Preseden Buruk, Kalau Pimpinan Pakasa Mengesampingkan” Pisowanan Kirab Pusaka 1 Sura

  • Post author:
  • Post published:June 20, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Preseden Buruk, Kalau Pimpinan Pakasa Mengesampingkan” Pisowanan Kirab Pusaka 1 Sura
PERSIAPAN KIRAB : Lima ekor satwa pusaka kagungan-dalem mahesa, sudah disiapkan di kandang khusus oleh abdi-dalem "srati" MNg Heri S. Kelima keturunan Kiai Slamet itu akan diturunkan sebagai "cucuk-lampah" dalam kirab pusaka menyambut datangnya Tahun baru Jawa, 1 Sura, Kamis malam (26/6). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Bisa Menjadi Anti-Klimaks “Lahirnya Kembali” Pengabdian Elemen Masyarakat Adat Itu  

SURAKARTA, iMNews.id – Upacara wisuda penerima “partisara kekancingan” gelar kekerabatan yang diselenggarakan Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta, akan dilaksanakan Sabtu (26/6) besok pagi hingga selesai. Wisuda yang menandai peringatan menyambut Tahun Baru Jawa Dal 1959/Tahun Baru Islam 1447 Hijriyah, akan digelar di Bangsal Smarakata dan Bangsal Kasentanan.

Seperti yang sudah dibahas dalam rapat panitia internal dan rapat koordinasi (rakor) yang melibatkan pihak eksternal, kraton akan menggelar kirab pusaka menyambut datangnya Tahun Baru Jawa/Islam pada tanggal 1 Sura/1 Muharam mulai Kamis malam (26/6). Kirab akan dilakukan mulai pukul 00.00 WIB, Jumat dini hari (27/6) dan menata barisan kirab mulai Kamis pukul 21.00 WIB.

Khusus untuk persiapan kirab pusaka, ada satu hal yang menarik perhatian di enternal masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta. Karena, Pakasa Cabang Ponorogo yang selama ini dianggap sebagai cabang sudah “senior” dan punya warga sangat banyak, belakangan baru mengetahui jadwal eventnya “Grebeg Suro” tumbuk dengan kiraba pusaka 1 Sura di kraton, 26 Juni.

Diduga “akibat” gamang mengambil keputusan atas penentuan jadwal yang tumbuk dengan kegiatan di “pusat pengabdian” yaitu di kraton, Pakasa cabang Ponorogo baru belakangan mengisi daftar utusan yang akan hadir pada saat kirab. Di urutan ke-23, Pakasa Cabang Gebang Tinatar itu mengisi daftar utusan hanya 10 orang yang akan hadir di kraton, tanpa figur ketua Pakasa cabang.

TERJUN LANGSUNG : Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) terpaksa terjun langsung “menangani” urutan barisan kirab pusaka menyambut Tahun Baru Jawa, 1 Sura, beberapa tahun lalu. Karena, saat itu susunan barisan “dikacau pihak seberang”, sehingga banyak utusan Pakasa “batal bertugas”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dari 40-an pengurus Pakasa cabang yang terbentuk, memang baru ada 23 cabang yang mengisi daftar hadir yang keseluruhannya mencapai 700-an orang termasuk cabang Wonogiri 40 orang dan Ponorogo 10 orang yang mengisi daftar terakhir sampai siang tadi. Ada ratusan dan mungkin seribuan warga Pakasa Ponorogo, memilih “berkonsentrasi” menggelar “Grebeg Suro” di daerahnya.

Sikap “kurang bijak” yang diduga akibat lalai saat proses pengambilan keputusan penyusunan jadwal evenet “Grebeg Suro”, bisa mengundang potensi inkonsistensi dalam pengabdian. Sikap ini bisa menjadi “preseden buruk” bagi kraton dan antiklimaks dari kebangkitan semangat organisasi Pakasa di abad 21 ini, yang bisa mempertaruhkan kredibilitas Pakasa Ponorogo dan yang lain.

KP MN Gendut Wreksodiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Ponorogo yang dimintai konfirmasi iMNews.id kemarin, soal tumbuknya jadwal event dan lambatnya mengisi daftar hadir, hanya menyebutkan sedang dimusyawarahkan. Namun ketika ditanya apakah dalam proses penentuan jadwal pengurus Pakasa cabang tidak dimintai saran dan masukan, sama sekali tidak menjawab.

Pengisian daftar hadir yang hanya 10 orang tanpa kehadiran “top leader” dan pengurus inti cabang sampai Jumat siang tadi, diikuti penjelasan Wakil Ketua Pakasa Cabang Ponorogo, KRAT Sunarso Suro Agul-agul saat ditanya hal yang sama oleh iMNews.id. Yang bersangkutan hanya menjawab sebenarnya ingin “sowan” ke kraton pada kirab 1 Sura, tetapi jadwalnya “tumbuk” atau sama.

SIMBOL HUBUNGAN: Hubungan antara KPH Edy Wirabhumi dengan KP Bambang S Adiningrat dalam setiap “pisowanan” upacara adat di kraton,adalah simbol hubungan “pasuwitan” antara abdi-dalem dengan lembaga Kraton Mataram Surakarta. Walau masing-masing adalah Pangarsa Pakasa Punjer dan Pangarsa Pakasa Cabang. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Sebetulnya juga ingin (sowan kraton-Red). Tapi kondisinya berbarengan lo. Karena acara puncak (evenet Grebeg Suro) Ponorogo tanggal 25-26 (Juni). Jadi, (kami) tidak bisa ikut sowan,” ujar KRAT Sunarso Suro Agul-agul yang akan diwisuda di kraton, Sabtu (21/6) besok. Pada bagian terpisah, KP MN Gendut meminta doa restu kepada KPH Edy Wirabhumi untuk tugas di daerahnya.

Sikap pengurus Pakasa Ponorogo yang terkesan “lebih mementingkan urusan pribadi” karena diduga “lalai” dalam proses penentuan waktu event itu, dalam beberapa hari sempat jadi pergunjingan di grup WA Pakasa maupun di grup WA Pangarsa/pengurus cabang. Karena, sikap seperti itu diasumsikan sebagai “tidak setia” atau kurang memahami kepada siapa masyarakat adat “suwita”?.

Dalam persepsi kalangan pengurus Pakasa cabang lain, sikap itu bisa melahirkan potensi inkonsistensi atau tidak loyal. Karena, evenet Grebeg Suro di Ponorogo itu, juga melibatkan para ketua Pakasa dari beberapa cabang lain yang diundang hadir bersama rombongan pendukung kirab. Seperti Pakasa Cabang Jepara, cabang Ngawi dan beberapa yang terdekat juga diundang.

Tetapi, akhirnya pengurus Pakasa Punjer mengeluarkan sikap mengambil “jalan tengah”. Khusus untuk KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua cabang) dan kalangan pengurus serta anggotanya, “diizinkan” bahkan “ditugaskan” untuk mendukung dan memeriahkan event “Grebeg Suro” yang digelar bersama Pemkab Ponorogo. Event ini juga melibatkan berbagai pihak lain.

ANTAR PANGARSA : Hubungan persahabatan antara KP Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara) dan KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo), adalah hubungan antar sesama “Pangarsa” sebagai simbol masing-masing daerah dan sama-sama abdi-dalem yang “suwita” di Kraton Mataram Surakarta. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Pengurus Pakasa Cabang Ponorogo kami tugaskan untuk mendukung event Grebeg Suro yang digelar bersama Pemkab Ponorogo,” ujar singkat KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer yang dimintai sikapnya secara terpisah, Jumat siang (20/6) tadi. Berkait dengan itu, pengurus Pakasa Punjer juga sudah bersikap “tegas” kepada para pengurus Pakasa cabang lain yang terlibat.

“Untuk pengurus (Ketua) Pakasa cabang lain yang terlibat karena diundang untuk hadir di event Grebeg Suro, juga sudah kami tegaskan,” ujar singkat KPH Edy saat ditanya soal keterlibatan para ketua pengurs Pakasa cabang lain di event itu. Pertanyaan itu berkait dengan rencana para ketua beberapa Pakasa cabang yang akan hadir di Grebeg Suro, terkesan lebih mementingkan itu.

Salah seorang yang sedianya akan hadir membawa rombongan ratusan orang ke event Grebeg Suro, adalah KP Bambang S Adiningrat, Ketua Pakasa Cabang Jepara. Saat dimintai konfirmasi iMNews.id secara terpisah siang tadi dia menjelaskan, rombongan (Bregada Nguntara Praja dan Sura Praja) Pakasa Jepara yang ditugaskan ke Ponorogo, Kamis malam (26/6), dipimpin KRT Anam Setyonagoro.

“Saya bersama rombongan 30 orang Pakasa cabang Jepara, akan hadir pada pisowanan kirab pusaka malam 1 Sura di kraton. Yang ke Ponorogo, akan dipimpin langsung KRT Anam Setyonagoro. Kami bersama Pakasa Ponorogo sudah membentuk hubungan bernama ‘Duporo’ (Sedulur Ponorogo Jeporo). Dan dengan Pakasa Ngawi membentuk ‘Dwiporo’ (Sedulur Ngawi Jeporo),” ujar KP Bambang.

“ABDI-DALEM” : Kunjungan siltaruhami dan saling mendukung ketika salah satu Pangarsa Pakasa menggelar acara di masing-masing cabang, perlu terus ditingkatkan. Tetapi saat upacara adat digelar Kraton Mataram Surakarta, masyarakat adat termasuk elemen Pakasa, wajib hadir, karena di situlah mereka disebut “abdi-dalem”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sementara itu, Ketua Pakasa Cabang Kudus menyatakan pihaknya akan lebih berhati-hati dan bijaksana, terutama ketika diundang pihak lain yang jadwalnya tumbuk dengan pisowanan di kraton. Pisowanan tingalan jumenengan, kirab pusaka malam 1 Sura, adeging Mataram Surakarta 17 Sura dan tiga ritual “Garebeg”, baginya selalu menjadi prioritas utama wajib sowan ke kraton.

“Sejak semalam, saya khawatir. Demo para sopir truk yang mogok dan memenuhi sepanjang jalur antar kota se-Jateng, lalu-lintas lumpuh total. Tetapi alhamdulillah, lewat tengah malam sudah bisa di atasi. Kalau tidak, kami bisa gagal sowan ke kraton, karena malam ini kami akan berangkat, agar bisa tiba di kraton subuh besok,” ujar KRRA Panembahan D Singonagoro. (won-i1)