Langkah Antisipasi yang Sudah Mulai Terwujud, Akibat Perubahan Sosial Strata Adat
IMNEWS.ID – SABTU Pahing tanggal 29 Juni yang baru saja lewat, merupakan hari bersejarah bagi Kraton Mataram Surakarta sekaligus bagi Pakasa Cabang Jepara. Bahkan, hari bersejarah bagi keluarga besar SMK Bhakti Praja Jepara, yang siang itu menerima rombongan Pakasa Cabang Jepara dan prajurit utusan “Bebadan Kabinet 2004” Kraton Mataram Surakarta.
Hari bersejarah itu adalah peristiwa “pembelajaran” dan latihan bersama di bidang keprajuritan, antara prajurit kraton korsik Bregada Tamtama dan prajurit Bregada Korsik Sura Praja Pakasa Cabang Jepara. Tempat yang menjadi ajang pembelajaran dan awal latihan adalah kompleks SMK Bhakti Praja, karena sebagian besar anggota prajurit Pakasa Jepara adalah para siswa sekolah itu.
Karena proses “pembelajaran” dan latihan bersama ini melibatkan banyak elemen, maka peristiwa itu bisa dipandang sebagai keterlibatan unsur-unsur berbagai elemen yang suatu saat kelak, akan melahirkan kesadaran bersama baik secara pribadi maupun secara kelembagaan semua yang terlibat. Yaitu kesadaran untuk memperkuat ketahanan budaya lokal, regional dan nasional.
Tujuan bersama memperkuat ketahanan budaya bangsa ini, adalah kepentingan yang lebih besar yang kini harus disadari bersama menjadi kebutuhan nasional untuk menjaga keutuhan bangsa dan NKRI. Sedangkan peritiwa bersejarah yang menjadi tema dan tujuan utama kegiatan itu, adalah pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta.
Dengan kata lain, peristiwa “pembelajaran” dan latihan bersama itu, tentu memberi manfaat dalam dua hal sekaligus yang sangat ideal, mulai dari lingkungan terkecil hingga secara nasional. Manfaat dari sisi peristiwa bersejarah, karena untuk kali pertama bagi kraton, Pakasa Cabang Jepara, SMK Bhakti Praja dan bagi pribadi-pribadi dari berbagai elemen yang terlibat.
Sebagai langkah upaya awal yang paling mendasar, peristiwa pembelajaran” dan latihan bersama itu langsung tertulis dalam catatan sejarah penting bagi Kraton Mataram Surakarta. Karena, sepanjang perjalanan sejarah bila dihitung dari keberadaannya di alam republik mulai 1945, baru kali ini ada kegiatan resmi “pembelajaran” di bidang keprajuritan kepada “pihak lain”.
“Pihak lain” dalam konteks edukasi positif tentang hal-hal pokok di bidang keprajuritan khas Kraton Mataram Surakarta ini, dalam pengertian pihak di luar prajurit resmi milik kraton. Tetapi karena berbagai alasan, Pakasa Cabang Jepara dan cabang-cabang lain kini sudah menjadi elemen penting bagian dari masyarakat adat kraton, bahkan memiliki legal standing sejak 2004.
Legal standing sejak 2004, dihitung sejak lahirnya Lembaga Dewan Adat (LDA) yang dipimpin Gusti Moeng, yang secara resmi menjadi elemen resmi masyarakat adat kraton. Apalagi, kini LDA sudah mendapat kekuatan hukum sebagai payung pelindung bagi kraton dengan segala asetnya, setelah mendapatkan keputusan Mahkamah Agung (MA) No.87/Pdt.G/2019/PN Ska – 29 Agustus 2022.
Dari sisi sejarah itu pula, Pakasa Cabang Jepara yang sudah menjadi bagian keluarga besar kraton, akan tercatat sebagai cabang Pakasa pertama yang mendapat edukasi pengetahuan teknis penting di bidang keprajuritan versi khas kraton. Pakasa Punjer di kraton, lahir tanggal 29 November 1931 di zaman Sinuhun PB X, tetapi baru kali ini ada bentuk konsolidasi.
Edukasi atau “kursus kilat” dan latihan bersama di bidang keprajuritan itu, adalah bentuk konsolidasi yang bisa dilakukan sejak lahir, karena bidang kebutuhan dan tujuan keberadaan Pakasa cabang kini, jauh berbeda dengan 90-an tahun lalu. Kini, konsolidasi hanya diperlukan untuk satu tujuan, pelestarian budaya Jawa sekaligus menjaga kelangsungan kraton.
Oleh sebab itu, posisi Pakasa Cabang Jepara dalam konteks edukasi ini sangat tepat melakukan konsolidasi untuk pelestarian budaya Jawa. Karenanya, sejarah yang akan tercatat kemudian, tentu menyebut bahwa nama keluarga besar SMK Bhakti Praja, karena para siswanya adalah pendukung utama prajurit Bregada Sura Praja yang terlibat langsung dalam pelestarian budaya Jawa.
Maka, SMK Bhakti Praja benar-benar bisa ditempatkan sebagai “agen pelestarian” yang punya daya pengaruh luar biasa terhadap kalangan generasi (milenial) seusianya. Mereka bisa menjadi mitra ideal yang saling melegitimasi dengan Pakasa cabang Jepara dan Kraton Mataram Surakarta. Maka, kemitraan antara Pakasa Jepara dan SMK Bhakti Praja bisa melahirkan agen-agen pelestari.
Kemitraan yang bisa dijalin antara SMK Bhakti Praja dengan Pakasa Cabang Jepara, akan berpengaruh besar dalam pengembangan organisasi dan capaian segmen masyarakat adat yang akan terbentuk kemudian. Karena, proses kemitraan ini pasti akan melahirkan daya dukung yang didominasi kalangan muda, sebagai elemen dasar yang bisa membentuk para pelestari di masa tuanya.
Pada gilirannya nanti, di satu sisi perputaran roda regenerasi keanggotaan Pakasa Cabang Jepara bisa berjalan lancar secara alamiah sepanjang waktu. Di sisi lain, Pakasa Cabang Jepara akan selalu terjaga kekuatan legitimasinya sepanjang waktu pula, karena roda regenerasi yang menghasilkan calon anggota Pakasa bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Di sisi lain lagi, urusan kerja pelestarian budaya Jawa akan bisa dijamin lancar pula, karena daya dukung dan proses bekerjanya secara teknis, sudah bisa dilakukan melalui kemitraan itu. Siswa yang akan dihasilkan dari sekolah inipun, setidaknya memiliki bekal nilai-nilai etika, estetika dan punya karakter khas selain ilmu baku yang diterima dari sekolah. (Won Poerwono-bersambung/i1).