Siang Tadi, Gusti Moeng Serahkan SK Tetepan Juru-Kunci di Tengah Hutan Danalaya

  • Post author:
  • Post published:May 10, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Siang Tadi, Gusti Moeng Serahkan SK Tetepan Juru-Kunci di Tengah Hutan Danalaya
MENERIMA SK TETEPAN : Sunarto menerima SK tetepan sebagai abdi-dalem juru-kunci kagungan-dalem Alas Danalaya untuk menggenatikan ayahandanya yang telah lama meninggal. SK itu diserahkan saat Gusti Moeng menggelar ritual donga wilujengan di tengah hutan lindung milik kraton, Sabtu (10/5) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sambil Melihat Suasana Hutan Setelah 28 Tahun, Ketika Bangun Kembali Sasana Handrawina

WONOGIRI, iMNews.id – Walau secara pribadi sudah sering menengok suasana kagungan-dalem Alas (Hutan) Danalaya setelah didatangi di tahun 1997, tetapi baru Sabtu (10/5) siang tadi Gusti Moeng menggelar upacara adat donga wilujengan di tengah hutan lindung milik Kraton Mataram Surakarta itu. Kedatangannya tadi membawa rombongan dan menggelar ritual lengkap.

Tiba di pendapa kecil tempat ritual pukul 10.30 WIB, Gusti Moeng yang membawa rombongan sekitar 10 orang dari kraton, langsung menata uba-rampe upacara adat. Tiga orang utusan Perhutani wilayah setempat juga hadir menyaksikan. “Dhawuh” untuk memimpin donga (doa) wilujengan disertai “ujub” (isi) doanya, langsung disampaikan kepada RT Irawan Wijaya Pujodipuro.

TEMPAT UPACARA : Ada pendapa kecil tempat upacara wilujengan terutama ketika hendak memulai menebang pohon jati bila diperlukan kraton. Siang tadi, Gusti Moeng datang ke tengah Alas Danalaya itu untuk menggelar ritual setelah 28 tahun datang untuk keperluan membangun kembali Sasana Handrawina tahun 1997. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Abdi-dalem jurusuranata RT Irawan Pujodipuro selesai memimpin doa, lalu dilakukan tabur bunga. Karena di dalam kompleks pendapa kecil sebagai tempat upacara itu, masih ada beberapa pohon jati hidup yang sudah lumayan besar, diameternya sekitar 100 cm. Di tengah pendapa dan di tiap pohon jati “super” yang ada di dalam pagar komleks itu, ditaburi bunga.

Selesai donga wilujengan dan rangkaiannya sekitar pukul 11.40 WIB, Sunarto (55) sebagai juru-kunci di situ lalu dipanggil Gusti Moeng. Di depan pintu pagar kompleks pendapa itu, Gusti Moeng memperlihatkan SK “Tetepan” (penetapan) untuk dirinya resmi sebagai abdi-dalem Juru-kunci kagungan-dalem Alas Danalaya, dan surat itu diserahkan kepadanya.

MEMIMPIN DOA : Abdi-dalem jurusuranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro (tidak tampak) memimpin donga wilujengan yang digelar Gusti Moeng bersama rombongan dari kraton dan disaksikan beberapa petugas dari Perhutana Wilayah Slogohimo, Kabupaten Wonbogiri, Sabtu (10/5) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sunarto adalah generasi kedua dari ayahnya almarhum yang menjadi abdi-dalem juru kunci hutan jati lindung yang ada di Desa Watusomo, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri itu. Ketika ditanya iMNews.id, waktu Gusti Moeng datang di tahun 1997 dan memimpin ritual mengawali tebang pohon untuk keperluan pembangunan kembali Sasana Handrawina, dirinya masih “magang”.

Saat Kraton Mataram Surakarta membutuhkan kayu jati “super” di tahun 1997 itu, “gedhong” Sasana Handrawina merupakan bangunan terakhir yang hancur dan rata dengan tanah saat kraton mengalami musibah kebakaran di tahun 1985. Dari hutan jati aset kraton yang hingga kini “dikelola” Perhutani” itu, kebutuhan kayu untuk membangun Sasana Handrawina didapat.  

LUMAYAN BESAR : Lingkar batang pohon jati yang sedang ditaburi bunga Gusti Moeng di dalam pagar kompleks pendapa tempat ritual wilujengan, Sabtu (10/5) siang tadi, sudah termasuk besar, bisa mencapai garis hengah 70 atau 80 meter. yang ditebang tahun 1997 hanya beberapa batang, bergaris tengah 150-an cm. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Setelah penebangan dengan persyaratan negara dan tatacara adat resmi dari kraton di tahun 1997 itu, iMNews.id belum mendapatkan catatan adanya penebangan berikutnya karena adanya kebutuhan untuk renovasi atau revitalisasi kraton. Tetapi, dari hasil pantauan penulis saat menyaksikan ritual di tahun 1997 dan suasana di sekitar pendapa kecil, sudah jauh berbeda.

Perbedaan suasana dan pemandangan itu karena kini terkesan cukup jauh rata-rata jarak antara satu pohon dengan beberapa pohon di sekitarnya. Ukuran pohon jati yang ada, sebagian besar di bawah garis tengah 70 cm dan hanya sebagian kecil yang masih tampak dari pendapa kecil itu, ada yang berdiameter hingga 100 cm atau bahkan lebih, dan tampak pula yang tumbang.

PENDAPA KECIL : Sewaktu beberapa batang pohon jati diambil untuk pembangunan kembali “gedhong” Sasana Handrawina di tahun 1997, pendapa kecil sebagai tempat ritual dalam pagar kompleks seperti yang tampak, belum ada. Lokasi tempat ritual tetap, namun dibangun tempat ritual indah secara permainen. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Alas Danalaya yang dulunya disebutkan menjadi tanggung-jawab Ki Ageng Danalaya, adalah hutan yang dijaga ketat karena hanya untuk melayani kebutuhan kraton. Ketika tahun 1997 kraton butuh untuk konstruksi bangunan Sasana Handrawina, bisa didapat beberapa “gelondong” atau “log” panjang, lurus dan berdiameter lebih 150 cm serta jumlah yang berdiri masih banyak.

Seiring perjalanan zaman yang sering diiringi masa-masa sulit dalam perekonomian, hutan “seanker” apapun tak luput dari sasaran “ilegal loging” untuk sekadar bertahan hidup atau “serakah”. Meski begitu, kraton tetap menggunakan etika dan estetika, menggelar ritual memulai tebang, seperti yang dilakukan Gusti Moeng saat hendak membangun Sasana Handrawina, 1997. (won-i1)