Pakasa Nganjuk, Ponorogo dan Jepara Berurutan Akan Menghadirkan KGPH Hangabehi
NGAWI, iMNews.id – Sejarah Kraton Mataram Surakarta mencatat, Pakasa Cabang Ngawi (Jatim) menjadi tempat penyelenggara kali pertama pertemuan “Forum Ketua” (Pangarsa-Red) Pakasa cabang, saat digelar di ruang Pringgitan, Pendapa Kabupaten Ngawi, Kamis siang (29/5). Pertemuan dihadiri 35 orang dari 8 utusan cabang, sebagai perwujudan kesepakatan grup WA.
Seperti yang dipantau iMNews.id, sebagian besar yang berkumpul dan membahas sejumlah agenda penting bersama di Pendapa Kabupaten Ngawi itu, dalam beberapa waktu sebelumnya sudah berdialog dan berkomunikasi intensif di grup WA “Forum Pangarsa”. Di antara tokoh yang sangat aktif terlibat dan punya usulan strategis, adalah Ketua Pakasa Cabang Kudus.

“Saya senang, salah satu usulan yang disepakati di forum grup WA bisa diwujudkan, dan Pakasa Cabang Ngawi yang mengawali. Tetapi, Pakasa Cabang Kudus yang seharusnya mengawali, la kok saya malah sakit dan harus opname di rumah sakit. Ya mohon maaf, mudah-mudahan secepatnya saya keluar dari rumah sakit dan bisa menjadi tuan rumah berikutnya”, ujar KRRA Panembahan.
KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro selaku Ketua Pakasa Cabang Kudus, menyatakan izin tidak bisa mengikuti pertemuan “Forum Pangarsa” yang digelar Pakasa Cabang Ngawi di pendapa kabupaten, Kamis siang (29/5). Tetapi pengurus Pakasa Kudus sudah mengutus RT Masrukin Hadipuro yang berangkat sendirian naik motor, dari kediamannya, Rembang.

Di kesempatan menunggu shalat Jumatan di kompleks sebuah rumah sakit yang merawatnya di Kabupaten Kudus, siang tadi KRRA Panembahan Didik yang menghubungi iMNews.id berharap, intinya forum pertemuan “Pangarsa” atau utusan pengurus cabang, harus terus berlanjut. Agenda menghadirkan KGPH Hangabehi di tiap event yang digelar masing-masing cabang, harus diwujudkan.
Sementara itu, KRT Suyono S Adiwijoyo selaku Ketua Harian Pakasa Cabang Ngawi yang dimintai konfirmasi terpisah, siang tadi menyebutkan, pertemuan “Forum Pangarsa” yang juga dihadiri utusan, sudah terwujud kali pertama di Pendapa Kabupaten Ngawi, Kamis siang (29/5). Sebanyak 35 orang hadir mewakili 8 cabang, sepakat untuk mewujudkan beberapa agenda penting.

“Semua sepakat aklamasi untuk saling mendukung gelar seni-budaya apalagi yang berkait dengan Kraton Mataram Surakarta, untuk saling bersinergi, mendukung. Terutama, kegiatan yang diprakarsai pengurus Pakasa cabang. Kemudian, semua sepakat melanjutkan pertemuan silaturahmi ini, rutin, sedikitnya 3 bulan sekali, bergilir di cabang-cabang,” ujar KRT Suyono.
Dan menurut Ketua Badan SAR “Elpeje” Kabupaten Ngawi ini, agenda yang paling penting dan mendesak segera diwujudkan, adalah menghadirkan KGPH Hangabehi di tiap event yang digelar cabang-cabang Pakasa. Ada tiga cabang yaitu Pakasa Nganjuk, Ponorogo dan Jepara yang secara berurutan dalam waktu dekat, akan menggelar ritual untuk menghadirkan KGPH Hangabehi.

Tiga Pakasa cabang yang sudah siap menghadirkan KGPH Hangabehi secara berurutan dalam waktu dekat, adalah Pakasa Nganjuk yang memilih antara peringatan Hari Jadi Kabupaten atau “Bersih Desa” di bulan Juni. Grebeg Suro yang digelar Pakasa Ponorogo di bulan Juni-Juli, dan khol Bupati Tjitrasoema yang digelar Pakasa Jepara pada September-Oktober.
Pakasa Cabang Trenggalek disebutkan mengirim utusan dalam pertemuan yang dipimpin KRT Dr Dwi Rianto Jatmiko MH MSi (Wakil Bupati Ngawi) selaku Ketua Pakasa Cabang Ngawi itu. Menurut KRAT Seviola Ananda selaku ketua cabang yang dihubungi secara terpisah, pihaknya tidak punya usulan selain mendukung dan mengikuti kesepakatan yang diputuskan dalam pertemuan tersebut.

Selain Nganjuk, Trenggalek dan Ngawi selaku tuan rumah, pertemuan “Forum Pangarsa” itu juga dihadiri pengurus Pakasa Cabang Jepara yang dipimpin KP Bambang S Adiningrat (Ketua), cabang (Kabupaten) Madiun, KRAT Sunarso Suro Agul-agul dan rombongan Pakasa Cabang Ponorogo, cabang Boyolali, utusan perwakilan Pakasa Cabang Kudus dan utusan Pakasa Trenggalek.
“Sebenarnya, Pakasa Kudus sangat ingin menghadirkan KGPH Hangabehi kedua kalinya. Tetapi, khol Pangeran Puger sudah selesai disiapkan, baik penganggaran dan pembentukan panitianya. Pihak yayasan dan pengurus makam akan membahas usulan saya pada khol tahun 2026. Waktunya sama dengan kraton, 17 Sura. Tapi bisa diambil pas kirabnya,” ujar KRRA Panembahan.

Seperti diketahui, Pakasa Cabang Kudus punya pengalaman menghadirkan KGPH Hangabehi dalam suasana penyelenggaraan ritual “Mapag Wulan Siyam” menjelang ramadhan, tahun lalu. Namun, kehadiran Gusti Behi itu hanya sebagai pribadi karena ultahnya dirasakan pengurus Pakasa Kudus. Pakasa Cabang Pati, justru yang pertama menghadirkan Gusti Behi mewakili Gusti Moeng.
Penampilan Gusti Behi yang sudah dimulai di Pakasa Cabang Pati dan Kudus itu, diharapkan KRRA Panembahan Didik Singonagoro bisa segera ditindaklanjuti oleh cabang-cabang Pakasa lain. Penampilan dimaksud bukan hanya sebagai utusan-dalem dari kraton, melainkan sebagai pejabat di Pakasa Punjer yang membantu KPH Edy Wirabhumi untuk membenahi punjer hingga cabang.

Di bagian lain, cabang-cabang Pakasa yang kini dalam masa evaluasi dan pembenahan, kondisi dan posisinya bervariasi. Cabang Karanganyar misalnya, kini sedang mengajukan usulan susunan pengurus baru setelah yang lama vakum, karena figur pengurusnya sibuk “urusan lain”. Dalam posisi pasif atau stagnan, juga dialami Pakasa Sragen, Wonogiri dan Sukoharjo.
Khusus Pakasa Cabang Pati, kini juga sedang dalam pantauan dan evaluasi pengurus Punjer. Ekspresi beberapa figur kalangan pengurus yang sempat “direkam” iMNews.id menunjukkan perkembangan baru, setelah semula berniat “membiarkan” kepengurusan berakhir dua tahun lagi. Belakangan, mereka mendesak “top leader” untuk mengundurkan diri, karena “sudah menyerah”.

Gambaran “sudah menyerah” itu, karena kepemimpinan “top leader” dianggap sudah gagal menjalankan tugasnya di beberapa hal. Yaitu gagal mengkoordinasi kegiatan upacara adat khol di tiap lokasi makam, gagal membentuk pengurus anak cabang di tiap kecamatan, tidak punya posisi berpengaruh terhadap Pemkab Pati dan instansi lain dan gagal menggali “potensi” lokal.
Berbeda dengan Pakasa Cabang Ngawi, sebagai cabang yang baru dua tahun sudah tercatat di kantor Kesbangpol Pemkab Ngawi. Begitu pula Pakasa Cabang Trenggalek, Cabang Ponorogo, Cabang Magelang, Cabang Jepara dan Pakasa Cabang Kudus. Posisi “berpengaruh” bagi Pakasa cabang sangat penting dan perlu, agar tugas utama pelestarian Budaya Jawa gampang terwujud. (won-i1)