Beberapa Gelintir Orang yang Menganggap Kecamatan Sukolilo “Sarang Pencuri” Membunuh Karakter
PATI, iMNews.id – Upaya “memuliakan” nama besar Pangeran Benawa I dengan menggelar ritual haul untuk kali ketiga yang dikunjungi Gusti Moeng dan rombongan sentana dan abdi-dalem di kompleks makamnya, Astana Pajimatan bukit Morotoko, Desa Watesaji, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati, Selasa (18/6), telah membuka informasi penting yang selama ini tertutup.
Dengan dibukanya silsilah para leluhur Dinasti Mataram dari garis ibu atau perempuan, terungkap jelas jasa-jasa besar kalangan perempuan yang menjadi ibu tokoh Raja dan permaisuri Raja dalam Dinasti Mataram. Bahkan banyak tokoh perempuan penting dari para leluhur Dinasti Mataram, salah satunya ada lah Ratu Kalinyamat, Bupati pertama di Kabupaten Jepara.
Terungkapnya satu di antara sejumlah tokoh perempuan penting dari leluhur Dinasti Mataram itu, selain karena Gusti Moeng menghadiri ritual haul sejumlah tokoh yang digelar di banyak makam di wilayah Kabupaten Pati, juga karena adanya kajian sejarah yang dilakukan Dr Purwadi (Ketua Lokantara Pusat di Jogja).
“Tokoh Pangeran Benawa (I) dari Kraton Pajang ini bisa membuka informasi penting tentang peran para tokoh perempuan. Karena, dari para tokoh itu telah melahirkan para Raja, para tokoh agama (Kyai/Ki Ageng-Red). Salah satu tokoh perempuan yang hebar dan besar sekali jasanya, yaitu Ratu Kalinyamat. Dia yang mempersiapkan sejumlah tokoh perempuan penting”.
“Yaitu, para tokoh perempuan leluhur yang menjadi ibu atau garwa prameswari Raja-raja Mataram. Salah satunya adalah RAy Banowati. Dia adalah putri Pangeran Benawa (I) yang dititipkan Ratu Kalinyamat. Karena, Bupati (I) Jepara itu kaya sekali. Suaminya, Pangeran Hadirin adalah pengusaha minyak dari Kerajaan Samudra Pasai yang kaya-raya,” ujar Dr Purwadi.
Abdi-dalem dari dari Pakasa Cabang Jogja itu juga bergabung rombongan dari Kraton Mataram Surakarta mengikuti Pengageng sasana Wilapa/Pangarsa LDA yang akrab disapa Gusti Moeng itu, berkunjung ke tengah hutan jati yang ada di puncak bukit Morotoko, Desa Watesaji, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati, Selasa (18/6) untuk menghadiri haul Pangeran Benawa (I).
Menjawab pertanyaan iMNews.id yang juga berada dalam rombongan mengikuti ritual haul di kompleks makam yang begitu jauh dari pemukiman warga itu, Dr Purwadi menyatakan sangat setuju semangat dan upaya Gusti Moeng membuka tabir peran dan jasa-jasa para tokoh perempuan luluhur dinasti maupun dari Dinasti Mataram.
Menurutnya, dalam silsilah yang ada di mana-mana di lingkup wilayah Mataram, bahkan di luar wilayah itu, kebanyakan hanya ditampilkan tokoh laki-laki saja, baik sebagai Raja atau maupun peran-peran lain. Sepanjang sejarah yang merujuk pada hukum agama, terutama Mataram Islam, hampir tidak ada silsilah yang menampilkan peran dan jasa para tokoh perempuan.
“Setelah bisa dibuka, luar biasa data-data informasinya. Hampir setiap keberhasilan seorang Raja dan kebesaran anam tokoh dan lembaga kerajaannya, pasti ada peran dan jasa tokoh wanita di balik itu. Dan ternyata benar. Salah satu contohnya adalah Ratu Kalinyamat. Dia yang mengasuh dan mempersiapkan keponakan-keponakan dari keluarga besarnya,” ujar Dr Purwadi.
Data informasi yang semakin kaya dari peristiwa ritual ini, diharapkan semakin mengundang banyak pihak untuk memahami, belajar meneladani dan datang langsung berziarah ke makam para tokoh itu, untuk berziarah. Dalam kesempatan itu, Dr Purwadi juga menyatakan sangat keberatan kalau ada anggapan negatif beberapa gelintir terhadap masyarakat Sukolilo, Pati.
“RAy Dyah Banowati itu diambil permaisuri oleh Sultan Agung Prabu Hanyakrawati (Raja II Kraton Mataram). Besanan antara Pangeran Benawa I dengan Panembahan Senapati ini, melahirkan Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma. Maka, masa kecil Sultan Agung banyak dihabiskan di wilayah (Kabupaten) Pati, di kediaman kakeknya. Termasuk bersekolah di situ,” Dr Purwadi.
Dalam kesempatan itu, dua orang warga Pakasa Cabang Pati masing-masing Mujiyono dan H Samudi menyatakan keberatan atas tudingan negatif yang tendensinya “membunuh karakter”. Sangat mungkin ada satu atau dua orang yang diduga terlibat (penggelapan-Red), itupun belum tentu, tetapi tidak bisa dianggap seluruh warga satu kecamatan seperti itu.
Di akhir ritual yang dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai unsur dan elemen termasuk rombongan dari Kraton Mataram Surakarta itu, RT H Saroni selaku Bendahara Pakasa Cabang Pati berharap jalan menuju makam yang kini masih berupa batu kapur yang ditata, bisa segera diaspal. Agar titual ini, bisa diawali dengan kirab dari jarak 300-an meter menuju makam.
Jalannya ritual haul, setelah didahului dengan doa dan tahlil yang dipimpin H Jailani selaku pengurus makam Syeh Jangkung (kakak ipar Sultan Agung-Red) dari Desa Landoh, lalu dilanjutkan dengan tabur bunga dan doa Gusti Moeng di samping makam Pangeran Benawa I. Gusti Moeng memberi sambutan singkat dan ucapan terima kasih kepada masyarakat yang merawat makam.
Dalam sambutannya, Gusti Moeng juga sempat menyebut peran Pangeran Benawa (I) dan tokoh-tokoh penerusnya terutama dari garis perempuan atau ibu. Ritual itu diakhiri dengan jamuan bersama nasi kuning dan “gudhangan” dengan lauk ingkung ayam dan gulai daging sapi, karena suasananya masih sangat dekat dengan Idhul Qurban. (won-i1).