“Ruwahan” di Makam Ki Ageng Paremono, Disertai Lomba Mewarnai Tokoh Leluhur
MAGELANG, iMNews.id – Paguyuban Kulawarga Kraton (Mataram) Surakarta (Pakasa) Cabang (Kabupaten) Magelang kini memiliki dua lokasi makam tokoh leluhur Dinasti Mataram yang berbeda, yang mulai menjadi salah satu sarana kegiatan pelestarian budaya Jawa dan nilai-nilai yang ditinggalkan sepanjang sejarah Mataram.
Kemarin, Rabu (6/3), kegiatan ritual nyadran dilakukan segenap keluarga besar Pakasa cabang bersama berbagai elemen di kompleks makam Ki Ageng Paremono, Desa Paremono, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Ki Ageng Paremono berasal dari keluarga besar Ki Ageng Tarub, yang kemudian menurunkan Patih Sindureja di Mataram.
Kegiatan nyadran yang diikuti sekitar 300-an warga Pakasa dan masyarakat di lingkungan kompleks makam, dirangkai dalam sebuah upacara yang diisi tausiyah, doa dan tahlil. Menurut KRT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Pakasa Cabang Magelang), ritual itu juga dihadiri Kabid Kebudayaan Dinas Dikbud Magelang.
Selesai acara inti atau pengantar ritual nyadran, dilanjutkan “nyekar” atau tabur bunga bersama-sama oleh masing-masing keluar di pusara makam anggota keluarganya. Karena, berdoa yang diikuti tabur bunga di pusara, merupakan simbol yang paling memberi makna dari ritual nyadran di bulan “Ruwah” atau Sya’ban.
Menurut Seksi Kebudayaan Pakasa cabang, MAyT Drs Eni Sendang Lestari, selesai nyadran dilanjutkan sarasehan di “ndalem wetan” yang diisi “sesorah” dari tuan rumah, Budiharti SH dan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang, Mantep Sudarsono. Tahun-tahun sebelumnya, forum sarasehan diisi wedaran Serat Sastra Mirudha.
Saat sarasehan berlangsung, lanjut MAyT Eni, lomba mewarnai lukisan tokoh Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma (Raja ketiga Kraton Mataram) dan lulusan beberapa ragam elemen ritual nyadran juga berlangsung. Lomba yang digelar di kompleks makam, diikuti lebih dari 100 siswa dari tiga SD di wilayah Desa Paremono.
Disebutkan MAyT Eni yang masih trah darah-dalem Patih Sindureja (Sindurejo-Red), lomba mewarnai yang diorganisasi sebuah tim dari Unit Seni Rupa UGM (Jogja), baru diadakan mulai nyadran tahun ini. Sebelumnya, ritual di bulan “Ruwah” itu hanya mengundang kalangan siswa SD untuk mendengarkan tausiyah saja.
Diharapkan, lomba-lomba yang bersifat edukatif terutama pengenalan tokoh-tokoh leluhur Dinasti Mataram serta pemahaman tentang jasa-jasa dan nilai-nilai luhur yang ditinggalkan, terus diadakan. Tidak hanya mengenalkan lukisan tokoh Sultan Agung saja, tetapi figur tokoh leluhur Mataram (Surakarta) lebih banyak lagi.
Selain lukisan tokoh, yang diwarnai para peserta adalah lukisan ragam elemen yang disertakan dalam ritual nyadran, misalnya keranjang bunga, “maijan” yang biasanya ada ornamen ukirnya, jenis-jenis bunga tabur dan gapura pintu masuk makam “Pasarean Ageng Paremono” yang sangat khas bergaya Mataram dan Majapahit.
Para juara hasil lomba, diumumkan saat itu juga. Selain piala dan piagam, para juaranya diberi uang pembinaan yang salah satunya diserahkan Kades Paremono, Tri Sabdono. Kades dan seluruh pamong Desa Paremono, sangat proaktif mendukung ritual yang diinisiasi bersama Pakasa cabang dan unsur-unsur Pemkab.
Menurut KRT Bagiyono, Kamis hari ini (7/3), Pakasa Cabang Magelang masih melanjutkan agenda nyadran di kompleks makam RAy Pucang yang ada di Desa Pucanganom, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Nyadran hari ini, Pakasa cabang mengundang Disdikbud, Dinas Pariwisata dan Forkopimcam karena sudah didukung APBD 2024.
Ketua Pakasa Cabang Magelang itu juga menyebutkan, para keluarga besar Pakasa cabang yang banyak terlibat dalam kepanitiaan nyadran, sudah bersiap-siap untuk menyambut rombongan dari Kraton Mataram Surakarta. Disebutkan ada utusan-dalem yang ditugaskan pimpinan “Bebadan Kabinet 2004” untuk nyadran ke Pucanganom.
“Beberapa hari lalu, saya dan rombongan sowan ke kraton untuk menyampaikan undangan agar Gusti Wandan atau utusan-dalem bisa ngrawuhi ritual nyadran di Magelang. Tetapi, melihat jadwalnya yang bisa dirawuhi nyadran di Astana Pajimatan Pucanganom. Yang rawuh juga rombongan yang diutus Gusti Wandan,” jelas KRT Bagiyono.
Agenda nyadran yang didukung Pakasa Cabang Magelang, ternyata bersamaan dengan ritual “Grebeg Sadran Agung Adisara” yang di Kabupaten Banjarnegara, Kamis, hari ini. Pakasa Cabang Banjarnegara “disumbang” prajurit Pakasa Cabang Jepara untuk kirab, yang dipimpin ketuanya, KRA Bambang S Adiningrat sebagai “Manggala”. (won-i1).