Dr Purwadi Serahkan Buku “Kerajaan Mataram”, Ucapan Pakasa Kudus Hiasi Suasana
SURAKARTA, iMNews.id – Kraton Mataram Surakarta kembali mencatat sejarah. Pada resepsi peringatan ultah ke-94, Putri Narpa Wandawa sebagai organisasi wanita tertua yang lahir dari kraton, tepat 5 Juni siang tadi, disaksikan kehadiran Nyonya Venesia Respati. Sejak Bebadan Kabinet 2004 ada dan menggelar ultah, baru kali pertama siang tadi dihadiri istri Wali Kota.
Perayaan ultah Putri Narpa Wandawa yang digelar di Pendapa Sasanamulya-pun, juga mungkin baru kali pertama sejak era PB XIII mulai tahun 2004 dan selalu diinisiasi Bebadan Kabinet 2004 yang dipimpin Gusti Moeng. Padahal, organisasi wanita tertua sebelum ada “Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu, adalah organisasi pergerakan merintis kemerdekaan.
“Saya sempat mencari di google (internet), ketika saya mendapat undangan dari panitia HUT Putri Narpa Wandawa. Saya ingin tahu organisasi itu apa?. Setelah saya temukan dan saya baca, saya sempat terkesima. Karena, organisasi itu adalah organisai wanita tertua dari Kraton Surakarta. Apalagi, kiprahnya di bidang pelestarian seni budaya,” ujar Venesia Respati.
Istri Wali Kota Surakarta Respati Ardi yang menjabat Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surakarta itu menegaskan beberapa hal di atas, saat memberi sambutan di Pendapa Sasanamulya, Kamis (5/6) siang tadi. Dia juga menyatakan kekagumannya tentang keteladanan karakter, spiritual, tata-krama, unggah-ungguh dan semangat menggeluti seni budaya sebagai ciri Putri Narpa Wandawa.

Acara peringatan HUT Putri Narpa Wandawa baru dimulai pukul 10.30 WIB setelah Ketua TP PKK yang ditunggu hadir di Pendapa Sasanamulya. Sejak pukul 09.00 WIB, panitia dan peserta termasuk yang jauh dari luar kota sudah hadir, untuk melakukan pendaftaran. Selain dari elemen Bebadan Kabinet 2004 terutama kerabat, para pesertanya juga dari elemen Pakasa cabang.
Namun, sambil menunggu kedatangan istri Wali Kota Surakarta dan para peserta lain, panitia ultah mempersilakan Dr Purwadi untuk membuka acara. Peneliti sejarah dari Lokantara Pusat di Jogja itu, mempresentasikan isi buku yang ditulisnya berjudul “Kerajaan Mataram”, dan membuka tanya-jawab seperti layaknya “bedah buku” yang justru menjadi pengisi waktu kosong.
Sambil berdiri, Dr Purwadi mengisahkan garis besar isi buku berisi hasil penelitia dan kajiannya secara khusus tentang Mataram dan Mataram Surakarta. Dia banyak menyinggung tentang peran wanita selama Mataram eksis sejak Panembahan Senapati. Ada 10 nama wanita mulai dari Ratu Waskita Jawi (Panembahan Senapati) hingga Ratu Beruk (PB III) sebagai “tokoh hebat”.
Begitu acara dimulai, lagu “Indonesia Raya” dan “Mars Putri Narpa Wandawa” berkumandang di ruang pendapa. Sambutan pertama diberikan GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku “Pangarsa” organisasi itu, sekaligus tuan rumah penyelenggara ultah. Dilanjutkan dengan sambutan Venesia Respati dan dilengkap dengan doa yang dipimpin abdi-dalem RT Irawan Wijaya Pujodipuro.

Sebagai simbol ultah, dilakukan potong tumpeng yang dilakukan Gusti Moeng bersama Nyonya Venesia Respati didampingi GKR Ayu Koes Indriyah, BRAj Arum Kusumo Pradapa dan jajaran pengurus beserta panitia. Sambil menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun” dan “Tiup Lilin”, nasi tumpeng dipotong dan kue tart berhias lilin dan bertuliskan 94 ditiup lalu diiris.
Irisan nasi tumpeng, kali pertama diberikan Gusti Moeng kepada Nyonya Venesia Respati. Potongan kedua yang dilakukan Venesia Respati, diberikan kepada Nyonya Sumardjo yang berusia 94 tahun pula. Selain kepada anggota Putri Narpa Wandawa paling tua usianya, potongan tumpeng juga diberikan Venesia Repati kepada anggota paling muda.

Dalam sambutannya, Gusti Moeng menjelaskan riwayat sejarah berdirinya Putri Narpa Wandawa secara singkat. Bahwa Kraton Mataram Surakarta yang dulu merupakan sebuah “negara” (monarki) selama 200 tahun (2745-1945), pernah lahir beberapa organisasi pergerakan untuk ikut merintis kemerdekaan RI, salah satunya adalah Putri Narpa Wandawa, pada 5 Juni 1931.
“Jadi, dari lingkungan kratonpun, organisasi pergerakan merintis kemerdekaan RI juga lahir, ada beberapa. Di antaranya adalah Putri Narpa Wandawa. Kelahirannya malah lebih dulu dari Pakasa yang baru lahir 29 November 1931. Putri Narpa lahir 5 Juni 1931. Semua organisasi itu, lahir pada zaman Sinuhun PB X. Karena saat itu sangat dibutuhkan,” ujar Gusti Moeng.

Usai potong tumpeng dan kue ultah, demo “Ngadi Sarira” dan “Ngadi Busana” yang diikuti belasan orang dan sudah memulai sejak pukul 09.00 WIB, berlanjut di lokasi acara ultah. Di antara para peserta, tampak RNgt Emmy Susilowati dan Nyi MT Nuryanti selaku utusan Pakasa Cabang Kudus, ikut menjadi peserta praktik dan lomba “Ngadi Sarira” serta “Ngadi Busana”.
Pakasa Cabang Kudus adalah satu-satunya utusan Pakasa cabang yang ikut sebagai peserta praktik dan lomba “Ngadi Sarira” serta “Ngadi Busana”. Sementara utusan Pakasa Cabang Boyolali dan Cabang Klaten bergabung mengikuti acara ultah sebagai warga Putri Narpa Wandawa dari masing-masing daerahnya, selain beberapa utusan perwakilan dari Jakarta dan Semarang.
Selain beberapa hal yang menjadi catatan sejarah baru bagi perjalanan Putri Narpa Wandawa dan lembaga Kraton Mataram Surakarta, ada satu hal positif yang belakangan mengiringi acara dan upacara adat yang digelar Bebadan Kabinet 2004. Yaitu tampilnya karangan bunga ucapan selamat, dan kiriman Pakasa Kudus siang tadi menjadi satu-satunya “ucapan” itu.
“Saya mengirim utusan 5 orang untuk mengikuti perayaan ultah Putri Narpa Wandawa. Istri saya juga ikut praktik dan lomba Ngadi Sarira dan Ngadi Busana. Katanya juga mendapat juara favorit, tapi sekarang belum sampai di rumah (Kudus), karena masih dalam perjalanan. Saya masih belum paham soal organisasi Putri Narpa,” ujar KRRA Panembahan Didik Singonagoro.

KRRA Panembahan Didik Singonagoro selaku Ketua Pakasa Cabang Kudus yang dihubungi iMNews.id, sore tadi menyatakan, mudah-mudahan dalam waktu dekat ada penjelasan soal Putri Narpa Wandawa. Menurutnya, banyak fakta dan peristiwa penting yang dialami Kraton Mataram Surakarta belum diketahui kalangan warga Pakasa cabang, padahal pengetahuan itu penting dipahami.
Sebagai penutup seluruh rangkaian acara ultah siang tadi, setelah sambutan dari Lurah Baluwarti (Kecamatan Pasarkliwon), ada pembagian hadiah bagi para pemenang lomba. Termasuk hadiah juara favorit yang diserahkan GKR Ayu Koes Indriyah (Pangarsa Sanggar Pawiyatan Paes-Tata Busana Kraton Surakarta) kepada RNgt Emmy Susilowati (istri Ketua Pakasa Cabang Kudus). (won-i1)