Senin Malam Dilepas Lagi Masing-Masing 18 Ekor, Sebagai Sedekah di Dua Majlis Taklim Terpisah
KUDUS, iMNews.id – KRA Panembahan Didik “Alap-alap Gilingwesi” Hadinagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus) selaku ketua tiga Majlis Taklim penyelenggara acara pengajian dan rapat pengurus Pakasa cabang, merasa heran. Dia ingin mencari tahu atau jawabannya, karena dua dari 16 ekor perkutut yang dilepas untuk sedekah, Senin malam (11/11), tak mau terbang pergi.
“Saya jadi heran, ada apa ya?. Apakah ada maknanya kalau dua ekor burung perkutut itu tidak mau terbang, pergi ke luar rumah saya seperti 14 ekor yang lain. Yang satu hanya hinggap di tumpukan buku (Alqur’an), tidak makan dan minum dua hari ini. Satunya lagi tak mau keluar dari kandang, walau pintunya terbuka terus,” ujar KRA Panembahan Didik.
Ketua Pamong Makam Mbah Glongsor dan tokoh penginisiasi kirab budaya “Terompet Mbah Glongsor” yang dihubungi iMNews.id, siang tadi itu menuturkan, dalam rapat pengurus Pakasa yang digelar di Majlis Taklim Lembah Pedangkungan, Desa Singocandi, Kecamatan Kota, Senin (11/11) ada acara tambahan unik, yaitu pengundian hadiah umroh bagi satu pemenangnya.
Pengundiannya yang tergolong unik, yaitu dengan melepas 16 ekor burung perkutut di lokasi rapat setelah rapat yang dimulai pukul 19.00 WIB itu berakhir. Dari 16 ekor yang dilepas di malam itu, hanya 2 ekor yang hinggap di atas kepala MNg Miftahul Munir Hadi Prasetyo dan pundak Nyi Lurah Nita Ayu Anggraini. Keduanyalah calon pemenang hadiah umroh itu.
Karena hadiahnya hanya untuk seorang, seperti sebelumnya yang diterima (almh) Nyi MNg Maya, maka dua orang yang dihinggapi burung perkutut malam itu dinyatakan sebagai finalis. Cara pengundian penerima hadiah umroh yang dilakukan KRA Panembahan Didik itu cukup unik, melepas burung perkutut untuk sedekah tetapi yang dihinggapi bisa jadi pemenangnya.
Karena ada dua santri anggora Pakasa yang dihinggapi, lalu diundi lagi di malam selanjutnya yaitu dengan quiz pertanyaan yang dikirim lewat WA. Pertanyaan pada quiz pertama yang diberikan, dijawab keduanya salah semua. Begitu pula, quiz kedua pertanyaan tentang berapa jumlah perkutut yang dilepas?, tetapi jawaban Senin malam (18/11) tak ada yang benar.
“Senin malam (18/11) kemarin, saat pengajian sekaligus rapat pengurus Pakasa, saya mengundi lagi hadiah mobil bekas tahun 1990-an tapi masih baik dan sehat untuk digunakan. Karena, ada yang belum punya monil. Tetapi, ya belum ada yang mendapat hadiahnya. Karena, belum ada yang bisa menebak quiz pertanyaan berapa kain batik ceplok yang saya beli?.
“Jadi, dua jenis hadiah dari dua quiz yang berbeda belum ada pemenangnya. Belum tahu kapan lagi saya akan mengundi lagi. Tetapi yang jelas, ini menjadi hiburan segar, ada unsur membantu dan karena saya memang ingin bersedekah. Mengingat saya punya dosa banyak sekali di waktu muda,” ujar Ketua Pakasa Cabang Kudus yang sehari-hari disapa “Kyai” para santrinya itu.
Pimpinan tiga Majlis Taklim yang di masa mudanya memimpin grup “Magic Show” yang beroperasi di Jalan Jogja-Magelang, tahun 1984-20023 menyatakan, selain dua jenis hadiah yang diundi belum ada pemenangnya, disebutkan ada kejadian aneh. Yiatu dua di antara 16 ekor burung perkutut yang dilepas Senin malam (11/11), lebih senang tinggal dan tak mau pergi.
Dua ekor perkutut yang hanya diam di tumpukan buku (Alqur’an) dan di dalam kandang terbuka pintunya itu, disebutkan KR Panembahan Didik bukan dua ekor yang hinggap di kepala dan pundak dua finalis undian umroh. yang seekor, sampai siang tadi hanya diam di tumpukan buku, tidak makan dan tidak minum, yang satunya di dalam kandang leluasa makan dan minum.
“La, pas pengajian dan rapat pengurus Pakasa, Senin malam (18/11), pengundian mobil bekas tidak ada pemenangnya, tetapi kami juga melepas lagi burung perkutut. Melepas-liarkan burung perkutut agar hidup bebas, adalah bagian dari sedekah seperti yang dilakukan eyang-eyang saya, termasuk Mbah Glongsor (KRT Prana Kusumodjati),” ujar KRA Panembahan Didik.
Senin malam itu, dilepas di dua lokasi terpisah masing-masing 18 ekor perkutut, yaitu di Majlis Taklim Lembah Pedangkungan oleh KRT Joko Sulistyono Rekso Pradotodiningrat, sedang di Majlis Taklim Alap-alap Gilingwesi dilakukan RT Masrukin Hadipuro. Yang untuk HUT Pakasa, masih utuh 93 ekor. Semua dibeli dari para pemburu di Demak, Rembang dan Pati.
“Saya juga mencari sampai ke Blora. Ternyata, daerah-daerah di dekat hutan jati sepanjang pegunungan Kendeng Utara banyak burung perkutut. Yang saya beli itu liar, harganya rata-rata Rp 5 ribu. Maka, saya lepas liarkan lagi agar mengisi ruang hidup di Kabupaten Kudus. Kalau beli dari peternak, harganya paling sedikit Rp 50 ribu/ekor,” tambahnya.
Untuk yang 93 ekor, akan dilepas serentak di tiga lokasi saat donga wilujengan peringatan HUT ke-93 Pakasa dipusatkan di salah satu lokasi Majlis Taklimnya. Masing-masing Majlis Taklim akan melepas 31 ekor serentak di malam peringatan, yaitu di Lembah Pedangkungan (Desa Singocandi), Alap-alap Gilingwesi (Desa Gondangmanis) dan Paseban Agung (Desa Tenggeles).
(won-i1)