Kirab Pusaka Malam 1 Sura, Untuk Menyambut Tahun Baru Jawa 1958 Je Atau Tahun 1446 Hijriyah
SURAKARTA, iMNews.id – Dalam sehari siang tadi, “Bebadan Kabinet 2004” menggelar tiga acara sekaligus dalam waktu yang hampir bersamaan sejak pukul 10.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Diawali rapat panitia kirab pusaka malam 1 Sura menyambut Tahun Baru Jawa 1958 Je, berlanjut upacara adat “ngisis ringgit” dan gladen tari Bedhaya Ketawang karena tepat pada weton Anggara Kasih.
Rapat panitia ritual kirab pusaka bersama sejumlah lembaga terkait soal pengaturan lalu-lintas dan keamanan yang berlangsung paling awal, terjadi di “dua kamar” atau dua lokasi terpisah. Yang digelar “Bebadan Kabinet 2004” berlangsung di eks kantor Sinuhun PB XI, sedangkan yang digelar kelembagaan Sinuhun Suryo Partono berlangsung di Sasana Putra.
Menurut Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat (LDA) yang memimpin rapat, jalannya rapat para Pengageng jajaran Bebadan Kabinet 2004 bersama perwakilan DLLAJ dan Satpol PP Pemkot, Polsek Pasarkliwon, Koramil Pasarkliwon, utusan kecamatan dan kalurahan berlangsung singkat dan lancar. Kirab pusaka akan digelar tanggal 7 Juli malam.
“Waktu kirab sudah disosialisasikan Minggu tanggal 7 Juli, mulai pukul 20.00 WIB. Tetapi kami masih menunggu pusaka yang akan dikeluarkan, terutama yang menyangkut jumlahnya. Karena, berkaitan dengan penyiapan para petugasnya. Mulai dari yang ngampil, mbuntar dan nyumbul. Kalau sentana-dalem yang punya hak bertugas membawa pusaka, kita sudah siap 35 orang,” ujar Gusti Moeng.
Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id, saat sudah berada di gedhong Sasana Handrawina setelah rapat koordinasi panitia kirab pusaka dengan berbagai elemen dari luar kraton selesai sekitar pukul 11.30 WIB. Sementara, ritual “ngisis ringgit” di Sasana Handrawina, baru sekitar pukul 11.00 WIB dimulai karena kunci untuk membuka kotak wayang terlambat datang.
Karena, ritual “ngisis ringgit” yang dipimpin Ki KRT Notohadinagoro selaku “tindhih abdi-dalem” terlambat dimulai, selesainyapun agak terlambat. Karena, mengangin-anginkan lebih dari 300 anak wayang pengisi kotak Kangjeng Kiai (KK) Kadung, bisa sampai 2 jam untuk mendapatkan udara segar yang cukup, agar benih-benih jamur yang menempel kulit wayang bisa mati.
Meski terlambat, Gusti Moeng masih sempat melakukan tatacara doa wilujengan sambil melihat anak wayang pusaka sebelum ikut membersihkan debu yang menempel anak wayang dengan kuas. Ritual “ngisis ringgit” pada weton Anggara Kasih atau Selasa Kliwon siang tadi, ditangani sekitar 10 abdi-dalem Mandra Budaya dan dua pejabat Pengageng Mandra Budaya.
Selain Gusti Moeng yang memimpin langsung ritual, ada Ki KRT Notohadinagoro selaku “tindhih abdi-dalem” dan dalang senior Ki KRT Gatot Purnomo Adicarito. KPP Wijoyo Adiningrat (Wakil Pengageng Mandra Budaya) dan KP Purwotaruno (Sekretaris Mandra Budaya) juga hadir menunggu sebagai sesepuh. Khusus sekotak wayang KK Kadung ini, disimpan di kantor Pengageng Sasana Wilapa.
Karena “ngisis wayang” butuh durasi waktu sedikitnya 90 menit, maka Gusti Moeng terpaksa meninggalkan Sasana Handrawina dan bergegas menuju Pendapa Sasana Sewaka. Karena para pengrawit yang dipimpin KPH Raditya Lintang Sasangka selaku “tindhih abdi-dalem” dan para penari Bedhaya Ketawang, sudah siap memulai “gladen” rutin tiap Anggara Kasih atau Selasa Kliwon itu.
Meski Gusti Moeng yang memimpin upacara adat gladen Bedhaya Ketawang tampak terburu-buru, tetapi dimulainya latihan bersama “dua set” penari yang jumlahnya lebih dari dua kali 9 penari atau lebih dari 18 orang itu, tetap saja lewat dari jam 12.00 WIB. Meski begitu, jalannya gladen tetap lancar, bahkan menjadi pengalaman berharga para wisatawan yang sempat melihatnya. (won-i1).