Selasa 6 Februari, Tingalan Jumenengan Kedua di Era “Gusti Moeng Kondur Ngedhaton” Digelar  (seri 2 – bersambung)

  • Post author:
  • Post published:February 8, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Selasa 6 Februari, Tingalan Jumenengan Kedua di Era “Gusti Moeng Kondur Ngedhaton” Digelar  (seri 2 – bersambung)
DI "ERA BARU" : Sinuhun Suryo Partono (PB XIII) yang tampil duduk di singgasana pada tingalan jumenengan ke-20 atau kedua di "era baru" Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta, yang digelar di Pendapa Sasana Sewaka, Selasa siang (6/2). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Di Masa Depan, Warga Pakasa Cabang Semakin Jadi Kekuatan Legitimasi Andalan Bagi Kraton

IMNEWS.ID – MENURUNNYA tensi ketegangan sebagai ekses proses “perdamaian” antara jajaran “Bebadan kabinet 2004” yang dipimpin Gusti Moeng dengan Sinuhun Suryo Partono dan kelompoknya pada ritual tingalan jumenengan ke-20, Selasa Pon (6/2) lalu (iMNews.id, 6/2), ternyata juga dirasakan kalangan warga Pakasa yang hadir dalam “pasewakan agung pisowanan” itu.

Rata-rata, kalangan pengurus Pakasa cabang yang hadir merasakan atmosfer yang berbeda saat berada di “pasewakan” mengikuti “pisowanan” tingalan jumenengan tahun 2024 ini, dibanding yang digelar di tahun 2023. Para ketua Pakasa cabang yang sempat diwawancarai “istana Mataram News.id” (iMNews.id) secara terpisah sampai siang tadi, menyatakan lebih nyaman tahun ini.

“Saya merasa lebih nyaman mengikuti pisowanan tingalan kali ini, dibanding tahun 2023 lalu. Karena, sudah tidak ada gesekan. Rasanya sejuk, teduh dan menggembirakan selama berada dalam pisowanan. Suasana jauh lebih baik, cair dan longgar. Saya mendapati senyum di mana-mana. Itu pertanda merasa nyaman,” ujar KRA Bambang S Adiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Jepara.

AMONG TAMU : KRT Suyono Sastrorejo (Ketua Harian Pakasa Cabang Ngawi), abdi-dalem ulama JRA Madyo Hadiningrat dan KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa cabang Jepara), mendapat tugas untuk membantu bagian “among tamu”, yang tugasnya mengarahkan tempat “pisowanan” bagi para abdi-dalem warga Pakasa cabang. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

KRA Bambang S Adiningrat yang dihubungi iMNews.id siang tadi memberikan kesan-kesannya selama mengikuti “pisowanan tingalan jumenengan” di sisi timur “pasewakan”, yaitu di Bangsal Pradangga paling utara, Selasa siang (6/2) itu. Ia bersama peneliti sejarah dari Lokantara, Dr Purwadi dan pengasuh Sanggar Omah Pawukon Baturetno, Wonogiri, KRAT Edi Basuki M Hadinagoro.

Tak hanya Ketua Pakasa cabang Jepara itu, dua teman “pasuwitan” di “pasewakan” itu juga merasakan atmosfer yang berbeda pada ritual tingalan jumenengan kedua di “era baru” Bebadan Kabinet 2004 itu, dibanding yang pertama di tahun 2023 (iMNews.id, 7/2). Meski sudah ada progres yang lebih baik, tetapi KRA Bambang berharap agar koordinasi lebih ditingkatkan lagi.

“Terutama para warga Pakasa cabang dan rombongannya yang datang dari jauh. Karena informasi yang sampaikan terkesan mendadak, koordinasi jadi tidak maksimal. Soal waktu, tatacara dan acara serta tempat untuk para warga Pakasa cabang, agak membingungkan,” ujar KRA Bambang S Adiningrat yang memimpin 30-an warganya, termasuk yang bertugas “tugur” malam sebelumnya.

“KANCA KAJI” : KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Cabang Pati) bersama rombongan abdi-dalem “Kanca Kaji” mendapat tugas memperkuat abdi-dalem ulama pada pisowanan tingalan jumenengan ke-20 Sinuhun Suryo Partono, yang digelar di Pendapa Sasana Sewaka, Selasa siang (6/2). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kebingunan dan suasana kurang terkoordinasi di pagi hari saat rombongan warga Pakasa cabang berdatangan dari mana-mana, jelas merupakan akibat dari tidak adanya koordinasi di antara petugas di lapangan, yang diharapkan terjadi antara tim dari jajaran Bebadan Kabinet 2004 dengan petugas lapangan yang diutus dari otoritas Sinuhun Suryo Partono.

karena, siang sebelumnya, Senin (7/2), KPP Djoni Sosronagoro dan KPP Haryo Sinawung yang ditugas mempersiapkan tempat dan jalur masuknya rombongan warga Pakasa cabang dari berbagai daerah, tidak bisa melakukan koordinasi dengan otoritas Sinuhun Suryo Partono yang melibatkan warga Kusumo Hondrowino dalam pisowanan itu.

Suasana yang agak membingungkan dalam penempatan para abdi-dalem Pakasa cabang, Selasa pagi menjelang tingalan jumenengan dimulai, jelas akibat dari tidak adanya langkah koordinasi antara tim petugas jajaran Bebadan Kabinet 2004 dengan otoritas Sinuhun. Kedua tokoh di atas sebelumnya sudah mengeluhkan hal itu, karena selain Pakasa, warga Kusumo Hondrowino juga sowan.

PAKASA TRENGGALEK : KRAT Seviola Ananda (Ketua Pakasa Cabang Trenggalek) bersama-sama warga Pakasa cabang lain, di antaranya dari cabang Kabupaten Jepara, saat hendak menempatkan diri di “pasewakan agung tingalan jumenengan” di Pendapa Sasana Sewaka, Selasa siang (6/2). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Warga Kusumo Hondrowino ‘kan di luar jalur tugas kami. Seperti tahun lalu, ada koordinatornya yang bisa diajak berunding. Yang sekarang ini, seperti dilepas begitu saja. Kami yang di lapangan, kewalahan mengaturnya,” ujar KPP Djoni Sosrodiningrat saat dihampiri iMNews.id, Selasa siang. Tetapi dia memandang, dua elemen yang hadir itu, harus diakomodasi sebaik-baiknya.  

Suasana suka-cita karena mengikuti “piswonan tingalan jumenengan” yang lebih menyenangkan, dirasakan warga Pakasa Cabang Trenggalek (Jatim) yang dipimpin ketuanya, KRAT Seviola Ananda Reksobudoyo. Ketika dihubungi secara terpisah siang tadi diungkapkan, Pakasa Trenggalek ikut senang berada di tengah “pasewakan agung” tingalan ke-20 yang lancar, khidmat dan nyaman.

“Kami merasa lebih senang dan nyaman, karena suasana upacara adat tingalan kali ini lebih baik dari tahun 2024. Tetapi, kami hanya mengajak 5 warga Pakasa, karena kebanyakan sulit meninggalkan tugas di hari kerja. Kami sangat senang, melihat gusti-gusti kelihatan guyub. Kami berdoa, mudah-mudahan tahun depan lebih baik, terutama tatanan adatnya,” harap KRAT Seviola.

DORONGAN SEMANGAT : KRA Panembahan Didik Gilingwesi (Ketua Pakasa Cabang Kudus) bersama keluarganya saat menikmati suasana di kompleks Pendapa Magangan. Dirinya bersama rombongan hadir di “pisowanan tingalan”, meskipun harus menggunakan kursi roda, karena dorongan semangat untuk tetap sowan di kraton. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Ungkapan positif Ketua Pakasa cabang Kabupaten Trenggalek (Jatim) itu, senada dengan Ketua Pakasa Baturetno (Wonogiri), KRAT Edi Basuki Montrosuwiryo Hadinagoro yang dihubungi terpisah, siang tadi. Pengasuh Sanggar Omah Pawukon yang membuka kursus “gratis” pengetahuan “Hamicara” atau MC berbahasa Jawa ini, merasakan suasana ritual tingalan jumenengan yang lebih baik.

“Saya tentu ikut senang bisa sowan dalam tingalan jumenengan. Saya berusaha selalu sowan ke kraton, setidaknya sekali dalam sebulan. Karena, saya menjadi bagian dari kraton. Terutama dalam upaya pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari kraton. Kegiatan kursus di sanggar Omah Pawukon, adalah salah satu pengabdian saya,” ujar KRAT Edi Basuko Hadinagoro.

Basis kekuatan legitimasi di wilayah Gunung Muria, seperti Pakasa Cabang Kudus dan cabang Pati setelah Jepara, juga berkisah tentang “pisowanannya”. Begitu pula, warga Pakasa Ponorogo, Pakasa Cabang Ngawi, Pakasa Cabang Klaten dan sebagainya. Bahkan, peneliti sejarah dari Lokantara, Dr Purwadi, juga ikut berkisah tentang yang dilihat dan dirasakannya. (Won Poerwono-bersambung/i1).