Tata-ulang Organisasi Pakasa, Jadi Sinyal Serius Ultah Sewindu “Istana Mataram” (seri 6 – bersambung)

  • Post author:
  • Post published:May 3, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Tata-ulang Organisasi Pakasa, Jadi Sinyal Serius Ultah Sewindu “Istana Mataram” (seri 6 – bersambung)
GUSTI BEHI TAMPIL : Gusti Behi (KGPH Hangabehi) tampil pada acara khol yang digelar yayasan pamong makam Kyai Ageng Ngerang di wilayah Pakasa Cabang Pati, sebagai "undangan" dari Kraton Mataram Surakarta, beberapa tahun lalu. Di acara itu, Pakasa cabang setempat juga menjadi "undangan" di wilayahnya sendiri. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pakasa Punjer dan Cabang-cabang Kini Sedang Berdinamika, Ada yang “Sudah Hangat”

IMNEWS.ID – ORGANISASI Pakasa mulai dari Punjer sampai tingkat cabang yang tersebar di berbagai daerah di Provinsi Jateng dan Jatim, kini sedang mengalami trend naik dinamikanya atau “hangat suhunya”. Dinamika seperti ini jelas positif karena proses persesuaian yang terjadi, “diyakini” dan “diharapkan” bisa semakin mendewasakan dan mematangkan organisasi.

“Suhu” atau temperaturnya naik dari “dingin-dingin saja” menjadi “hangat”, karena dinamika itu baru terjadi secara lokal di 1 atau 2 cabang Pakasa tertentu. Dan sebenarnya, suhu naik menjadi hangat sudah terjadi di sejumlah cabang secara tidak bersamaan dan dalam kurun waktu yang panjang, tetapi kemudian “kembali” menjadi “dingin” dalam berbagai alasan.

Suhu yang sedang “hangat” saat ini menimpa Pakasa Cabang Pati dan Cabang Boyolali, meskipun latarbelakangnya berbeda satu sama lain. Kalau Pakasa Cabang Pati hangat karena berlangsung sejak lama akibat figur kepemimpinan “top leader” pengurus cabang memiliki “minim kemampuan” hampir di segala bidang, sedangkan Cabang Boyolali belum ada “ketua” baru definitif.

“KULTUR BERBEDA” : Mungkin “kulturnya berbeda”, pada acara khol Syeh Jangkung di wilayah Pakasa Cabang Pati ini beberapa tahun lalu, para pengurus cabang justru menjadi pihak yang diundang yayasan pamong makam yang notabene anggota Pakasa cabang. Pakasa Cabang Kudus dan Jepara, juga sebagai “undangan”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sebagai ilustrasi, “hangatnya” suhu kepengurusan Pakasa di sejumlah cabang selain dua cabang di atas, sebenarnya masih wajar sebagai dinamika yang memperlihatkan adanya “kehidupan” di cabang-cabang itu. Tetapi, kebanyakan cabang yang jauh dari pantauan, memang sulit diidentifikasi secara detil grafik dinamikanya, karena banyak yang sampai “bubar” dan vakum.

Cabang-cabang yang sampai sulit terpantau dan terdeteksi grafik dinamikanya, karena posisi daerah cabang yang jauh dari lokasi Punjer di Kraton Mataram Surakarta. Misalnya daerah-daerah di Provinsi Jatim seperti Kediri, Blitar dan Tulungagung, pengurus yang sudah terbentuk di sana sebelum ada pandemi, belakangan vakum tak diketahui proses sebelumnya.

Demikian pula Pakasa Cabang Gresik yang termasuk jauh dari Punjer, juga tak tahu proses “menghilangnya”. Sedangkan Cabang Sidoarjo, jauh dari Punjer tetapi jelas prosesnya dan “bubar” karena figur “Pangarsanya” mendapat sanksi dari Punjer akibat dugaan “perbuatannya” bermuatan kriminal yang bisa mengorbankan nama lembaga Pakasa, kraton dan budaya.

“DESA MAWA CARA” : Bila ada pepatah Jawa menyebut “Desa mawa cara, negara mawa tata”, mungkin “diberlakukan” di wilayah Pakasa Cabang Pati. Karena, di wilayah ini pengurus Pakasa malah menjadi undangan ketika ada makam menggelar ritual haul, padahal para pamong makamnya anggota/pengurus Pakasa. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Hampir semua cabang di wilayah eks Kresidenan Surakarta, dalam separo dekade terakhir memang semuanya mengalami dinamika yang “menghangat”, tetapi secara tidak bersamaan dan tahu-tahu tidak ada kabarnya dalam waktu yang panjang. Kecuali Kota Surakarta yang menjadi “markas” Pakasa Punjer dan lokasi kraton, riwayatnya belum pernah ada pengurus cabang.

Pakasa Cabang Sragen yang vakum beberapa tahun sejak ditinggal KRAT Rawuh Supriyanto, saat ada pelantikan pengurus Kabupaten Madiun tahun 2022, belum ada penggantinya. Tetapi saat iMNews.id meminta konfirmasi ke pengurus Punjer siang tadi, sudah ada figur penggantinya yang hampir bersamaan dengan Pakasa Cabang Karanganyar yang kini diganti KRA Supriyanto.

Pengisian posisi ketua secara definitif beberapa cabang itu, menjadi bukti penjelasan singkat KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Punjer, ketika dimintai konfirmasi iMNews.id kemarin (iMNews.id, 2/5) menyebutkan bahwa reorganisasi cabang-cabang Pakasa dilakukan “sambil berjalan”. Itu berarti, tinggal beberapa daerah di wilayah Surakarta yang belum “diatasi”.

POSISINYA SAMA : Gusti Moeng yang tampak memberi sambutan pada ritual haul di makam Kyai Wot Sinom yang menjadi wilayah tugas Pakasa Cabang Pati, beberapa tahun lalu, posisinya justru sama dengan para pengurus Pakasa cabang setempat yang hadir sebagai undangan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kota Surakarta, juga disebut KPH Wirabhumi termasuk yang ikut “diatasi” sambil berjalan, meskipun untuk saat ini belum ada kabar rencana pelantikan atau langsung penetapan secara formal. Pakasa Cabang Klaten yang saat ini dipimpin KP Probonagoro, juga belum ada kabar akan ikut direorganisasi atau tidak, meskipun kondisi cabang ini termasuk “tidak sehat”.

Cabang-cabang lain seperti Semarang (kabupaten dan kota) juga Salatiga, sangat mungkin akan lahir pengurus yang sama sekali baru. Tetapi Kabupaten Temanggung, Wonosobo, Purworejo, Purbalingga dan Banyumas, memang belum pernah ada dan belum tampak embriyo yang muncul ke arah terbentuknya pengurus cabang. Sedangkan Cabang Banjarnegara, tetap “stagnan”.

Di pesisir utara setelah Kota Semarang, ada Kabupaten Kendal hingga Kabupaten Brebes kini tak satupun yang berpengurus aktif, karena Kabupaten Slawi/Tegal yang dulu eksis selama dipimpin KRAT Subagyo, tetapi pasif setelah ketua Pakasa itu meninggal di tahun 2023. Praktis, semua kabupaten di pantura itu kosong tak punya pimpinan, bahkan tak punya pengurus Pakasa.

JAUH BERBEDA : Pemandangannya sangat jauh berbeda ketika melihat KP MN Gendut Wreksodiningrat sibuk “melayani” Wakil Bupati Ponorogo (Jatim) Lisdyarita dan menyambut rombongan kraton yang nyadran di makam Eyang Jayengrono, beberapa tahun lalu. Tampilnya Ketua Pakasa Ponorogo itu, menjadi tuan rumah “total”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Soal Pakasa cabang Pati yang hubungannya sedang menghangat, kini serius dipantau Pakasa Punjer. Cabang Pati belum memilih Muscab, walau di satu sisi Punjer menyebut masa-bhaktinya sudah berakhir tahun 2024. Beberapa figur pengurus menyadari “lemahnya” kepemimpinan “top leader”, tetapi masih bimbang untuk menentukan mekanisme penyelesaiannya.

Mereka juga membenarkan, event haul di sejumlah makam leluhur Dinasti Mataram seakan berjalan sendiri jauh dari otoritas koordinatif figur “top leader”, karena lemahnya kualitas kepemimpinan “top leader” itu. Sehingga, pengurus Pakasa cabang yang selalu menjadi “tamu undangan” di tiap event haul dianggap “biasa”, walau terasa sangat aneh dari sisi organisasi.

Dengan sebagian profil cabang Pati ini, menjadi sangat beda latar-belakang masalah yang dihadapi Pakasa Cabang Boyolali. Mundurnya KRA Teguh dari ketua cabang beberapa tahun lalu, menampilkan KRA Surojo yang hingga kini belum ditetapkan sebagai pengganti. Dalam beberapa tahun ini, anggota Pakasa Boyolali tercerai-berai, hingga warga dari Selo “mutung”. (Won Poerwono – bersambung/i1)