Gong Kiai Surak Dijamas, Gamelan “Manguyu-uyu” Ditabuh di “Malem Midodareni” Sekaten

  • Post author:
  • Post published:September 17, 2023
  • Post category:Budaya
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Gong Kiai Surak Dijamas, Gamelan “Manguyu-uyu” Ditabuh di “Malem Midodareni” Sekaten
JUGA HADIR : Abdi-dalem KRAT Saptonodiningrat yang pernah aktif sebagai "tindhih" dalam berbagai kegiatan upacara adat yang menyertakan karawitan sebelum 2017, pagi tadi juga hadir bersama istri, Prof Fumiko Tamura saat jamasan gong Kiai Surak di tempat penyimpanan, Bangsal Bale Bang kompleks Sitinggil Lor. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Alun-alun Kidul Juga Sudah Beroperasi Jasa Hiburan Dangdut

SURAKARTA, iMNews.id – Agenda acara dalam rangka upacara adat menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW, 12 Mulud/Rabiul Awal dalam wujud gelar gamelan Sekaten hingga puncaknya berupa prosesi gunungan Garebeg Mulud, ditambah keramaian pasar malam “penggembira” di Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul, hari demi hari terus berlanjut. Setelah jamasan dua “pangkon” gamelan Kiai Guntur Sari dan Kiai Guntur Madu digelar di Bangsal Langen Katong, kemarin (iMNews.id, 16/9), Minggu (17/9) pagi tadi dilanjutkan dengan jamasan (instrumen) gong Kiai Surak di tempat penyimpanannya, Bangsal Bale Bang, kompleks Sitinggil Lor.

“Jamasan Kiai Surak selalu bareng dengan mempersiapkan ‘ancak’ yang akan digunakan untuk mengusung ‘tumpeng sewu’, juga peralatan untuk mengusung dua pangkon gamelan Sekaten. Yang untuk mengusung gamelan Cara Balen juga termasuk disiapkan bersamaan. Setelah ini, nanti berlanjut jamasan meriam Nyai Setomi yang ada di kompleks Pendapa Sitinggil Lor, Senin pagi (25/9), bersamaan dengan jamasan songsong Kiai Brawijaya dan Kiai Guwa Wijaya di kamar pusaka. Yang di Pendapa Sitinggil Lor bisa disaksikan publik, kalau yang di dalam tidak bisa,” ujar KRMH Suryo Kusumo Wibowo menjawab pertanyaan iMNews.id, siang tadi.

MENJAMAS ANCAK : Abdi-dalem Dandung juga menjamasi ancak dan semua peralatan untuk mengusung hajad-dalem Gunungan maupun gamelan Sekaten 2023 di teras Pendapa Sitinggil Lor, saat berlangsung jamasan gong Kiai Surak di dalam Bangsal Bale Bang, Minggu (17/9) pagi tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Menurut Wakil Pengageng Sasana Prabu yang sering diterjunkan sebagai koordinator lapangan pelaksanaan kirab berbagai upacara adat itu, karena sepasang gamelan pusaka Sekaten akan dikeluarkan dari Bangsal Langen Katong menuju Masjid Agung, Kamis pagi (28/9), maka akan ada persiapan mirip hajad pengantin Jawa yang disebut “malem midodareni”. Tetapi, “malem midodareni” menjelang dimulainya Sekaten 2023 atau “ungeling gangsa” di kraton itu, berupa tradisi menggelar konser karawitan gamelan “Manguyu-uyu” sebagai bentuk ekspresi gaya kraton untuk menyambut datangnya “para tamu” atau publik secara luas yang akan hadir saat gamelan Sekaten kali pertama ditabuh, Kamis pagi (28/9).

Ditambahkan, setelah sepasang gamelan Kiai Guntur Sari dan Kiai Guntur Madu ditata di Bangsal Pradangga (Pagongan-Red) Lor dan Pradangga Kidul halaman kagungan-dalem Masjid Agung pada Kamis pagi (21/9), menjelang siang akan ditabuh bergantian memperdengarkan Gending Rambu untuk Kiai Guntur Sari dan Gending Rangkung untuk gamelan Kiai Guntur Madu hingga sekitar pukul 12.00 WIB atau menjelang shalat Dhuhur atau Luhur. “Ungeling gangsa” atau diperdengarkannya gamelan dua “pangkon” itu, menjadi penanda resmi dimulainya upacara adat Sekaten menyambut lahirnya Nabi Muhammad SAW.

SEMAKIN BERTAMBAH : Stand pedagang sandang, kuliner dan hasil kerajinan UMKM di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa hingga Minggu siang tadi sudah semakin bertambah sejak dibuka Jumat 8 September lalu. Para pedagang yang selesai berjualan di arena “Saparan” di Klaten dan Boyolali, juga “cembengan” saat mulai giling pabrik gula, sudah bergeser ke Sekaten. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Soal tenaga yang mengangkut gamelan dan Gunungan, ini yang selalu menjadi perhatian besar kraton saat Sekaten tiba. Karena, dibutuhkan tenaga cukup banyak, idealnya 500-an orang, untuk bisa mengusung gamelan dua pangkon yang ukurannya jumbo atau super besar, dari dalam kraton ke Masjid Agung. Begitu pula sekembalinya. Masih ditambah tenaga untuk mengusung gunungan, yang akan dikeluarkan nanti dua pasang atau 4 buah. Berati butuh tenaga 32 orang kali 4. Padahal, jumlah abdi-dalem sekarang ini sudah jauh berkurang jumlahnya. Pasti diperlukan tenaga tambahan dadakan,” sebut KRMH Suryo Kusumo Wibowo.

Di tempat terpisah, abdi-dalem karawitan Dr Joko Daryanto yang sudah 20-an tahun mengabdi di kraton di bidang karawitan mengaku sudah merasakan berbagai situasi karena ikut terimbas oleh persoalan kelembagaan kraton, khususnya di tahun 2004 dan 2017. Dia berharap, ke depan kraton akan semakin tertata, hubungan keluarga besar menjadi pulih kembali dan kuat, agar bisa lebih memperhatikan simbol-simbol eksistensi dan kejayaan kraton, misalnya di bidang karawitan dalam berbagai bentuk upacara adat, misalnya saat perayaan Sekaten.

TOBONG DANGDUT : “Tobong” hiburan musik dnagdut “outdoor” juga mulai beroperasi di Alun-alun Kidul untuk menyemarakkan pasar malam Sekaten 2023 yang dipusatkan di sekitar Masjid Agung. Arena hiburan musik ini lebih luas, karena hampir sepanjang lapangan bola, separo Alun-alun Kidul. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Malam midodareni nanti juga sudah ada dhawuh untuk sowan, karena ada sajian gamelan ‘manguyu-uyu’. Mudah-mudahan semua abdi-dalem karawitan siap dan bisa sowan semua saat jadwal nabuh gamelan Sekaten dan gamelan pakurmatan. Saya dulu pernah nabuh gamelan Manguyu-uyu, gamelan Sekaten, gamelan Monggang dan gamelan Cara Balen. Kalau gamelan Cara Balen, sambil menggendong kendang untuk menabuhnya. Gamelan mirip yang ada di Bali ini, harus ditabuh sambil berjalan kaki mengikuti prosesi kirab Gunungan, untuk memandu langkah prajurit Panyutra. Jadi, jalannya prosesi tertata, karena langkahnya dipandu gamelan. Jadi, sebenarnya tidak gembrudug seperti adegan kejar-kejaran,” sebut Dr Joko.

Sementara berbagai agenda upacara adat dan persiapan perlengkapannya terus dilakukan, kegiatan keramaian pasar malam penggembira Sekaten 2023 juga semakin bertambah semarak di Alun-alun Lor dan di Alun-alun Kidul. Halaman Masjid Agung hingga siang tadi memang masih nihil dari stand dagang kuliner dan mainan khas “Muludan Sekaten”, tetapi lahan dagang dan stand hiburan di Alun-alun Lor semakin habis. Begitu pula stand dagang aneka produk dan UMKM di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, tampak semakin bertambah, karena ritual “Tinoman” atau “Yaqowiyu” di Jatinom (Klaten) dan “Saparan” di Pengging (Boyolali) sudah berakhir.

PINTU MASUK : “Tobong outdoor” hiburan musik dangdut di Alun-alun Kidul yang memanjang hampir sepanjang lapangan bola, membuka pintu masuk bagi penontonnya di ujung utara alun-alun. Sarana hiburan ini, menjadi pendukung pasar malam Sekaten 2023 yang dipusatkan di Alun-alun Lor. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Hiburan dangdut yang disajikan tiga grup orkes melayu (OM) dua di antaranya dari Jatim di Alun-alun Lor, seperti menjadi magnet pengunjung Sekaten yang sudah dua tahun lebih tertahan sejak ada pandemi Corona. Ketiga tampil bergantian tiap periode hari yang mereka sepakati, meskipun sajian di hari Sabtu dan Minggu malam, menjadi favorit mendapat kunjungan lebih dibanding hari-hari biasa. Hiburan serupa, juga digelar dalam format “outdoor” di Alun-alun Kidul (Alkid) untuk keperluan yang sama, dalam rangka Sekaten 2023. Di Alkid, juga disajikan panggung megah untuk pertunjukan musik dangdut koplo bersama bintang-bintang unggulannya.

Pertunjukan musi dangdut di arena Sekaten, sebelum tahun 2000-an pernah ada dengan model tobong tertutup atau “indoor” dalam ukuran kecil, tetapi model pertunjukannya tiap 1-2 jam dengan sajian sejumlah lagu. Tobongnya bisa tiga atau empat buah bersebelahan, yang diisi beberapa grup dangdut dari berbagai daerah, termasuk dari tuan rumah, Surakarta yang bernama grup OM Ervana ’87, tetapi bubar setelah THR Sriwedari tutup di tahun 2017. Kini, Surakarta sudah tidak punya grup dangdut berkelas yang berkibar di mana-mana, setidaknya menjadi tuan rumah saat ada keramaian Sekaten seperti sekarang. (won-i1).