
Serahkan SK Penetapan Pamong Makam Astana Pajimatan Tegalarum
SLAWI, iMNews.id – Putra mahkota KGPH Hangabehi terkesan mendapat kesempatan untuk “tancap gas” memimpin upacara adat tradisi Kraton Mataram Surakarta, di bulan Ruwah ini, yaitu ritual nyadran di berbagai lokasi makam leluhur Dinasti Mataram. Setelah dari Kabupaten Ponorogo (iMNews.id, 11/2), pagi tadi dia memimpin rombongan ke Astana Pajimatan Tegalarum.
Diikuti rombongan sekitar 30 orang dari Kraton Mataram Surakarta, putra mahkota yang akrab disapa Gusti Behi itu disambut lebih dari 50 warga Pakasa gabungan dari Kota Tegal dan Kabupaten Slawi/Tegal. Ritual nyadran “Tour de Ruwah” agenda ke-4 kraton pagi hingga siang tadi, memberi beberapa pemandangan berbeda dan menarik dari biasanya, baik bulan Ruwah maupun Sura.
Tiba di lokasi kompleks makam Sinuhun Amangkurat I atau Agung di Astana Pajimatan Desa Pasarean, Kecamatan Adiwerna pukul 11.00 WIB, rombongan yang diangkut dengan dua minibus segera berkemas dan bersiap-siap untuk menyusup barisan prosesi. Walau tanpa dipandu Bregada Prajurit Korsik Tamtama, tetapi tatacara ziarah kraton selalu dilakukan dengan prosesi.

Namun, pukul 11.30 semua rombongan maupun tuan rumah terutama pengurus atau pamong makam Astana Pajimatan Sinuhun Amangkurat Agung berkumpul di pendapa paseban makam. Dan tak lama kemudian, KP Siswanto Adiningrat (Wakil Pengageng Sasana Wilapa) mengumumkan akan dilakukan upacara penyerahan SK tetepan Pamong Makam Astana Pajimatan periode 2025-2023.
Setelah dibacakan urut-urutan acaranya, KP Siswanto yang merangkap juru pambiwara upacara sederhana siang itu, segera mempersilakan KGPH Hangabehi untuk membacakan berita acara “tetepan” pamong makam dan susunan pengurusnya. SK tersebut antara lain diserahkan kepada penasihat, ketua (KP Damarjati Nagoro) dan juru-kunci makam (MNg Irham Reksopuspoko).
Upacara “tetepan” (penetapan) berjalan singkat, hanya sekitar 10 menit, lalu KP Siswanto mengajak semua yang hadir untuk menata barisan menuju lokasi makam yang jaraknya hanya sekitar 25 meter dari pendapa. Kedatangan rombongan “Tour de Ruwah” tak seperti ketika nyadran di Ponorogo yang disambut 100-an warga Pakasa Cabang Gebang Tinatar, karena kompak dan utuh.

Pakasa Cabang Slawi/Tegal, sebelum 2017 memiliki susunan pengurus lengkap, aktif dan punya anggota banyak saat dipimpin KRAT Subagyo Teguh selaku ketuanya. Tetapi setelah ada “prahara mirip operasi militer” tahun 2017, kepengurusan Pakasa Cabang Slawi terkena dampaknya hingga terbelah menjadi dua, dan ketuanya akhirnya meninggal setelah sakit beberapa waktu.
Hingga kini sudah berjalan lebih dari 5 tahun, kepengurusan Pakasa Cabang Slawi belum ada reorganisasi, tetapi masih bisa berjalan karena masih ada “relawan” yang bisa setiap saat menerima tugas untuk kegiatan upacara adat kraton, yaitu nyadran di bulan Ruwah dan “Larap Langse” di bulan Sura. Selama itu, Gusti Moeng menyatukan kembali sisa-sisa pengurusnya.
Kamis siang (13/2) tadi, kegiatan ritual nyadran “Tour de Ruwah” yang dijalankan KGPH Hangabehi bersama rombongan yang disambut sekitar 50 warga Pakasa gabungan sisa-sisa dari cabang Kabupaten Slawi dan beberapa warga Pakasa dari Kota Tegal. Selain KRAT Heriyanto, ada sejumlah tokoh Pakasa tinggalan KRAT Subagyo yang bisa diajak menjalankan tugas adat.

Di sana masih ada KP Damarjati Nagoro, MNg Irham Reksopuspoko dan KMT drg Fitri Nursapti Purwaningrum yang sewaktu-waktu bisa diajak Bebadan Kabinet 2004 pimpinan Gusti Moeng, untuk menjalankan tugas adat, pemeliharaan makam dan pelestarian kegiatan tradisinya. Karena, tiap tahun kraton rutin menggelar nyadran di bulan Ruwah dan “Larap Langse” di bulan Sura.
Siang tadi, GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) terkesan sepenuhnya menyerahkan tugas “utusan-dalem” nyadran kepada putra mahkota KGPH Hangabehi. Sejak di agenda nyadran di Kabupaten Ponorogo, Gusti Behi tampak bersemangat memimpin ritual nyadran yang didampingi tiga saudaran dekat generasi wayah-dalem.
Tiga generasi ketiga dari Sinuhun PB XII itu, adalah KPH Bimo Djoyo Adilogo (Bupati Astana Pajimatan Imogiri), KRMH Suryo Manikmoyo dan KRMH Suyo Kusumo Wibowo. Sementara, dari sentna-dalem yang mengiringi ada KPP haryo Sinawung dan KRMH Saptonojati. Selain KP Siswanto Adiningrat, rombongan juga diikuti abdi-dalem jurusurana RT Irawan Wijaya Pujodipuro.

Usai upacara “tetepan” pamong makam, barisan prosesi yang membawa uba-rampe nyadran tiba di depan cungkup makam, dan satu persatu naik tangga dan masuk cungkup makam yang berukuran pas satu badan dewasa. Tidak ketinggalan, delapan abdi-dalem “Kanca-Kaji” yang dipimpin RT Rasmaji utusan Pakasa Cabang Jepara yang tiba di lokasi pukul 08.00 WIB, ikut masuk cungkup.
Tak lama kemudian, doa dan tahlil dimulai dan dipimpin RT Irawan Wijaya Pujodipuro yang didukung semua anggota pamong makam yang baru saja ditetapkan. Ritual doa dan tabur bungan di pusara Sinuhun Amangkurat Agung berlangsung sekitar 30-an menit, lalu KGPH Hangabehi melanjutkan tabur bunga di makam Kanjeng Ratu Kentaja (permaisuri) dan BRA Kleting Kuning (putri).
Sebelum tabur bunga di makam tokoh terakhir, yaitu Kyai Lembah Manah (guru spiritual Sinuhun Amangkurat), KGPH Hangabehi menerima bibit pohon Wijaya Kusuma yang diserahkan penasihat pamong makam, KP Henry. Bibit pohon yang selalu dipetik bunganya saat hendak ada jumenengan nata itu, ditanam KGPH Hangabehi di sisi barat cungkup makam Sinuhun Amangkurat Agung. (won-i1)