Sebanyak 326 Sentana dan Abdi-dalem Diwisuda di Bangsal Kasentanan dan Bangsal Smarakata

  • Post author:
  • Post published:June 21, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Sebanyak 326 Sentana dan Abdi-dalem Diwisuda di Bangsal Kasentanan dan Bangsal Smarakata
MEMBACAKAN PRASETYA : KGPH Hangabehi (Wakil Pengageng Kusuma Wandawa) membacakan ikrar prasetya untuk para calon wisudawan sebelum upacara wisuda sentana-dalem dilakukan di Bangsal Kasentanan dimulai, Sabtu (21/6) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dwija Sanggar Pasinaon Pambiwara Akan “Menyuluh” Cabang-cabang Pakasa

SURAKARTA, iMNews.id – Sebanyak 26 sentana-dalem dan 300 abdi-dalem menjalani upacara wisuda untuk menerima gelar baru dan kenaikan gelar kekerabatan yang dilakukan Bebadan Kabinet 2004, Sabtu (21/6) sejak pagi tadi. Upacara wisuda penyerahan “partisara kekancingan” berlangsung di Bangsal Kasentanan untuk sentana dan Bangsal Smarakata untuk abdi-dalem.

Sebanayak 26 sentana-dalem yang diwisuda KGPH Hangabehi (Wakil Pengageng Kusuma Wandawa) di Bangsal Kasentanan dan 300 abdi-dalem yang diwisuda KRMH Saptonojati di Bangsal Smarakata, didahului dengan upacara “wilujengan” yang dipimpin RT Irawan Wijaya Pujodipuro. Khusus untuk abdi-dalem, diberikan “pembekalan” singkat oleh KP Budayaningrat, dwija sanggar Pambiwara.

Upacara wisuda untuk dua kategori “abdi-dalem” di dua tempat terpisah, berlangsung hampir bersamaan mulai pukul 10.00 WIB. Karenanya, abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro yang memimpin doa wilujengan, harus berpindah tempat dari Bangsal Kasentanan yang dijadwalkan “didoakan” lebih dulu, baru kemudian pindah ke Bangsal Smarakata untuk memimpin doa.

Namun, pembekalan singkat yang diberikan KP Budayaningrat tentang kebutuhan dasar untuk menjadi “abdi-dalem” dan “suwita” di kraton, tidak diberikan di forum wisuda di Bangsal Kasentanan. Padahal, di antara 300 abdi-dalem yang akan diwisuda, diberi pembekalan sampai dua tahap terpisah, di Bangsal Smarakata maupun di Bangsal Marcukunda tempat persiapan semua wisudawan.

IKUT DIWISUDA : Ketua Pakasa Cabang Magelang KRT Bagiyono Rumeksonagoro tampak menerima “partisara kekancingan” sebagai salah satu tanda upacara wisuda atas kenaikan gelarnya menjadi “KRAT”. Ia bersama 300-an abdi-dalem diwisuda di Bangsal Smarakata, Sabtu (21/6) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Iya. Tadi saya mendapat tugas untuk memberi pembekalan singkat. Yang pertama untuk pangkat Lurah (ML) hingga Bupati Anom (RT) dan yang kedua untuk pangkat Bupati Sepuh dari KRT hingga KRAT. Ini sangat penting, karena untuk peristiwa wisuda ini pesertanya campuran. Baik yang berasal dari siswa atau lulusan sanggar, maupun dari luar itu, termasuk Pakasa”.

“La yang dari siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara dan para lulusannya (Pasipamarta), sudah punya bekal cukup dari kurus selama 6 bulan. Yang dari warga Pakasa itu rata-rata minim bekal pengetahuan tentang abdi-dalem dan pasiwitan. Misalnya, soal stelan busana yang tepat sesuai kepangkatannya, soal tata-basa Jawa, soal lampah dhodhok banyak yang awam,” sebut KP Budayaningrat.

KP Budayaningrat membenarkan bahwa ketika berlangsung upacara wisuda penyerahan “partisara kekancingan” gelar kekerabatan seperti yang berlangsung Sabtu (21/6) siang tadi, terlihat jelas sekali perbedaannya. Beda antara calon wisudawan yang berasal dari siswa/lulusan Sanggar Pasinaon Pambiwara dan yang dari luar sanggar misalnya kalangan warga Pakasa.

Perbedaan itu terletak dari sedikitnya tiga hal yang dicontohkan di atas, yaitu protokoler baku yang berlaku pada upacara wisuda. Misalnya, ketika namanya disebut, langsung menjawab “Nun, kula”. Dan ketika dipersilakan maju untuk menerima “kekancingan”, langsung menjawab “sendika”. Tetapi wisudawan dari luar itu, sering diam atau menjawab dengan kata-kata lain.

TIDAK BISA : Pemandangan di foto itu memperlihatkan beberapa abdi-dalem calon wisudawan tampak berjalan membungkuk tetapi bukan “laku dhodhok”. Karena, mereka yang bersiap untuk menerima wisuda di Bangsal Smarakata, Sabtu (21/6) siang tadi itu, bukan siswa/lulusan Sanggar Pasinaon Pambiwara. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Contoh berikutnya adalah, ketika calon wisudawan dipersilakan menuju tempat penyerahan “kekancingan”, bagi kalangan siswa/lulusan sanggar Pambiwara dengan cekatan “laku dhodhok”, sesuai yang diajarkan di sanggar selama 6 bulan. Karena, pengetahuan yang satu ini bagi semua abdi-dalem di kraton, bukan hanya dimengerti tetapi harus dijalani saat ada pisowanan.

KP Budayaningrat juga menyebut, banyak di antara abdi-dalem calon wisudawan dari luar siswa/lulusan sanggar Pambiwara, stelan busananya “bermasalah”. Baik karena model blangkon yang tak sesuai kepangkatan, maupun potongan beskap dan jenis/motif “jarik”-nya yang juga tidak sesuai dengan status dan kepangkatannya, karena soal tata-busana di kraton ada aturan bakunya.

“Soal aturan baku tata-busana bagi abdi-dalem, kalau bagi siswa sanggar Pambiwara atau lulusannya (Pasipamarta), pasti sudah tahu dan jarang bermasalah saat mengikuti upacara wisuda seperti ini. Maka, kami sedang berpikir mencari cara untuk mengatasi kekurangan itu. Karena, kalau sudah dikenal masyarakat luas sebagai abdi-dalem Kraton Mataram Surakarta, tuntutannya berat”.

“Siapa saja yang sudah dikenal atau memperkenalkan diri sebagai abdi-dalem Kraton Mataram Surakarta di tengah pergaultan masyarakat luas, pasti dianggap, bahkan diyakini lebih mengetahui atau memahami Budaya Jawa. Dalam kesempatan apapun, pasti ditempatkan sebagai figur yang lebih bisa menjalankan berbagai hal tentang Budaya Jawa dibanding orang awam,” tambahnya.

SEHABIS PEMBEKALAN : KP Budayaningrat dan Quratul Ayuni (seorang lulusan sanggar) bersama para calon wisudawan yang sedang menunggu giliran dipanggil untuk diwisuda di Bangsal Smarakata. Dwija sanggar Pambiwara, habis memberi pembekalan tentang pengetahuan Budaya Jawa, khususnya protokoler baku pisowanan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Karena tuntutan itu, lanjut KP Budayaningrat, perlu segera dilakukan pembekalan secukupnya agar tidak “mengecewakan” dan membuat publik di luar “kecelik”. Sanggar Pasinaon Pambiwara dan beberapa Bebadan Kabinet 2004 lain akan segera membentuk tim, yang akan berkeliling di cabang-cabang Pakasa untuk membekali warga Pakasa berbagai pengetahuan tentang Budaya Jawa.

Soal teknis pelaksanaannya, sanggar akan menunggu pembentukan tim dan penugasannya dari GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku pimpinan Bebadan Kabinet 2004 maupun Pangarsa Lembaga Dewan Adat (LDA). Juga, menunggu keputusan dari pihak pengurus Pakasa cabang yang akan “disuluh”. Karena, pihak Bebadan harus berunding dengan Pakasa cabang yang akan menjadi tuan rumah.

Di Bangsal Smarakata tempat 300 lebih abdi-dalem diwisuda, KP Siswanto selaku juru-pambiwara sampai tiga kali memanggil sejumlah nama, tetapi tak ada yang menjawab karena tidak hadir. KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo yang biasanya memimpin wisuda abdi-dalem, sejak pagi tadi tidak kelihatan dan tugasnya digantikan KRMH Saptonojati dan tim.

Di Bangsal Kasentanan, KGPH Hangabehi selaku Wakil Pengageng Kusuma Wandawa memimpin wisuda didampingi Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangrsa LDA) dan dijenguk KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Pakasa Punjer). Ia dibantu KPH Bimo Djoyo Adilogo (Bupati Juru-Kunci Astana Imogiri), KRMH Suryo Manikmoyo dan sejumlah sentana-dalem khususnya yang bertugas di kantor Kusuma Wandawa.

EMPAT KETUA : Empat Ketua Pakasa cabang masing-masing KRAT Heru Arif Pianto (Kabupaten Pacitan), KRAT Sukoco (Kabupaten Nganjuk), KRAT Seviola Ananda (Kabupaten Trenggalek) dan KRT Suyono S Adiwijoyo (Pakasa Ngawi) sedang berkumpul menyaksikan warganya diwisuda di Bangsal Smarakata, Sabtu (21/6) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Di antaranya, KRT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Pakasa Magelang) yang diwisuda menjadi “KRAT” bersama seorang penasihat cabang. Sementara, KRAT Heru Arif Pianto (Ketua Pakasa Pacitan), KRAT Sukoco Joyonagoro (Ketua Pakasa Nganjuk), KRAT Seviola Ananda (Ketua Pakasa Trenggalek) dan KRT Suyono S Adiwijoyo (Ketua Pakasa Ngawi) berkumpul menyaksikan warganya diwisuda.

KRAT Bagiyono Rumeksonagoro menyebut, dari 71 permohonan yang diwisuda pagi itu 50 orang, sementara dari Pakasa Trenggalek diwisuda 5 orang, Nganjuk 4 orang, Pacitan 4 orang dan Pakasa Ngawi 4 orang. KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro (Ketua Pakasa Kudus) menyebutkan, ada 7 warganya diwisuda dan diantaranya naik pangkat, termasuk istrinya. (won-i1)