan dari Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) soal posisi lahan makam sebagai aset dan abdi-dalem Juru-Kunci sebagai petugas kraton. Bahkan, saya juga diberi tugas yayasan sebagai Juru-Kunci II yang sudah ditetapkan pula dengan SK dari kraton,” ujar KRRA Panembahan Didik Singonagoro.

Mengenai berlangsungnya event ritual khol Pangeran Puger tahun 2025 ini, menurutnya sudah tidak ada waktu untuk membahas perencanaan. Karena di saat dirinya ditarik masuk menjadi Juru-Kunci II dan panitia khol, semua perencanaan sudah jadi dan rapat-rapat yang terjadi tinggal mematangkan pelaksanaannya saja. Namun, khusus untuk kirab budaya, warga Pakasa Kudus masih mendapat tempat.  

Tokoh dari trah darah-dalem Sunan Kudus dari Panembahan Makhaos yang menjadi Ketua Pamong Makam Kyai Glongsor itu juga menuturkan, kesempatan yang diberikan berupa pelibatan 60-an warga Pakasa Kudus dalam kirab, sudah merupakan penghargaan yang baik. Dan kehadiran warga Pakasa dengan berbagai properti kirab khas ikoniknya, menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta lain dan warga penonton.

Dengan 60-an orang yang dilibatkan termasuk beberapa remaja yang membawa “banner” identitas barisan, Pakasa Cabang Kudus memperkenalkan elemen estetis dari Budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta. Busana adat yang dikenakan semua warga Pakasa, menjadi sentuhan estetik, pemandangan baru dan berbeda yang bisa merepresentasikan Kraton Mataram Surakarta.

MENIKMATI JENANG : KRRA Panembahan Didik Singonagoro, sempat menikmati bubur atau “Jenang Suran” sebagai simbol ritual peringatan lahirnya “nagari” dan nama Surakarta Hadiningrat pada 17 Sura tahun Dal 1959 di tahun 2025 ini. Ia didampingi istri di teras Sasana Handrawina, Sabtu, (12/7) malam itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“kemarin, kami hanya membawa songsong bersusun termasuk tidak banyak. Karena, panitia membatasi Pakasa hanya 60-an orang. Itu saja, kami prioritaskan anak-anak (remaja), agar menjadi sarana regenerasi bagi kami Pakasa, dan bisa dicontoh masyarakat luas dalam tujuan pelestarian Budaya Jawa. Karena, tugas misi kami itu. Replika keris, juga hanya dua,” tunjuk KRRA Panembahan Didik.

Walau baru tahun 2025 ini dilibatkan dalam kirab dan beberapa tugas dlaam rangka khol, tetapi bagi Pakasa Cabang Kudus sudah ikut “mewarnai” tetapi tidak meninggalkan tugas utama. Karena, agenda awal khol, dirinya ikut membuka “luwur” yang dijadwalkan panitia, Kamis (10/7), baru kemudian kirab, Jumat (11/7). Karena, Sabtu (12/7), agenda Pakasa Kudus sowan kraton.

“Iya. Bagi Pakasa Kudus, agenda pisowanan upacara adat di kraton, adalah wajib mendapat prioritas didahulukan. Walau, pesan Gusti Moeng hanya satu upacara saja dalam setahun sudah cukup. Tetapi, kalau kami punya kesempatan, upacara adat di kraton seperti pengetan adeging nagari Surakarta 17 Sura ini, tetap menjadi piroritas untuk kami dahulukan, wajib sowan,” ujar KRRA Panembahan Didik.

Pakasa Cabang Kudus, termasuk cabang yang memiliki banyak agenda kegiatan, terutama hadir di pisowanan upacara adat di kraton dan memenuhi undangan Pakasa cabang tetangga yang menggelar ritual adat. Seperti tahun 2025 ini, dalam seminggu ada kegiatan di 4 lokasi yang tanggalnya berurutan selain khol Pangeran Puger dan hadir di ritual peringatan 289 lahirnya Surakarta Hadiningrat.

MASIH BISA KIRAB : Pulang dari kraton dan tiba di Kudus Minggu dini hari, beberapa jam kemudian dia bersama rombongan kecil Pakasa Cabang Kudus harus memenuhi undangan panitia mengikuti kriab haul makam seorang tokoh di Jati, Kabupaten Demak, Minggu siang (13/7). (foto : iMNews.id/Dok)

Bersama rombongan 10 orang, Pakasa Kudus hadir dalam pisowanan di “gedhong” Sasana Handrawina, Sabtu malam (12/7). Bahkan, KRRA Panembahan Didik tampak menikmati “Jenang Suran” didampingi istrinya. Kehadirannya bahkan mendahului seribuan peserta lain yang baru berdatangan mulai pukul 19.00 WIB. Karena, bersama 8 ketua (Pangarsa) Pakasa cabang lain, diundang khusus sore, untuk rapat.

Rapat yang dipimpin KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer bersama 9 ketua cabang, hanya membahas upaya mengaktifkan sejumlah cabang tetangga dekat para ketua itu. Menurut KRAT Sukoco (Ketua Pakasa Nganjuk), para pangarsa cabang yang diajak rapat dimintai bantuannya untuk memberi dorongan agar sejumlah Pakasa cabang tetangganya yang vakum, bisa bergerak bangkit dan aktif lagi. (won-i1)