Event HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN Menjadi Catatan Sejarah, Eksperimen yang Berisiko (seri 3 – bersambung)

  • Post author:
  • Post published:December 19, 2024
  • Post category:Regional
  • Reading time:11 mins read
You are currently viewing Event HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN Menjadi Catatan Sejarah, Eksperimen yang Berisiko (seri 3 – bersambung)
PARKIR LAMA : Barisan terdepan kontingen Pakasa Cabang Jepara, yaitu pasukan Bregada Nguntara Praja dan Bregada Korsik Sura Praja, harus parkir lama di bawah sebuah patung pahlawan di perempatan Glagad, menunggu kontingen lain yang sedang tampil di depan panggung kehormatan di halaman Pendapa Pagelaran, Sabtu (14/12). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Gabungan Dua Event dari Dua Elemen Berbeda Itu, Belum Tentu Bisa Terulang Lagi

IMNEWS.ID – SELAIN KP Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara) dan KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus), ada seorang tokoh lagi yang memberi kesan, pesan dan pandangan yang konstruktif yang memiliki harapan ke depan lebih baik. Yaitu KRT Suyono S Adiwijoyo, Ketua (Harian) Pakasa Cabang Ngawi yang berharap ada evaluasi event ini.

Saat dihubungi iMNews.id kemarin, KRT Suyono menyatakan senang dan bangga, Pakasa Cabang Ngawi diberi kepercayaan menjadi salah satu penyaji kirab budaya dalam peringatan HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN anggota MAKN 2024. Menurutnya, kepengurusan cabang Ngawi yang masih sangat muda, telah mendapat pengalaman begitu banyak di ajang pertemuan masyarakat adat nasional itu.

JUGA MENUNGGU : Barisan kontingen Pakasa Cabang Ngawi yang terdiri dari 20 Dhadhak-Merak dan 20-an penari Jathilan, juga harus berdiri menunggu giliran tampil di depan panggung kehormatan di halaman Pendapa Pagelaran, Sabtu (14/12). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam kesan dan pandangannya, giat para kontingen peserta terutama dari keluarga besar Pakasa yang datang dari berbagai daerah cabang, luar biasa. Jalannya kirab budaya yang menjadi acara utama warga Pakasa cabang berkumpul, dari luar terkesan sudah lancar, aman dan sukses. Tetapi, selaku bagian dari masyarakat adat peserta kirab, dia berharap panitia berbenah lebih.

“Menurut kami, ada banyak yang perlu dievaluasi, agar ke depan bisa lebih baik,” tandas KRT Suyono tanpa menyebutkan hal-detil apa yang harus dievaluasi dan dibenahi. Pertanyaan mengenai pengalaman apa yang dirasakan selama Pakasa Cabang Ngawi mengikuti puncak peringatan HUT ke-93 yang dibagung untuk menyukseskan Festival Seni Budaya Kraton Nusantara (FSBKN) 2024?

JARANAN PEGON : Tari tradisional Jaranan Pegon simbol kesenian khas Pakasa cabang Trenggalek (Jatim), mulai bergerak di depan pintu masuk Taman Sriwedari, untuk melewati panggung kehormatan di garis start untuk menuju panggung kehormatan di garis finish, halaman Pendapa Pagelaran, Sabtu (14/12). (foto : iMNews.id/Dok)

Beberapa hal yang perlu dievaluasi seperti yang dimaksud KRT Suyono, mungkin mengenai penyusunan perencanaan event hingga proses pelaksanaannya yang mengalami banyak kekurangan. Mengingat, event HUT Pakasa sebagai elemen tersendiri yang merupakan bagian dari masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta, secara terpisah sudah merupakan event berskala besar, lintas provinsi.

Kemudian, event FSBKN yang pesertanya kalangan anggota DPP MAKN yang jumlahnya 58 kerajaan, secara terpisah juga sudah berjalan dengan formatnya sendiri sebagai event berskala nasional. Oleh sebab itu, menyusun perencanaan event tunggal gabungan yang memadukan elemen Pakasa dan elemen MAKN, tentu membutuhkan studi pendalaman sebagai kerja pendahuluan panitia.

Merumuskan susunan penggabungan dua event dari dua elemen itu, tentu butuh proses waktu yang cukup, biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Setelah itu, desain event dan acara pelaksanaannya tentu juga harus memperhitungkan ketersediaan dan kecukupan bagian-bagian yang diperlukan, yaitu distribusi waktu (persiapan dan pelaksanaan) agar semua bisa terakomodasi dengan ideal.

Apabila soal waktu yang dibutuhkan untuk menggelar seluruh acara bisa dipetakan, pasti akan merujuk pada ketersediaan dana dan tenaga pelaksananya (SDM). Tetapi, proses perencanaan, perumusan dan penyusunan desain event seperti itu tentu bisa dilakukan dengan ideal, ketika dalam suasana yang normal atau dalam situasi dan kondisi sedang baik-baik saja.

MENERIMA SK TETEPAN : KRAT Heru Arif Pianto Widyonagoro (Ketua Pakasa Cabang Pacitan), menerima SK pelantikannya sebagai ketua pengurus Pakasa cabang. Penyerahan SK oleh KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Pakasa Punjer), disaksikan KRT Suyono S Adiwijoyo (Ketua Pakasa Ngawi), menjelang pentas wayang kulit, Sabtu malam (14/12). (foto : iMNews.id/Dok)

Pertanyaannya, apakah semua yang berkait dengan peristiwa bersejarah peringatan HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN anggota MAKN itu berada pada situasi normal atau sedang baik-baik saja?. Jawabannya jelas tidak. Karena, masing-masing lembaga induk yaitu Kraton Mataram Surakarta termasuk sebagian besar Pakasa cabang, juga DPP MAKN termasuk anggotanya, kini sedang prihatin.

Keprihatinan Kraton Mataram Surakarta sudah berlangsung lama, setidaknya sejak “dilumpuhkan” oleh “insiden mirip operasi militer 2017”. Sejak itu, jajaran “Bebadan Kabinet 2004” yang menjalankan tugas-tugas adat kehilangan lebih dari 50 persen kekuatannya di segala bidang. Tetapi, “keprihatinan” yang rata-rata dialami Pakasa cabang, tidak hanya akibat dari induknya.

MOMENTUM PENTING : Berkumpul di puncak peringatan HUT ke-93 Pakasa sekaligus event FSBKN MAKN 2024, merupakan momentum penting bagi rombongan Pakasa Cabang Pati. Mereka berfoto bersama di depan topengan Kori Kamandungan Kraton Mataram Surakarta, Sabtu sore (14/12). (foto : iMNews.id/Dok)

Ada banyak faktor lain, karena warga Pakasa dan masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta juga menjadi bagian dari warga bangsa yang sama-sama mengalami degradasi potensi ekonomi akibat pandemi Corona hingga kini. Sehingga, pertumbuhan jumlah organisasi Pakasa di tingkat cabang dan jumlah anggotanya, rata-rata juga terjadi dalam keterbatasan secara ekonomi.

Di sisi lain, FSBKN sebagai event MAKN yang 58 anggotanya yaitu kerajaan-kerajaan yang rata-rata juga sedang “perihatin”, bisa sampai dipindah ke Kota Surakarta dan oleh Kraton Mataram Surakarta digabungkan dengan HUT Pakasa pada 14-15 Desember itu, karena ada alasan yang mendadak muncul. Pemindahan mendadak terjadi karena tuan rumah FSBKN menjadi kontestan Pilkada.

Seperti pernah ditegaskan KPH Edy Wirabhumi selaku Ketua Umum DPP MAKN di acara ultah Gusti Moeng, awal November, FSBKN digelar di Kabupaten Ende, dan Kesultanan Ende disebut menjadi salah satu kontestan Pilkada tersebut. Oleh sebab itu, DPP MAKN memindah rencana itu ke Kota Surakarta dan digelar di lingkungan Kraton Mataram Surakarta, bersamaan HUT ke-93 Pakasa.

Dengan membedah anatomi kondisi masing-masing induk elemen dua event di atas, menjadi jelas akar permasalahan yang menjadi akibat langsung atau tidak langsung, dari gabungan event puncak HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN MAKN, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Pengalaman dalam peristiwa bersejarah itu akan dicatat semua yang terlibat, sebagai sisi kelebihannya.

PENTAS WAYANG : Pentas wayang kulit “gabungan” dari Pakasa Cabang Ngawi dan cabang Jepara, berlangsung di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa seusai kirab budaya peringatan HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN MAKN sorenya. (foto : iMNews.id/Dok)

Dengan memahami situasi dan kondisi yang berada di dalam masing-masing induk dan elemenya, termasuk peristiwa event-nya, menjadi jelas bahwa pelaksanaan HUT ke-93 Pakasa yang digabung FSBKN itu, ada yang banyak dievaluasi seperti yang diharapkan KRT Suyono S Adiwijoyo (Ketua Pakasa Cabang Ngawi). Evaluasi itu tentu mengarah pada upaya untuk tidak mengulang kekeliruan.

Ada banyak kalkulasi yang keliru atau salah dalam merumuskan desain event masing-masing elemen, terutama yang menyangkut pembagian waktu, lokasi dan isi tampilan untuk acaranya. Karena, diperlukan manajemen terpisah agar dicapai penyajian yang efektif dan efisien, baik waktu, tenaga dan biaya, mengingat ada tuntutan ideal dari keterbatasan biaya, waktu dan tenaga.

ELEMEN ELPEJE : Pakasa Cabang Ngawi yang memiliki elemen SAR Eling Pepadane Jejalma (Elpeje), merupakan potensi SDM yang punya banyak pengalaman di lapangan, termasuk pengatahuan manajerial SDMnya. Ada baiknya, Kraton Mataram Surakarta mengajaknya di berbagai kegiatan terutama di lapangan seperti HUT ke-93 Pakasa kemarin. (foto : iMNews.id/Dok)

“Kami, Pakasa Cabang Ngawi, sudah sejak acara tingalan jumenengan, sudah memohon dhawuh untuk tugas membantu di titik-titik rawan dalam pengaturan semua yang hadir. Harapan kami, pada HUT 93-Pakasa ini, tiap-tiap cabang misalnya Pakasa Ngawi, dilibatkan dalam tugas-tugas membantu menjaga/mengatur di titik-titik rawan. Kami selalu siap kok,” ujar KRT Suyono.

Memang benar, tidak semua Pakasa cabang memiliki kemampuan dalam segalanya. Tetapi KRT Suyono mengisyaratkan, Pakasa Ngawi sanggup diajak bertugas membantu kelancaran kegiatan event HUT ke-93 Pakasa ini. Pakasa cabang yang memiliki elemen SAR Elpeje itu, melihat laju kirab yang kurang lancar itu, karena ada banyak titik lemah pengaturan dan kekurangan SDM. (Won Poerwono – bersambung/i1)