Kabupaten Luwu Penghasil Besi Terbaik di Dunia Untuk Bahan Keris

  • Post author:
  • Post published:June 25, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Kabupaten Luwu Penghasil Besi Terbaik di Dunia Untuk Bahan Keris
TIGA PEMBICARA : Tiga narasumber dari akademisi (Kuntadi Wasi Darmojo), praktisi dari Sulawei (Andi Ranri) dan Bali (Beli Mangmong) dan moderator (Dr Sayid-FIB UNS), saat berbicara di seminar keris "Jambore Nasional Keris 2025" di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Rabu (25/6) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kitab Pararaton dari Zaman Majapahit, Menjadi Panduan Proses Pembuatannya

SURAKARTA, iMNews.id – Dari ajang Seminar Tosan Aji di hari ketiga Jambore Nasional Keris 2025 di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Rabu (25/6) siang tadi, terungkap fakta belum banyak diketahui publik secara luas. Para pembicara terutama Andi Tenri (Polo Jiwa) di tanah Bugis (Sulawesi) menyebut, besi terbaik di dunia untuk bahan pembuatan keris, terdapat di Kabupaten Luwu.

“Selain dunia mengakui, fakta itu tertulis dalam literatur, yaitu Kitab Pararaton. Kirab itu yang memberitahukan kepada kita, bahwa Empu Gandring di zaman Kraton Singasari (abad 11), menghasilkan keris yang bahannya besi dari Luwu (Sulawesi). Di sana juga tertulis, murid di bengkel (besalen) ada 100 orang dan lokasinya bisa dilacak dari kitab itu”.

“Jadi, 15 tahun lalu saya ini termasuk paling muda dalam masalah perkerisan di tanah Bugis. Dan, kami yang mempelajari serta membuat keris selama ini dari keluarga satu nenek. Kami sangat berterima kasih kepada Beli Mangmong. Karena setelah bertemu dengannya, kami bisa mencoba membuat keris. Sekaligus membuktikan besi yang punya kandungan rondium tertinggi dari wilayah kami itu,” ujar Ande Tenri.

Pernyataan Andi Tenri salah seorang empu sekaligus penggiat karya kriya keris khas Bugis itu, disampaikan saat berlangsung tanya-jawab dengan peserta seminar. Begitu pula saat menjawab pertanyaan Dr Sayid Mataram SSn MSN (FIB) UNS selaku moderator. Dua pembicara lain yang ditampilkan adalah Beli Mangmong Lembubara (Prapen Tabanan Bali) dan Kuntadi Wasi Darmojo (ISI Surakarta).

BELI MANGMONG : Seorang praktisi keris sekaligus konten kreator di bidang perkerisan di Tabanan, Bali, Beli Mangmong saat tampil sebagai narasumber pada seminar keris Jambore Nasional Keris 2025″ di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Rabu (25/6) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Selain fakta kekayaan bumi Nusantara yang kaya biji besi kualitas terbaik dunia, seminar di ajang Jambore Nasional Keris 2025 yang pertama ini juga mengungkap banyak fakta lain. Karena, informasi tentang perkerisan dari sudut akademisi, praktisi dan para pecinta/pengamat seni tosan aji, berdatangan dari penjuru Tanah Air. Seminarnyapun, menghadirkan para pembicara yang “mewakili” beberapa wilayah.

Berbagai jawaban yang mengungkap potensi kekayaan di berbagai wilayah di penjuru Tanah Air itu, datang dari pertanyaan moderator yang terkesan sengaja “memancing”. Yaitu, bagaimana para praktisi dan para akademisi bisa mewujudkan pelestarian budaya perkerisan di Tanah Air? Agar tidak sekadar menjadi wacana, karena ketika keris sudah diakui Unesco, tidak boleh berhenti.

Mewakili kalangan akademisi, Kuntadi Wasi Darmojo SSn MSn selaku dosen pengajar pada Program Studi Keris berharap, agar para akademisi dan praktisi, bahkan para pengamat dan pecinta tosan aji bisa bersinergi. Karena, upaya menjaga keris sebagai International Culture Heritage (IHC), tantang yang dihadapi sangatlah berat, selain karakter generasi “Z” juga elemen sosial religi.

“Oleh sebab itu, kami kalangan akademisi tidak bisa berdiri sendiri. Kami harus bersinergi dengan kalangan praktisi, pecinta tosan aji dan pengamat, bahkan pihak lain yang peduli seperti kraton, misalnya. Kalau berdasar pada ‘teks’ dan konteks’, maka kita tidak mungkin berbicara seperti ini di sini pada tahun 1800-an. Karena, tempat ini adalah tempat terhomat untuk Sinuhun,” ujar Kuntadi.

ANDI TANRI : Daeng Andi Tanri (Polo Jiwa) dari tanah Bugis (Sulawesi) juga tampil sebagai narasumber pada seminar keris Jambore Nasional Keris 2025″ di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Rabu (25/6) siang tadi. Ia banyak meriwayatkan budaya keris di Sulawesi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Karena sinergitas merupakan jalan terbaik untuk bersama-sama mewujudkan pelestarian budaya perkerisan di Nusantara, menurut Kuntadi menjadi sangat penting perwujudannya ketika Program Studi Keris di ISI juga mendapat kepedulian masyarakat perkerisan. Satu-satunya program studi di “alam semesta”, kata Dr Sayid, ada di ISI Surakarta, tetapi kini sedang kekurangan mahasiswa.

“Ini mumpung ketemu Beli Mangmong dan Daeng Andi, saya berharap ada generasi muda dari Bugis, Sulawesi dan Bali yang mau belajar di Prodi Keris. Tahun kemarin ada tiga mahasiswa, tahun ini bisa bertambah 1 atau dua orang. Ada beasiswanya lo. Perlu saya informasikan, ada hal menarik dan luar biasa selama saya bertugas di Prodi Keris ISI Surakarta”.

“Bahwa, hampir semua mahasiswa yang masuk ke Prodi Keris, rata-rata nol besar soal pengetahuan keris, bahkan secara ekonomis. Tetapi, hasilnya setelah mereka mengenal dan belajar dari semester ke semester, luar biasa. Mereka bisa memahami dan berkarya di luar perkiraan kami. Jadi, empu besar bisa lahir dari generasi Z dan berawal dari nol dalam banyak hal,” ujar Kuntadi.

Sementara itu, Beli Mangmong yang banyak dikenal melalui konten kreatif yang disebarkan melalui kanal YouTubenya, bisa disebut mewakili kalangan perajin dan pecinta keris di kalangan generasi “Z” di Bali. Jadi, perkembangan perkerisan di Bali tetap prospektif sampai jauh ke depan, karena generasi mudanya masih bangga mengenakan keris dan paham keris.

AKADEMISI KERIS : Kuntadi Wasi Darmojo adalah seorang akademi keris dari Prodi Keris ISI Surakarta. Ia mengisahkan sulitnya mendapatkan mahasiswa di Prodi Keris, saat menjadi narasumber di seminar keris Jambore Nasional Keris 2025″ di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Rabu (25/6) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Menurutnya, antara keris yang harus dipahami sebagai karya seni kriya logam dan keris yang sering dipahami sebagai benda klenik apalagi dianggap musyrik dan syirik, jelas beda. Karena, keris dibuat berdasar teori, dengan metode ilmiah, ada ukuran campuran bahannya, proses tempa dan “sangling” (poles), juga sangat rasional dan tak ada proses yang tak rasional di sana.

“Kalau dalam keris ada makna filosofi, berarti di sana ada rasionalitas yang jelas bukan klenik, musyrik atau syirik. Kalau filosofi, berarti filsafat atau merangsang untuk berfikir. Dengan begitu, keris harus dipandang secara rasional sebagai sebuah karta seni tosan aji keris. Kita harus membiasakan kerangka pikiran kita pada posisi rasional dalam melihat keris,” tandas Beli Mangmong.

Para pembicara dan moderator juga setuju, bahwa pelestarian budaya keris harus menjadi satu dengan nilai tambah pada aspek ekonomisnya. Hal yang disinggung KGPH Hangabehi dalam Sikusi Budaya hari kedua jambore, Selasa (24/6) mengenai nilai manfaat secara ekonomi, juga dicontohkan para pembicara dengan banyaknya peserta bursa dari kalangan UMKM tosan aji se-Nusantara di jambore 2025 ini.

Berbicara mengenai pamor karena ada peserta yang menanyakan, Beli Mangmong menyebut pada keris Jawa ada yang berpamor “Beras Wutah”, tetapi di Bali juga bisa ada pamor “Udan Beras”. Keduanya adalah elemen hasil tempa bahan sesuai lipatannya. Kalangan generasi “Z” di Bali yang diedukasi soal keris bertanya, dirinya sudah punya keris pamor “Udan Emas”, tapi tidak kunjung kaya-raya.

DEMO TEMPA : Prodi Keris ISI Surakarta juga dihadirkan di halaman Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, pusat penyelenggaraan Jambore Nasional Keris 2025″. Di dekat area pameran, lelang, bursa dan kontes keris itu, para seniman menggelar demo tempa keris, siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Kira-kira seperti itu pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kalangan generasi Z. Jadi, menggelikan dan sulit menjawabnya. Karena, pada literatur apapun tak ada bahasan soal itu. Tetapi, kita kembali ke proses berfikir rasional. Kalau kerangka berfikir kita bisa memahami keris sesuai tempatnya, pasti ada semangat untuk berkarya yang bisa mendatangkan rezeki dan jauh dari klenik,” ujar Beli Mangmong.

Jambore berlanjut hingga Kamis (26/6) besok, yang dimulai dari pagi sekitar pukul 10.00 WIB dengan pameran, bursa, kontes dan lelang yang disiarkan dengan live streaming. Besok masih ada upacara penutupan yang dijadwalkan akan dihadiri Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Dalam upacara itu juga akan diumumkan para pemenang lomba dan penyerahan hadiah serta door prize 1 unit mobil. (won-i1)