Pakasa Kudus Hentikan Pencarian Makam “Eyang Sentana” di Puncak Kukusan
MAGELANG, iMNews.id – Sejumlah rombongan Pakasa Cabang Magelang yang dipimpin ketuanya, KRT Bagiyono Rumeksonagoro hadir di tempat upacara peringatan Hari Waisak 2569 Be tahun 2025 yang dipusatkan di Candi Mendut dan Borobudur, Kabupaten Magelang, Senin (12/5). Kedatangan mereka ikut menyambut kehadiran Gusti Moeng yang diundang mewakili Kraton Mataram Surakarta.
Namun kehadiran Gusti Moeng dan rombongan kecil dari kraton pada peringatan Hari Waisak tahun 2025 ini, tidak seperti tahun lalu. Kehadirannya Senin siang tidak membawa rombongan prajurit, yang saat itu bergabung dengan berbagai elemen lain mengikuti kirab dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, siang, sebelum ada ritual puncak peringatan malam harinya.

Tahun lalu, rombongan prajurit kraton mengikuti kirab budaya memperlihatkan panji-panjinya sebagai identitas lembaga bekas “negara” yang pernah eksis 200 tahun (1745-1945) mengayomi semua agama/kepercayaan yang sudah masuk Nusantara. Hari kedua setelah kirab, prajurit dan seluruh rombongan mengikuti upacara di Taman Bodisatwa untuk menanam bibit pohon Sawo Kecik.
Sejumlah pohon Sawo Kecik sumbangan Kraton Mataram Surakarta, diserahkan Gusti Moeng kepada pengurus vihara dan Taman Bodisatwa dan ditanam bersama-sama saat itu. Untuk menyirami bibit yang baru ditanam, bersama-sama dilakukan penyiraman dengan air yang diambil dari 7 lokasi pegunungan. Dalam sambutannya, Gusti Moeng sempat menguraikan makna Sawo Kecik.

Dalam kesempatan menghadiri upacara peringatan Hari Waisak 2025, Senin (12/5), Gusti Moeng juga disambut rombongan warga Pakasa Cabang Magelang di lokasi upacara, Candi Mendut. Bahkan tampak pula Dr Purwadi, ketua Lokantara Pusat di Jogja. Mereka mengakhiri perjumpaan itu dengan berfoto bersama, seperti pada Hari Waisak 2024 tetapi tempatnya berfoto berbeda.
Sementara itu, Pakasa Cabang Kudus yang beberapa kali mengirim tim ekspedisi untuk mendaki puncak Gunung Muria sejak dua pekan lalu, diputuskan berhenti dan semua tim pendaki diminta turun, Senin dini hari (12/5). Karena, hujan yang terus turun dalam cuaca ekstrem belakangan ini, sering menimbulkan tebing puncak longsor dan dianggap membahayakan keselamatan.

“Kalau dijumlah semua, yang mendaku mungkin seratusan orang. Karena tiap pemberangakatan tim ekspedisi, bisa 15-20 orang yang membentuk 3-4 tim. Kalau ada tim yang sudah lelah dan turun, disusul tim berikutnya. Tetapi karena hujan terus turun, kami minta ekspedisi pendakian dihentikan dan semua kami minta turun, Senin (12/5) dini hari,” ujar KRRA Panembahan Didik.
Ketua Pakasa Cabang Kudus, KRRA Panembahan Didik Alam-alap Gilingwesi Singonagoro saat diminta konfirmasi iMNews.id, siang tadi menambahkan, saat hujan banyak turun di malam hari dalam beberapa hari belakangan ini, sangat membahayakan para pendaki. Karena, “Puncak Kukusan” yang disebut ada makam “Eyang Sentana”, terlalu terjal ditambah banyak material longsor.

Dituturkan, sejumlah santri yang ditugaskan di beberapa tim yang bergantian mendaki sampai “Puncak 29” atau Puncak Wikur Rahtawu Gunung Muria, adalah dalam rangka melacak keberadan makam tokoh yang diduka salah satu leluhur Dinasti Mataram. Informasi mengenai makam tokoh “Eyang Sentana” itu, berada di Puncak Kukusan yang medan pendakiannya cukup terjal.
“Lokasinya itu di atas Puncak 17 (makam Sunan Muria-Red). Tetapi belum ketemu karena terhalang hujan dan tebing longsor. Kalau nanti ketemu, kami ingin memastikan apakah benar identitas tokoh di makam itu leluhur Dinasti Mataram? Bila benar, kami masih berfikir, bagaimana caranya orang banyak bisa datang ke situ untuk menggelar khol,” ucapnya bertanya-tanya. (won-i1)