Gusti Moeng dan Rombongan Naik Andong di Belakang “Kirab Apem dan Hasil Bumi; Saparan Pucang”

  • Post author:
  • Post published:August 25, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Gusti Moeng dan Rombongan Naik Andong di Belakang “Kirab Apem dan Hasil Bumi; Saparan Pucang”
MEMBERI SAMBUTAN : Gusti Moeng memberi sambutan pada upacara pembukaan tradisi "Kirab Budaya dan Hasil Bumi; Saparan Pucang" untuk kali pertama yang dihadirinya di Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Minggu (25/8) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Semangat Warga Dukuh Pucang Merayakan Tradisi Sebar Apem di Bulan Sapar

BOYOLALI, iMNews.id – Bulan Sapar Tahun Je 1958 atau Shafar Tahun 1446 H bagi warga Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, adalah bulan yang sangat berarti. Karena, di bulan itu atau saat ini, hampir di berbagai desa di wilayah dua kabupaten itu merayakan sebuah tradisi yang disebut “Saparan” yang diwujudkan dengan simbol makanan khas disebut “apem”.

Makanan terbuat dari tepung beras rasa manis dan gurih itu, terbungkus plastik dalam jumlah ribuan, disusun menyerupai gunung dan diusung dengan peralatan yang disebut “ancak”. Kerumunan massa pengunjung yang “ngalab berkah” tinggal menunggu apem itu dilempar para petugas ke arahnya, karena tidak mungkin dilayani dengan memberikan satu-persatu.

NAIK ANDONG : Rute “Kirab Budaya dan Hasil Bumi; Saparan Pucang” yang jaraknya sekitar 3 KM tetapi medannya naik dan turun tajam di Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, sudah tepat disediakan angkutan andong seperti yang ditumpangi Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi saat menuju lapangan desa, Minggu (25/8) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pemandangan seperti itulah yang terjadi di lapangan Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Minggu (25/8) antara pukul 10.00 hingga pukul 11.00 WIB diang tadi. Bahkan tak hanya dua atau sepasang “gunungan” apem, sebagai wujud sedekah warga Dukuh Pucang, juga diarak dan diperebutkan “gunungan” sayur-mayur dan buah-buahan di lapangan itu pula.

Suasana berebut apem, buah dan sayur-mayur itu berlangsung setelah panitia memberi aba-aba semua sedekah yang disiapkan di lapangan bisa “dibagi-bagikan”. Aba-aba itu dilakukan setelah mendapat laporan dari pimpinan kirab bahwa semua peserta kirab sudah sampai di lapangan dan semua jenis sedekah juga sudah siap “dibagi-bagikan”.

BALIHO PUBLIKASI : Baliho yang bergambar foto KPH EdyWirabhumi dan Gusti Moeng saat berlangsung “Kirab Budaya dan Hasil Bumi; Saparan Pucang”, Minggu (25/8) siang tadi tampak di sudut pertigaan dekat lapangan. Publikasi sekaligus penyambutan itu terpasang di beberapa titik lokasi di Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam kesempatan “membagi-bagikan” dengan cara melempar ke arah kerumunan di depan panggung kecil hingga tengah lapangan itu, tampak dua sentana-dalem yaitu KPP Jhony Sosrodiningrat dan KRMP Bambang Sudarsono mendapat kesempatan melempar apem. Begitu pula, rombongan yang terdiri Putri Narpa, abdi-dalem dan warga Pakasa Cabang Boyolali yang mendampingi.

Sementara itu, Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) dan KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Pakasa Punjer) begitu tiba di lapangan langsung pulang ke kraton, karena di Pendapa Gapelaran Sasana Sumewa sedang berlangsung berbagai lomba. Untuk merayakan HUT RI ini, “Bebadan Kabinet 2004 menggelar berbagai lomba sekaligus memeriahkan “Maleman Sekaten 2024”.

GAMBYONG MARI-KANGEN : Para penari “Gambyong Mari-Kangen” dengan telanjang kaki harus berpanas-panas ria saat tampil di pembukaan tradisi sebaran apem “Kirab Apem dan Hasil Bumi; Saparan Pucang” di lapangan Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Minggu (25/8) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kirab budaya yang digelar kali kedua setelah tahun 2023 lalu, diikuti kontingen peserta termasuk banyak jumlah dan elemennya. Rute yang ditempuh sekitar 3 KM dari kediaman H Sugiyo selaku Ketua Panitia menuju lapangan. Tetapi Gusti Moeng dan rombongan baru bisa hadir pada Saparan Pucang tahun ini seperti yang disebut ketua panitia dalam sambutannya.

Upacara pembukaan berlangsung di sebuah panggung kecil yang didirikan di gang tengah desa tersebut. Selain Pangarsa Pakasa Punjer dan Pangarsa Lembaga Dewan Adat (LDA), juga dihadirkan beberapa pejabat Forkopimda dan Forkopimcam di antaranya Camat Ampel, Sri Hanung Mahendrajaya. Empat tokoh penting di panggung itu bergiliran memberi sambutan.

“DIBAGI-BAGIKAN” : Makna “dibagi-bagikan” dalam terminologi “ngalab berkah” baik upacara adat di kraton maupun tradisi sebaran apem “Kirab Apem dan Hasil Bumi; Saparan Pucang” di lapangan Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Minggu (25/8) siang tadi, nyaris tak ada bedanya. Maknanya, “ya diperebutkan”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam sambutannya, Camat Ampel menjelaskan bahwa kegiatan tradisi “Kirab Budaya dan Hasil Bumi; Saparan Pucang” ini merupakan rintisan aktivitas pelestarian budaya yang sangat baik dan tepat serta perlu terus didukung keberlanjutannya. Namun, sampai pelaksanaan kedua, diakui masih banyak kekurangannya dan perlu dievaluasi untuk perbaikan di tahun depan.

KPH Edy Wirabhumi dalam sambutannya, kebangkitan masyarakat menggelar berbagai kegiatan tradisi dalam pelestarian budaya, tidak hanya warg Desa Ngargosari, Ampel dengan Kraton Mataram Surakarta. Tetapi lebih luas lagi, se-Nusantara. Sementara, Gusti Moeng menguraikan singkat keberadaan Boyolali yang menjadi pernah bagian Kraton Mataram Surakarta. (won-i1)