Kantor Karti Praja, Mandra Budaya dan Yogiswara Sudah Dibuka

  • Post author:
  • Post published:January 26, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:7 mins read
Para penari Bedaya Ketawang anggota Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta
BUKAN AKADEMISI : Para penari Bedaya Ketawang anggota Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta yang kemarin mengikuti gladen di Pendapa Sasana Sewaka bersama Gusti Timoer selaku instruktur, bukan penari akademisi. Tetapi secara spiritual mereka sudah mampu mengendalikan gerakannya secara tepat dan benar. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Perlu Pengganti Sejumlah Pejabat Bebadan yang Sudah “Mendahului”

SURAKARTA, iMNews.id – Tiga kantor pegangageng bebadan pada “kabinet” yang terbentuk sejak 2004 tetapi tidak berfungsi bersama sejumlah bebeadan lain sejak 20017 hingga 17 Desember 2023, kini sudah berfungsi kembali, yaitu kantor Pangageng Karti Praja, kantor Pengageng Mandra Budaya dan kantor Pengageng Pasiten. Sedangkan kantor Pengageng Sasana Wilapa, Pengageng Kusuma Wandawa atau Kasentanan dan kantor Pengageng Pasiten, belum difungsikan kembali karena belum dibuka atau ditata-ulang, mengingat masih ada pertimbangan lain untuk mengembalikan fungsi kantor yang pernah digeledah dan beberapa barang yang dibawa ke Polda Jateng pada insiden “mirip operasi militer” di tahun 2017.

“Barang-barang yang dibawa ke Polda waktu itu, di antaranya komputer, belum dikembalikan ke sini. Itu isinya data-data penting, tentang administrasi kepegawaian. Mau melanjutkan bekerja, ‘kan lebih mudah kalau sudah ada data-data yang mendahului. Intinya, ya menunggu dawuh dari Gusti Wandan (GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng-Red),” ujar KPP (bukan KRRA-Red) H Bambang Kartiko Darmokusumo selaku staf kantor Pengageng Kusuma Wandawa, menjawab pertanyaan iMNews.id saat ikut menyaksikan renovasi kecil menara Panggung Sangga Buwana, siang tadi.

KARENA PROSES : Para penari Bedaya Ketawang anggota sanggar pawiyatan yang sudah matang secara spiritual, karena melalui proses seperti yang selalu dicontohkan Gusti Moeng. Salah satunya dengan meditasi di pantai Parangkusuma. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Seperti yang beruntun diberitakan media ini sejak tanggal 17 Desember yang menjadi momentum awal masuknya Gusti Moeng ke kraton melalui “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton”, hampir tiada hari yang kosong dari antara tiga jenis kegiatan yang meliputi kerjabhakti resik-resik, penataan ulang dan renovasi skala kecil di semua sudut dan titik lokasi yang ada di dalam kawasan kedhaton seluas 9 hektare, bahkan di luar lingkungan itu misalnya di jalan Supit Urang Kulon dan Wetan, Kamandungan dan tembok luar Museum Art Gallery. Hingga siang tadi, kerjabhakti resik-resik tinggal terjadi di beberapa titik yang bersifat rutin tiap hari yang ringan, tetapi pekerjaan renovasi terus berjalan merambah titik-titik lokasi bangunan lain yang hampir semuanya perlu disentuh, setidaknya dicat ulang.

Khusus di lingkungan kompleks Pendapa Magangan, pemandangan halaman memang belum sepenuhnya bebas dari tumpukan barang bekas, tetapi sarana bekerja di kantor Pengageng Karti Praja tempat KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo berkantor sudah bisa digunakan kembali. Begitu pula kantor kantor Pengageng Mandra Budaya yang pernah dipimpin GKR Sekar Kencana (almh) selaku Pengageng dan kantor Pengageng Yogiswara yang pernah dipimpin GPH Nur Cahyaningrat (alm), sedangkan kantor Pengageng Pasiten yang pernah dipimpin GKR Retno Dumilah (almh), hingga kini masih ditutup.

TIGA PENDEKAR : Tinggal Tiga Pendekar yaitu Gusti Moeng, Gusti Ayu dan Gusti Timoer, yang diharapkan bisa meneruskan berbagai tugas untuk pelestarian budaya Jawa dan kelangsungan Kraton Mataram Surakarta, di antaranya eksistensi tari Bedaya Ketawang dan proses regenerasinya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tak hanya kantor Pengageng Pasiten, kantor Pengageng Sasana Wilapa yang dipimpin Gusti Moeng selaku Pengageng dan kantor Pengageng Kusuma Wandawa yang dipimpin KGPH Puger juga belum difungsikan. Gusti Moeng menjelaskan, memang benar ada komputer yang masih ditahan di Polda jateng dan belum dikembalikan, tetapi untuk layanan internal dan eksternal bisa dilakukan melalui kantor eks badan Pengelola (BP) di Kamandungan. Namun, beberapa kantor yang pimpinannya belum ada penggantinya, memang masih harus menunggu.

Disebutkan, sambil berjalan akan diproses pejabat Pengageng pengganti GKR Retno Dumilah (almh) selaku Pengageng Pasiten, pengganti GPH Nur Cahyaningrat (alm) selaku Pengageng Yogiswara, pengganti GKR Sekar Kedhaton (almh) selaku Pengageng Mandra Budaya, pengganti GKR Galuh Kencana (almh) selaku Pengageng Keputren, pengganti KPH Broto Adiningrat (alm) selaku Wakil Pengageng Kusuma Wandawa, pengganti KPA Winarno Kusumo (alm) selaku Wakil Pengageng Sasana Wilapa/juru penerang budaya dan sebagainya.

CALON PENGGANTI : GRAy Devi Lelyana Dewi merupakan putridalem Sinuhun PB XIII yang sudah dipasang untuk keperluan manajerial di museum. Tetapi tenaga militannya juga dibutuhkan Gusti Moeng, Gusti Ayu dan Gusti Timoer untuk melanjutkan kerja pelestarian budaya dan menjaga kelangsungan Kraton Mataram Surakarta. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Kita memang masih harus bersabar. Tidak perlu terburu-buru. Semua akan selesai dan beres pada waktunya. Sambil berjalan, bekerja, kita mempersiapkan semua yang dibutuhkan. Bila tidak bisa banyak hal dalam waktu bersamaan, ya satu-persatu. Yang jelas, generasi muda memang sudah harus disiapkan. Tapi Gusti Timoer dan Gusti Devi sedang saya tugaskan mengurus tempat tinggalnya di Bangsal Keputren, sambil mengurus tugas-tugas yang begitu banyak. Misalnya, ya kalau ada gladen Bedaya Ketawang Anggara Kasih seperti kemarin itu. Ndilalah, kok ya ada tim penari yang baru benar-benar saya lihat kemarin itu”.

“Ternyata, tingkat kemapanan secara spiritual ya masih jauh dibanding penari saya. Mereka memang penari akademisi, tetapi proses latihan Bedaya Ketawang bukan hanya pandai dan bagus menari. Penari saya dari sanggar (Sanggar Pawiyatan Beksa), memang bukan dari akademisi dan sudah 5 tahun tidak gladen dan tampil. Tetapi, berlatih tari Bedaya Duradasih dengan iringan kemanak, membuat mereka lebih mapan posisi gerak dan perpindahannya. Apalagi, mereka sering saya ajak meditasi di Parangkusuma, Imogiri dan sebagainya. Secara spiritual mereka sudah bisa mengendalikan gerakannya,” tunjuk Gusti Moeng mencontohkan hal penting dalam proses seleksi dua tim tari Bedaya Ketawang (iMNews.id, 25/1/2023), menjawab pertanyaan iMNews.id, siang tadi.

MENARA IKON : Meski baru bisa melakukan renovasi skala kecil-kecilan, tetapi membuat menara Panggung Sangga Buwana menjadi tampak indah dan enak dipandang, merupakan langkah strategis, karena bangunan itu menjadi ikon kuat Kraton Mataram Surakarta, juga Kota Surakarta. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Soal tari Bedaya Ketawang, yang menyangkut para penarinya memang benar-benar harus siap fisik dan nonfisik yang bisa dicapai melalui proses panjang, tetapi harus berada di tempatnya. Karena, walaupun hanya latihan, gladen tari Bedaya Ketawang harus dilakukan di Pendapa Sasana Sewaka, bukan di garasi mobil atau tempat lain, waktunya hanya pada weton Selasa Kliwon atau Anggara Kasih, bukan setiap saat. Terlebih, menurut Gusti Moeng para penari Bedaya Ketawang harus mengalami proses aktivitas spiritual kebatinan dan religinya, harus seimbang dan kuat.

Puncak dari gladen tari Bedaya Ketawang itu, adalah tampil di upacara adat tingalan jumenengan dalem Sinuhun Paku Buwana XIII yang diagendakan berlangsung tanggal 16 Februari. Tak hanya sajian tarian sakral satu-satunya itu, berbagai persiapan untuk menggelar upacara adat paling banyak mendapatkan perhatian itu juga terus dilakukan. Di antaranya pekerjaan renovasi dan hampir semua titik lokasi di kraton, termasuk pengecatan menara Panggung Sangga Buwana yang siang tadi ditunggui KPH Edy Wirabhumi selaku penanggungjawab renovasi dan KPP Bambang Kartiko Darmakusumo. (won-i1)