Separo Dipimpin KRAT Haryanto, Sisanya Dipimpin KP Probonagoro
KLATEN, iMNews.id – Setelah kegiatan utama mengikuti pisowanan Garebeg Syawal sebagai adat tradisi Kraton Mataram Surakarta menyambut/merayakan Idhul Fitri atau Lebaran (iMNews.id, 23/4/2023), para pengurus Pakasa cabang, pengurus anak cabang dan warganya di berbagai daerah banyak yang memanfaatkan bulan Sawal Tahun Ehe 1956 ini untuk menggelar tradisi halal-bihalal.
Bila Pakasa Cabang Jepara sudah paling awal menggelar tradisi itu (iMNews.id, 1/5/2023), Pakasa Cabang Klaten juga menggelar Sabtu (6/5) lalu yang diinisiasi KRAT Haryanto Budayaningrat (Bendahara Cabang) di sebuah rumah makan di Kecamatan Delanggu dan Sabtu (13/5) yang diinisiasi KP Probonagoro di kediamannya, Desa Kraguman, Kecamatan Kebonarum.
“Betul, yang Sabtu kemarin (6/5) saya ikut datang di acara halal-bihalal yang diadakan KRAT Haryanto Budayaningrat di sebuah rumah makan di Delanggu. Itu atas nama Pakasa (Cabang) Klaten. La yang besok Sabtu (13/5) itu, halal-bihalal yang diadakan KP Probonagoro atas nama Ketua Pakasa Kabupaten Klaten. Saya juga diundang dan saya akan datang juga,” ujar KRT Kustamtomo Hadinagoro, yang dihubungi iMNews.id, pagi tadi.
Menurut Sekretaris Pakasa Anak Cabang Klaten Tengah itu, halal-bihalal yang diinisiasi “Ketua” Pakasa (Cabang) Klaten KRAT Haryanto Budayaningrat itu dihadiri lebih dari 80 orang. Acaranya sederhana, selain tausyiyah diisi hiburan organ tunggal. Sesepuh Pakasa cabang KRT Sudjut juga diberi kesempatan memberi sambutan, dan antara lain menyebutkan, 19 pengurus anak cabang (ancab) dari 25 kecamatan di Kabupaten Klaten, adalah hasil kerja KRAT Haryanto Budayaningrat.
“Saya sudah paham kalau ada perbedaan antara kedua tokoh di kepengurusan cabang itu. Harapan kami, ya mbok kembali bersatu kembali dan rukun. Yang satu (KRAT Haryanto Budayaningrat-Red) pakai nama Pakasa Klaten saja, satunya lagi (KP Probonagoro) pakai nama Pakasa Kabupaten Klaten. Saya selalu datang di setiap ada kegiatan cabang. Tetapi benar, sebaiknya tenaga muda yang mulai bermunculan dimanfaatkan untuk lebih memajukan Pakasa cabang,” ujar KRT Kustamtomo.
Seperti pernah diungkapkan KP Probonagoro selaku Ketua pakasa (Cabang) Kabupaten Klaten kepada iMNews.id beberapa waktu lalu, cabang Klaten yang memiliki 25 kecamatan sudah semuanya terbentuk kepengurusan anak cabang (ancab). Bahkan ada dua kecamatan di antaranya di Kecamatan Wedi, kepengurusannya terbelash menjadi dua hingga kini. Dari semua kecamatan yang sudah memiliki pengurus ancab, kini memiliki warga atau anggota lebih dari 5 ribu, tetapi yang berKTA baru 1.500-an.
Seperti diketahui, Pakasa Cabang Klaten dan Pakasa cabang Ponorogo (Jatim) adalah dua dari 19 Pakasa cabang yang sudah terbentuk kepengurusannya secara lengkap, namun baru dua cabang itu yang paling menonjol dalam segala hal. Selain usia kepengurusannya lebih tua, di atas lima tahun, semua kecamatan di masing-masing kabupaten sudah terbentuk pengurus ancab dan secara keseluruhan warga masing-masing cabang hampir sama jumlahnya, di angka 4 ribu -5 ribuan orang.
Dua cabang Pakasa itu menonjol dalam hal SDM, karena latar belakang sejarahnya begitu dekat dengan eksistensi Kraton Mataram Surakarta, hampir sepanjang zaman. Kedua cabang itu juga sangat proaktif dalam berbagai kegiatan seni budaya Jawa, adat dan tradisi di daerah masing-masing dan yang ada kaitannya dengan kraton. Namun, dalam soal inovasi mungkin semangat proaktif lebih ditampakkan Pakasa cabang Jepara, karena kini sedang memantabkan eksistensi.
KRA Bambang Setiawan Adiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Jepara yang dihubungi iMNews.id secara terpisah menyebutkan, kegiatan halal-bihalal cabang, anak cabang, warga dan para pamong desa serta wilayah sudah diadakan, akhir April (iMNews.id, 1/5/2023). Kegiatannya bahkan tidak mandiri halal-bihalal, tetapi dirangkai dengan berbagai jenis kegiatan lain sejak pagi hingga malam, baik di lingkungan desa tetangga maupun di Padepokan Joglo Hadipuran.
“Kami sudah mendahului menggelar halal-bihalal. Kami merangkai dengan berbagai jenis kegiatan yang melibatkan lingkungan tetangga desa. Karena kami sedang menunjukkan bahwa aktivitas pelestarian budaya Jawa itu sangat indah dan bisa dilakukan dalam berbagai bentuk. Maka, kami mendukung ritual sedekah laut di pantai Desa Teluk Awur, kemarin itu. Karena, Pakasa Jepara baru 2 tahun. Dan kini baru berjuang untuk menarik simpati,” ujar KRA Bambang.
Latar-belakang Kabupaten Jepara memang sangat jauh berbeda dibanding dengan cirikhas masyarakat Kabupaten Klaten atau Ponorogo (Jatim). Karena, sejarah Kabupaten Jepara terpisah agak jauh dari alur perjalana trah keturunan pendiri dan penerus Dinasti Mataram, yang antara lain menempatkan Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma sebagai tokoh pendiri Dinasti Mataram Islam. Sedangkan Kabupaten Jepara, setelah Ratu Kalinyamat mendirikan Jepara, terkesan putusa dari Mataram.
Dalam lintasan sejarah Jepara yang diteliti Dr Purwadi dari Lokantara Pusat di Jogja, Ratu Kalinyamat dari keluarga Kyai Ageng sela, memang leluhur Dinasti Mataram, meski tidak menurunkan langsung para tokoh yang jumeneng di Mataram. Dia menjadi Bupati pertama Kabupaten Jepara, di saat Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma jumeneng nata di Mataram Kerta/Kutha Gedhe.
Melihat rentang waktu yang panjang antara Mataram Kerta/Kutha Gedhe (1613) hingga Kartasura (1703) dan Surakarta (1745-1945), hubungan secara kultural antara Jepara dengan “nagari” Mataram tak terpelihara dengan baik. Posisinya yang berada di daerah pesisir, banyak dipengaruhi oleh budaya asing yang berdatangan silih-berganti, begitu pula sumber penghidupan secara ekonomis masyarakatnya.
“Perjuangan kami mengembangkan Pakasa, memang sangat berat. Kami memperkenalkan Pakasa dengan contoh-contoh nyata, yaitu aktivitas kirab budaya yang bisa dilihat keindahannya. Kami punya tiga agenda kerjasama Pakasa cabang dengan Desa Ngabul, Desa Mangunan dan Desa Pecangakan Kulon. Kami mendorong bangkitnya ritual tradisi masyarakat setempat. Kami ingin menarik simpati kalangan generasi muda. Tiga agenda itu, nanti digelar dalam 10 hari antara Mei-Juni. Pakasa cabang mendukung penuh di tiga desa itu,” ujar KRA Bambang. (won-i1)