Beberapa Pakasa Cabang Persiapkan Kegiatan Terdekat dan Rencana ke Depan
SURAKARTA, iMNews.id – Kamis, 5 Juni 2025 besok lusa, usia organisasi Putri Narpa Wandawa genap berusia 94 tahun sejak kelahirannya 5 Juni 1931 pada zaman Sinuhun PB X jumeneng nata. Tepat di tanggal itu, jajaran Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta akan menggelar diskusi dan sarasehan “Kerajaan Mataram” dalam rangka peringatan ultah organisasi itu.
Dari brosur yang sudah disebarluaskan dan audiensi Dr Purwadi dengan Gusti Moeng di eks Kantor Badan Pengelola (BP) Pariwisata Kraton Mataram Surakarta, Selasa (3/6) siang tadi menginformasikan kegiatan dan beberapa isi acara tersebut. Resepsi ultah Putri Narpa Wandawa yang akan diisi beberapa kegiatan itu, akan digelar di Pendapa Sasana Mulya, Baluwarti.

Dalam brosur yang bergambar foto Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) dan Gusti Ayu (GKR Ayu Koes Indriyah) selaku Pangarsa Sanggar Pawiyatan Paes-Tata Busana Penganten Jawa gagrag Surakarta itu, menyebut ada edukasi dan peragaan mengenai pengetahuan dan praktik “Ngadi Sarira” dan “Ngadi Busana”. Kegiatan ini digelar setelah upacara peringatan ultah.
Di tempat terpisah, Dr Purwadi (Peneliti Sejarah – Ketua Lokantara Pusat di Jogja) menyebutkan, dirinya menyerahkan buku berjudul “Sejarah Mataram” saat beraudiensi dengan GKR Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Koeng) di kraton, Selasa siang (3/6) tadi. Rencananya, buku tersebut akan dibagikan secara terbatas sebelum dibahas menjadi tema diskusi dan sarasehan.

“Jadi, ini tadi saya sowan Gusti Moeng dan menyerahkan buku ‘Kerajaan Mataram’ yang habis saya tulis. Saya menyerahkan beberapa eksemplar buku tersebut. Isinya bisa mengedukasi, melengkapi dan menjelaskan yang tadinya belum ada sama sekali informasi detilnya atau hanya samar-samar. Besok Kamis (5/6), secara terbatas buku itu bisa dibagikan, sebelum dibahas”.
“Selain inti ultah Putri Narpa Wandawa berupa resepsi dan upacara, kelihatannya ada edukasi tentang Ngadi Sarira dan Ngadi Busana. Saya membantu Gusti Moeng saat ada diskusi dan sarasehan menggelar tema sesuai judul buku itu. Ini memang kerja edukasi dan sosialisasi yang sangat perlu dilakukan, dengan memanfaatkan celah-celah kesempatan yang ada,” ujar Dr Purwadi.
Celah kesempatan untuk melakukan edukasi dan sosialisasi sejarah agar menjadi materi ajang pemahaman warga masyarakat adat dan publik secara luas, termasuk menjangkau elemen cabang-cabang Pakasa yang tersebar di berbagai daerah. Karena, brosur dan tawaran menjadi peserta untuk hadir di ultah Putri Narpa, disebar melalui alamat sekretriat pengurus Pakasa cabang.
Seperti KRRA Panembahan Didik Singonagoro yang mendapat tawaran itu, saat dimintai konfirmasi iMNews.id di tempat terpisah menyatakan akan mengirim utusan 3 orang wanita anggota/pengurus cabang untuk menjadi peserta. Karena, pengetahuan dan praktik Ngadi Sarira dan Ngadi Busana yang akan digelar sebagai isi resepsi ultah itu, sangat bermanfaat bagi warga Pakasa.

“Kami akan mengirim 3 orang utusan sesuai yang diminta panitia ultah Putri Narpa Wandawa. Kebetulan, Pakasa Kudus ada yang pernah menggeluti dunia model dan rias/make-up artis. Tetapi, pengetahuan dan pengalaman soal Ngadi Sarira dan Ngadi Busana khas Kraton Mataram Surakarta, masih awam dan perlu dipahami sebagai pengetahuan baru yang belum pernah dikenal”.
“Itu penting sekali bagi Pakasa Kudus, yang sangat mungkin bisa dikembangkan di wilayah Kabupaten Kudus dan berguna bagi masyarakat luas. Karena, itu jelas kekayaan budaya kita sendiri. Apalagi sumbernya dari kraton yang wajib kita dukung agar terus hidup dan bertahan semakin lama. Sebagai abdi-dalem, Pakasa Kudus perlu belajar memahami itu,” ujar KRRA Panembahan.
Selain masalah dukungan untuk ultah Putri Narpa Wandawa, Ketua Pakasa Cabang Kudus itu menyatakan belum bisa melanjutkan pembicaraan agenda pertemuan “Forum Pangarsa” dan utusan Pakasa, setelah diawali di Pakasa Cabang Ngawi, 29 Mei lalu. Dirinya juga belum bisa melanjutkan pembicaraan soal rencana khol Pangeran Puger, karena beberapa hari dirawat di rumah sakit.
Setelah pertemuan “Forum Pangarsa” dan utusan Pakasa kali pertama di Pendapa Kabupaten Ngawi, 29 Mei, hingga kini memang belum ada pembicaraan lanjutan. Terutama yang membahas adanya tiga Pakasa cabang yang berpeluang menggelar acara ritual dan bisa menghadirkan KGPH Hangabehi, yaitu Pakasa Cabang Nganjuk, Pakasa Cabang Ponorogo dan Pakasa Cabang Jepara.

Satu-satunya yang menyikapi atau menindaklanjuti pertemuan “Forum Pangarsa” itu, adalah KRT Suyono S Adiwijoyo selaku Ketua Harian Pakasa Cabang Ngawi. Menurutnya, pertemuan “Forum Pangarsa” itu juga bisa dimaknai sebagai momentum kembalinya representasi semangat masyarakat adat kepada Kraton Mataram Surakarta sebagai tempat “pasuwitan” sebelum tahun 1830.
Data sejarah yang didapatkannya menyebutkan, Perjanjian Sepreh tahun 1830 yang dilakukan Belanda telah melarang warga masyarakat adat atau “kawula” di hampir semua wilayah Jawa Timur untuk “suwita” lan “setya” terhadap “nagari” Mataram Surakarta dan juga Jogja. Forum Pangarsa ini, bisa menjadi momentum warga Pakasa di Jatim untuk kembali “setya” ke kraton.
“Kami memaknai pertemuan itu sebagai momentum untuk kembali suwita dan setya kepada Mataram Surakarta. Mudah-mudahan, Forum Pangarsa itu menjadi awal kebangkitan seluruh warga Pakasa di Jatim, kembali ke Surakarta sebagai penerus sah Mataram. Kami juga berdoa, semoga pertemuan ini menjadi modal dukungan kembalinya status Daerah Istimewa Surakarta”, harap KRT Suyono SA.
Selian itu, Pakasa Cabang Ngawi juga berharap warga cabangnya juga bisa bertemu kembali di ajang silaturahmi “Grebeg Mulud Njeporonan” yang diinisiasi Pakasa Cabang Jepara, Agustus mendatang. Harapan itu diungkapkan untuk memenuhi undangan yang disampaikan KP Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) kepada KRT Dr Dwi Rianto Jatmiko (Ketua Pakasa Ngawi).

Seperti diketahui (iMNews.id, 30/5), KP Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) yang hadir pada pertemuan “Forum Pangarsa” dan utusan pakasa, 29 Mei di Ngawi, sempat menyerahkan undangan untuk hadir pada “Grebeg Mulud Njeporonan” di Kota Kabupaten Jepara, 30 Agustus 2025. Saat itu juga, Wabup Ngawi itu langsung menyanggupi dan menyatakan akan hadir.
Undangan serupa juga disampaikan kepada Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko di rumah dinas Bupati Ponorogo, sepulang pertemuan dari Pakasa Cabang Ngawi. KP Bambang S Adiningrat yang terus melacak para tokoh leluhur Jepara berkait Mataram, sempat berziarah di makam keturunan Eyang RT Djajengrono I (Ponorogo), yaitu RT Djajengrono II di Caruban, Madiun, Minggu (1/6). (won-i1)