Pakasa Cabang Jepara Kirim “Kanca-Kaji”, Ikuti Kirab Mengantar Uba-Rampe Nyadran
BANJARNEGARA, iMNews.id – Setelah beberapa cabang Pakasa memanfaatkan hari Minggu terakhir bulan Ruwah Tahun Je 1958 untuk menggelar ritual Nyadran, Pakasa Cabang Banjarnegara yang memanfaatkan hari terakhir bulan Ruwah. Ritual Nyadran yang digelar bersama Pakasa cabang dan berbagai elemen lain, berlangsung di empat lokasi makam dalam dua hari (26-27/2).
KRAT Eko Budi Tirtonagoro selaku Ketua Pakasa Cabang Banjarnegara yang dimintai konfirmasi iMNews.id kemarin menyebutkan, ritual Nyadran digelar dalam dua hari (26-27/2) di empat lokasi makam. Grebeg Sadran Agung Adisara dan acara pendukung (26-27/2), serta Nyadran Gede di tiga lokasi makam yang ada di dua kecamatan yang diselesaikan dalam sehari (27/2).
Event Grebeg Sadran Agung makam Nyi Ageng Adisara di Astana Pajimatan Adisara di Desa Glempang, Kecamatan Mandiraja dipimpin juru-kunci makam RT Suwaryo (Ketua Pakasa Ancab Mandiraja). Enam orang rombongan “Kanca-Kaji” Pakasa Cabang Jepara yang dipimpin KRT Anam Setyopuro, diutus Ketua Cabang Jepara untuk mendukung ritual religi Grebeg Sadran Agung itu.
Ritual di Grebeg Sadran Agung itu disertai kirab budaya yang rutenya melewati gang-gang kampung berhias ladang dan persawahan, untuk mengarak uba-rampe Nyadran, Rabu (26/2). Acara di Astana Pajimatan Adisara itu masih berlanjut keesokan harinya, Kamis (27/2), berupa pentas kesenian, konser musik dan diakhiri pentas wayang kulit pada malam harinya.

Sedangkan Nyadran Gede di tiga lokasi makam terpisah di tiga kecamatan, digelar Kamis (27/2) dan dipimpin Ketua Pakasa Ancab Gumelem, MNg Hadiprojo dan Ketua Ancab Purwarejo, RT Renoferi. Dua di antaranya yaitu di makam Sunan Geseng di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan dan makam Adipati Warga Hutama I (Adipati Wirasaba) di Desa Klampok, Kecamatan Purwareja.
Satu lokasi makam di Desa Kemranggon, Kecamatan Susukan dijelaskan sebagai makam Mbah Sepang, seorang tokoh cikal-bakal desa setempat. Dari catatan iMNews.id, lokasi makam ini termasuk objek Nyadran baru di tahun ini, karena sebelumnya belum pernah diagendakan disadran atau belum pernah ada publikasi soal kegiatan Nyadran di makam ini.
Ritual Nyadran yang dipusatkan di kompleks makam Nyi Ageng Adisara, diawali sajian kesenian tradisional “Ebeg” atau “jaran kepang” tasyakuran, doa dan tahlil yang mengantar ritual Nyadran. Melanjutkan sajian “Ebeg”, bahkan disajikan pentas seni tari “Lengger” dari Sanggar Tri Laras Budaya, karawitan Puspita Laras dan musik campursari dari grup Ariesta.
Dalam jadwal acara bahkan disebutkan ada konser musik kolaborasi kentongan dan karawitan dari grup Angklung Bambu Laras dan grup karawitan Puspita Laras. Ritual dalam dua hari itu bahkan ditutup dengan pentas wayang kulit persembahan Wargo Laras, yang disajikan kolaborasi 4 dalang dan mengambil lakon “Wahyu Tridaya”.

Seperti diketahui, agenda safari Nyadran Kraton Mataram Surakarta di bulan Ruwah tahun 2025 ini ada 7 “trip”, yang berakhir di Astana Pajimatan Butuh, Plupuh, Sragen dan beberapa lokasi makam, Rabu (19/2) yang selesai dalam sehari itu. Namun, ada susulan permohonan dari beberapa Pakasa cabang, agar kraton mengirim rombongan untuk memandu tatacara Nyadran.
Susulan permohonan datang dari Pakasa Cabang Magelang, yang dihadiri rombongan dan menggelar ritual Nyadran, Minggu (23/2). Berikut permohonan ritual menandai dari warga Pakasa Pengging, Cabang Boyolali, yang menghadirkan Gusti Moeng dan rombongan untuk menandai ritual “padusan” di “umbul” (mata air) Pengging yang diawali dengan prosesi kirab, Kamis (27/2).
Hari Ruwah terakhir yaitu Jumat (28/2), Gusti Moeng dan rombongan memenuhi undangan panitia “jamasan” Sela Gilang di situs Gilanglipuro petilasan Sinuhun Panembahan Senapati di Desa Gilangharjo, Kecamatan Bambang Lipuro, Bantul (DIY). Minggu (23/2), Pakasa Cabang Kudus, cabang Trenggalek dan cabang Magelang serentak menggelar “Nyadran” menyambut Ramadhan.
Menurut KRT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Pakasa Cabang Magelang), Nyadran yang digelar bersama Pakasa cabang tidak hanya Minggu (23/2) di Astana Pajimatan Pucanganom atau “makam” RAy Kleting Kuning di Desa Pucanganom, Kecamatan Srumbung saja, tetapi juga Senin (24/2) di makam Ki Ageng Karotangan di Astana Pajimatan Paremono, Desa Paremono, Kecamatan Mungkid.

Di cabang Trenggalek, ritual Nyadran yang digelar dalam sehari bisa menjangkau sejumlah lokasi makam di 11 desa dan 5 kecamatan yang ada di Kabupaten Trenggalek. Yaitu makam Patih dan Bupati pada zaman Kraton Mataram Islam berIbu-Kota di Kartasura para tokoh lain. KRAT Seviola (Ketua cabang) berharap, tahun depan kraton bisa hadir memandu ritual Nyadran.
Sementara itu, KP Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara) yang dimintai konfirmasi iMNews.id secara terpisah menyebutkan, pihaknya mengirim utusan abdi-dalem “Kanca-Kaji” dan memberi masukan kepada Pakasa Cabang Banjarnegara. Potensi kesenian tradisional perlu didorong menjadi daya-dukung Pakasa, karena cabang ini kaya potensi seni tradisional.

Sementara itu, Ketua Pakasa Cabang Kudus KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro melaporkan, undian berhadiah dari nomer uang pecahan Rp 100 ribu yang dibagikan saat gelar event “Mapag Wilan Siyam”, Minggu (23/2), sudah ada 12 dari 21 yang mendapat hadiahnya. Tetapi, hadiah yang dimenangkan hanya Rp 300-an ribu, hadiah utama belum ada.
“Kemarin siang, saya undi lagi dan saya umumkan melalui WA Grup Kafari. Terus ada yang memberi kabar ada nomer seri uangnya yang cocok, lalu mengambil hadiahnya. Sampai sekarang baru 12 pemenang hadiah Rp 300-an ribu. Hadiah yang Rp 3 juta untuk 4 orang, Rp 1 juta untuk 10 orang dan hadiah utama umroh, belum ada yang menang,” ujar KRRA Panembahan Didik. (won-i1)