Tak Ada Selain Setia Menolong untuk Melestarikan Budaya Jawa
SURAKARTA, iMNews.id – Dengan semboyan atau “mottonya” “Saraya, Setya, Rumeksa Budaya” yang kurang lebih bermakna rela menolong atau membantu, tetap setia atau menjaga kesetiaan untuk menjaga dan melestarikan budaya Jawa, menjadi semakin jelas arah tujuan organisasi Pakasa di masa kini dan ke depan. Membumikan makna, visi dan misi organisasi Paguyuban Kawula Karaton (Mataram) Surakarta (Pakasa) di kalangan generasi muda masa kini yang akan menjadi pengganti dan penerus pelestari, adalah tugas serius dan penting serta utama para warga Pakasa yang tersebar dari Punjer di Kraton Mataram Surakarta hingga di cabang-cabang yang ada di kabupaten/kota di beberapa provinsi.
“Dengan semboyan itu, semoga Pakasa ke depan semakin ngrembaka dan kuncara, baik di tingkat nasional maupun internasional. Melalui pengurus cabang-cabang yang ada di berbagai daerah, kami harapkan Pakasa bisa semakin berperan dalam pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta. Bahkan kami juga berharap agar Pakasa dan aktivitasnya sebagai pelestari budaya Jawa, bisa mendapat tempat di hati dan dicintai kawula muda, sebagai generasi penerus dalam menjaga kokohnya benteng budaya bangsa,” pinta KRAT Seviola selaku pejabat Ketua Pakasa Cabang Trenggalek, saat iMNews.id minta saran, pendapat dan harapannya pada momentum peringatan 91 tahun Pakasa, semalam.
Menjaga Keseimbangan
Harapan serupa juga datang dari KRAT Haryanto (Bendahara) mewakili pengurus Pakasa Cabang Klaten, yang dihubungi iMNews.id secara terpisah, semalam. Pakasa Kabupaten Klaten berharap organisasi Pakasa semakin berkembang pesat dan meluas sampai wilayah Nusantara maupun dunia, karena esensi visi dan misi Pakasa salah satunya adalah ikut menjaga keseimbangan dan keselarasan kehidupan warga peradaban secara luas, yang tak terbatas wilayah negara. Menurut KRRA MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponororgo), ikut “Hamemayu, hayuning bawana. Karya naktyasing sasama” menjadi tugas penting setiap insan Pakasa.
“Pakasa Cabang Gebang Tinatar (Ponorogo) sangat mendambakan, agar kebangkitan Pakasa yang cabangnya semakin berkembang luas di berbagai daerah kabupaten, menjadi salah satu alat pemersatu warga peradaban dalam semangat ‘Rum kuncaraning bangsa, dumunung aneng budaya’. Menjadi alat pemersatu bangsa, karena budaya Jawa adalah ciri kebhinekaan NKRI. Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrowa. Itu harus menjadi semangat warga Pakasa,” tegas KRRA MN Gendut Wreksodiningrat, Ketua Pakasa Cabang “Gebang Tinatar” Ponorogo, yang dihugungi di tempat terpisah, siang kemarin.
Jadi Refleksi Kehidupan
Di usianya yang hampir seabad atau 100 tahun (pada 29 November 2031), Pakasa diperkirakan KRAT Eko Budi Tirtonagoro (Ketua Pakasa Cabang Banjarnegara) sebagai organisasi (budaya) tertua di Nusantara. Dalam perjalanan organisasi ke depan, dia berharap perlunya evaluasi, karena Pakasa bisa saja tak hanya menjadi garda terdepan dalam pelestarian budaya Jawa, tetapi dipercaya menjadi garda pelestari budaya Nusantara, hidup berdampingan dan memperkuat keanekaragaman/kebhinekaan Nusantara.
“Melalui HUT ke-91 Pakasa di tahun 2022, bisa dijadikan refleksi untuk perjalanan ke depan. Di antaranya, refleksi yang mendorong cita-cita dna harapan menjadi organisasi besar dan memberi manfaat positif secara langsung kepada seluruh masyarakat, khususnya warga peradaban Jawa. Selamat dan sukses. Jaya terus Pakasa. Terus mengabdi pada budaya sepanjang zaman,” pinta KRMRP Joko Wasis Tondonagoro (Ketua Pakasa Cabang Grobogan), semalam.
Platform-nya Budaya Jawa
Harapan semoga Pakasa tetap jaya “ngantos dumugi akhir zaman”, adalah doa dan harapan singkat KRAT Mulyadi Puspopuspito, Ketua Pakasa cabang Pati. Doa dan harapan serupa juga datang dari Ketua Pakasa Cabang Jepara, KRA Bambang Setiawan Adiningrat, “Mugi Pakasa tambah ngrembaka, hanjayeng bawana ing Nusantara”. Organisasi yang mengelola hal ikhwan seni budaya jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta, dinilai banyak pengamat sangat mudah diterima di hati masyarakat karena bisa menjadi sarana pengikat kerukunan, kedamaian dan persatuan warga dalam skala luas, karena “platform”nya pelestarian seni budaya (Jawa).
“Pakasa mugiya lumados minangka sapu kawat hadeging kawruh Jawi. Dene kawruh Jawi kala wau, ingkang kuwawi njangkung gesanging kapribaden Jawi ingkang jangkep,” harap Dr Widodo Aribowo dari Akademi Seni Mangkunegaran (Asga) dalam bahasa Jawa krama inggil. Secara umum peneliti Batik gaya Mangkunegaran itu berharap, agar Pakasa bisa berperan sebagai organisasi yang kuat dalam menyebarkan dan menjaga budaya Jawa. Pengetahuan budaya Jawa yang dimaksud, adalah payung bagi kehidupan yang berkepribadian Jawa secara kengkap dan utuh, bukan sepenggal-sepenggal.
Membongkar Fakta
Organisasi Pakasa juga diharapkan tetap konsisten dalam mempertahankan lestarinya budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta, walau berada pada zaman apapun ke depan. Karena, tanpa budaya kehidupan (di wilayah peradaban Jawa-Red) ini menjadi kehilangan jati diri. Pernyataan ini datang dari Drs Pandapotan Rambe MSi, seorang dosen di jurusan Komunikasi dan Ketua Senat Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Respati, Jogja. Alumnus Fisip UNS itu adalah asli kelahiran Tanah Batak (Sumut) yang lama tinggal di Solo sebelum bekerja di Jogja, bahkan pernah mendapat gelar kekerabatan “KRT” dari Kraton Mataram Surakarta di awal tahun 2000-an.
“Jayalah Pakasa, terus hanjayeng bawana, saindenging Nusantara lan jagat raya. Berada di depan hamemayu hayuning bawana. Karyenak tyasing sasama. Terus ngrembaka mencaraken budaya Jawi, ngantos sakpuputipun zaman,” tandas Dr Purwadi dalam doa dan harapannya di usia 91 tahun Pakasa, tepat hari ini, tanggal 29 November 2022. Peneliti sejarah dari Lokantara Pusat di Jogja dan perwakilan Pakasa Cabang Jogja itu, adalah seniman dalang asli kelahiran Nganjuk (Jatim), tetapi meneliti secara khusus tentang sejarah Surakarta, hingga berhasil “membongkar” sederet fakta dan data kebesaran Mataram Surakarta, yang seakan membalik 360 derajat stigma buruk yang pernah diberikan pihak-pihak yang selalu menyudutkan Mataram Surakarta.
Lomba Macapat
Meski agenda berbagai kegiatan dalam rangka peringatan hari jadi diundur pelaksanaannya di bulan Desember (24/12-2/1/2023), tetapi Lembaga Dewan Adat bersama Pengurus Pakasa Pusat dan beberapa pengageng bebadan tetap memaknai peristiwa genap 91 tahun Pakasa, cukup di kantor eks Badan Pengelola Kraton, dalam wujud kenduri doa wilujengan yang dipimpin abdidalem jurusuranata MNg Irawan Wijaya Projodipuro, siang tadi sekitar pukul 13.00 WIB. Menurut Gusti Moeng, doa wilujengan tetap diadakan walau sangat sederhana, yang dilakukan setelah menghadiri lomba macapat yang digelar Pakasa Cabang Klaten untuk menandai momentum Hari Jadi 91 tahun Pakasa, tepat tanggal 29 November, pagi tadi.
Berkait dengan peringatan hari jadi 91 tahun tepat hari ini, KRAT Hendri Rosyad Reksodiningrat selaku pemerhati budaya Jawa dan kraton secara spiritual menyampaikan ucapan selamat, baik melalui Gusti Moeng maupun kepada KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Punjer dan seluruh warga Pakasa di berbagai wilayah. Secara khusus doa disampaikan untuk Gusti Moeng agar diberi kekuatan, kesabaran dan kesehatan untuk memimpin masyarakat adat, termasuk Pakasa, juga kepada Pengurus Pusat Pakasa dan seluruh warganya, bahkan Kraton Mataram Surakarta dan seisinya. Semoga Pakasa ngrembaka lan mencar sesuai semangatnya “Saraya, Setya, Rumeksa Budaya”. (won-i1)