Pakasa Klaten dan Cabang Magelang “Tugur” Bersama, Dr Purwadi Ajak Puteranya

  • Post author:
  • Post published:August 14, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Pakasa Klaten dan Cabang Magelang “Tugur” Bersama, Dr Purwadi Ajak Puteranya
MULAI TUGUR : Saat KRT Bagiyono (Ketua Pakasa Magelang) bersama rombongan mulai "Tugur" teras Nguntarasana, Sabtu sore (12/8), Gusti Moeng masih berada di "pos jaga" yang juga menjadi tempat "Tugur" sekaligus tempat perkantoran Pengageng Sasana Wilapa. (foto : iMNews.id/dok)

Pakasa Cabang Jepara Isi “Weton Setu-Kliwon” dengan Latihan Karawitan

SURAKARTA, iMNews.id – Pakasa Cabang Klaten dan Cabang Magelang sama-sama mendapat giliran tugas “tugur” atau berjaga di Kraton Mataram Surakarta Sabtu (12/8), dari pukul 15.00 WIB hingga Minggu dini hari (13/8). Meski kepengurusan Pakasa Cabang Jogja belum terbentuk, namun peneliti sejarah Lokantara Pusat di Jogja, Dr Purwadi, juga ikut bergabung “tugur”, bahkan mengajak salah seorang puteranya pelajar kelas 3 SMA di Jogja, Ario Bimo Setianto untuk “lek-lekan” di kraton. Sementara itu, Pakasa Cabang Jepara mengisi waktu “Weton Setu Kliwon” dengan latihan karawitan di “markasnya”, Padepokan Joglo Hadipuran.

Tugas giliran “tugur” bagi Pakasa Cabang Magelang, menurut KRT Bagiyono Rumeksonagoro selaku ketuanya, adalah pengalaman pribadi untuk kali pertama dalam hidupnya, bahkan pengalaman pertama bagi lima rekan rombongannya dari Magelang, sejak kepengurusan Pakasa cabang ditetapkan sekitar 6 bulan lalu. Pengalaman menikmati suasana malam yang “hening” dan “sepi” di dalam kraton antara pukul 01.00 – 02.00 WIB, diakuinya sebagai pengalaman dengan sensasi tersendiri yang menyentuh sisi spiritual kebatinannya.

PAKASA KLATEN : Beberapa warga Pakasa Cabang Klaten dari Kecamatan Jogonalan dan Manisrenggo di antaranya KRT Gito dan KRT Santoso, bergabung dengan Pakasa Cabang Magelang saat berjaga pada jadwal tugas “Tugur” di teras Nguntarasana, Sabtu (12/8). (foto : iMNews.id/dok)

“Yang jelas, tugas tugur ini merupakan wujud kepercayaan yang diberikan kraton kepada Pakasa cabang Magelang untuk ikut menjaga kraton. Ini yang bikin kami semua bangga, senang dan kerasan menikmatinya. Pengalaman ini sungguh membuat hati kami bahagia,” ujar KRT Bagiyono Rumeksonagoro saat dimintai konfirmasi, kemarin. Selenajutnya disebutkan, selepas “Tugur”, Minggu pagi (13/8) rombongan Pakasa cabang Magelang meneruskan perjalanan berwisata ke beberapa lokasi, antara lain melihat Masjid Al Sayedh di Banjarsari dan Pandanaran, Boyolali.

Tugas “Tugur” rombongan Pakasa Cabang Magelang yang berbareng dengan Pakasa Cabang Klaten, sempat bertemu Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat, GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng di lokasi pos “Tugur” yaitu teras Nguntarasana yang posisinya menghadap Pendapa Sasana Sewaka. Saat itu bahkan juga bergabung peneliti yang juga Ketua Lokantara Pusat di Jogja, Dr Purwadi bersama salah seorang anak lelakinya, Ario Bimo Setianto. Keduanya ikut “Tugur” karena esoknya, Minggu (13/8), mengikuti rombongan kraton yang menggelar ritual “Larap Langse” makam Sinuhun Amangkurat Agung di Tegal.

SEDANG DIKADER : Saat utusan Pakasa Cabang Magelang dan Cabang Klaten mendapat tugas “Tugur” pada hari yang sama, Sabtu (12/8), datang bergabung pula Dr Purwadi dari Pakasa cabang Jogja yang juga Ketua Lokantara Pusat di Jogja, bersama salah seorang anaknya yang sedang “dikader”. (foto : iMNews.id/dok)

“Ini saya mencoba mengkader calon abdi-dalem. Biar mengenal dan merasakan. Saya sempat tanya, anak saya menjawab terasa sakral, magis, katanya. Minggunya anak saya pulang sendiri ke Jogja, sedangkan saya ikut rombongan Gusti Moeng ke Tegalarum,” ujar Dr Purwadi, baik saat bertemu di lokasi ritual makam Amangkurat Agung, Minggu siang, maupun menjawab melalui WA sepulang dari Kabupaten Slawi/Tegal, Minggu malam (13/8). Upacara adat yang dipimpin Gusti Moeng, Mingu siang itu, melibatkan lebih dari 100 orang baik yang berangkat bersama dari Solo dan perwakilan Pakasa cabang terutama tuan rumah, Kabupaten Tegal/Slawi.

Sementara itu, tugas “Tugur” bagi Pakasa Cabang Klaten bukan merupakan hal baru, karena pengalaman ikut berjaga giliran di kraton sudah dirasakan lama terutama sebelum ada insiden 2017. Namun, rombongan petugas “tugur” dari Pakasa Kabupaten Klaten ini tidak dibagi berdasarkan giliran tiap kepengurusan Pakasa anak cabang yang ada di tiap kecamatan. Karena, sejak berdiri lebih dari 5 tahun lalu Pakasa cabang di bawah kepemimpinan KP Probonagoro ini “tidak mengenal” kepengurusan anak acabang alias sengaja tidak membentuk kepengurusan di tingkat kecamatan itu.

LATIHAN KARAWITAN : Warga Pakasa Cabang Jepara, mengisi waktu agenda “Weton Setu Kliwon” (12/8) kemarin dengan latihan karawitan di Padepokan Seni Joglo Hadipuran yang juga markas Sanggar Seni Loka Budaya di kediaman ketuanya, Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. (foto : iMNews.id/dok)

Seperti yang diungkapkan KRT Gito misalnya, dirinya berasal dari Kecamatan Jogonalan yang dulunya punya kelompok sebanyak 10 orang untuk menjalani tugas “tugur” bukan atas nama kepengurusan anak cabang, karena memang tidak ada, melainkan penugasan/penunjukan langsung dari pengurus Pakasa cabang. Kini, kelompoknya dari Kecamatan Jogonalan tinggal 4 orang karena 6 rekannya sudah meninggal, dan dirinya memilih bergabung dengan kelompok tugas “Tugur” dari Kecamatan Manisrenggo. KRT Gito adalah seniman yang memiliki grup ketoprak, karawitan dan Jathilan yang sama sekali belum pernah ditampilkan di forum Pakasa.

“Pakasa Cabang Klaten sangat kaya kesenian tradisional yang bersumber dari budaya Jawa. Klaten juga lumbung seniman dalang. Tetapi, Pakasa setempat hampir tidak pernah menampilkan kekayaan seni budayanya di lingkungan atau forum Pakasa cabang sendiri. Saya tidak tahu, apa alasannya, mengapa kekayaan gurp-grup dan kelompok kesenian itu tidak pernah ditampilkan di tengah masyarakat untuk tujuan pelestarian seni budaya Jawa. Padahal, di situ ada grup ketoprak, srandul, karawitan, Jathilan, wayang kulit dan sebagainya,” ujar Dr Purwadi yang selama ini banyak bergaul dengan Pakasa cabang Klaten.

SEMINGGU LALU : Pengalaman pertama “Tugur” yang dirasakan rombongan Pakasa Cabang Jepara pimpinan KRA Bambang S Adiningrat sebagai ketuanya, sudah dialami seminggu lalu yaitu Sabtu (5/8/2023), beberapa jam seusai ritual wilujengan nagari 17 Sura. (foto : iMNews.id/dok)

Di tempat terpisah, Pakasa Cabang Jepara mengisi waktu yang sudah diagendakan sebagai jadwal tetap “Weton Setu (Sabtu) Kliwon” (12/8) kemarin dengan latihan karawitan di “markas” Pakasa cabang yang sekaligus sebagai Sanggar Seni Loka Budaya di Padepokan Seni Joglo Hadipuran, Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan. Latihan karawitan diikuti warga dan pengurus Pakasa cabang, juga seniman-seniman sanggar yang ada di kecamatan itu. Seperti kesempatan sebelumnya, biasanya tiap “Weton Setu Kliwon” digelar pentas wayang kulit atau konser karawitan “Syi’iran”.

Pakasa cabang Jepara di bawah kepemimpinan KRA Bambang S Adiningrat, meskipun lokasinya cukup jauh dari Kraton Mataram Surakarta dan berada di luar wilayah penyangga budaya Jawa seperti Kabupaten Klaten, misalnya, memiliki arah perkembangan organisasi untuk tujuan pelestarian seni budaya Jawa justru sangat positif dan progresif. Karena, pedoman standar pengembangan organisasinya mengutamakan bertambahnya jumlah kepengurusan anak cabang berikut warganya, agar peran dan tanggung-jawab tugas pelestarian budaya Jawa bisa dipikul bersama seluruh pengurus anak cabang di tiap kecamatan. (won-i1)