Siang Tadi Digelar Wilujengan, Untuk Memulai Revitalisasi Museum
SURAKARTA, iMNews.id – Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta, Rabu (22/10) siang tadi menggelar “donga wilujengan” di Bangsal Smarakata. “Pisowanan” kecil untuk menggelar doa secara adat yang dipimpin Gusti Moeng (Pengageng Sasama Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat), menjadi syarat sekaligus pertanda awal pekerjaan revitalisasi Museum Art Gallery kraton yang secara fisik akan dimulai Senin (27/10).
“Donga wilujengan” yang dipimpin abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujopdipuro, diikuti sekitar 70 orang dari kalangan jajaran Bebadan Kabinet 2004 dan rombongan dari Balai Perlindungan Kebudayaan (BPK) Wilayah X Jateng, dan para pekerja yang akan menjalankan pekerjaan fisik proyek revitalisasi. Selain Gusti Moeng, tampak Gusti Ayu, KGPH Hangabehi dan beberapa wayah-dalem yang selama ini aktif.
“Donga wilujengan” yang dimulai pukul 10.00 WIB, hanya berlangsung singkat sekiar 15 menit. Setelah itu ada sambutan dari GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku tuan rumah sekaligus Pengageng Sasana Wilapa juga Pangarsa LDA. Sedang yang mewakili lembaga Kemenbud adalah Manggar Sri Ayuningsih (Kepala BPK Wilayah X Jateng/DIY). Selesai sambutan singkat, wilujengan berakhir dan dilanjutkan peninjauan lapangan.
“Ya intinya, ini tadi diadakan wilujengan yang sudah biasa dilakukan kraton setiap akan mengawali pekerjaan apa saja. Juga termasuk syarat awal pekerjaan revitalisasi untuk museum kraton. Pekerjaan yang akan dilakukan ada beberapa tahap, mengingat dananya sangat terbatas. Tahap pertama, akan dimulai Senin (27/10) dan dalam sebulan harus selesai. Kami harapkan bersamaan dengan selesainya Panggung Sangga Buwana”.

“La, tahap kedua atau lanjutan revitalisasi, terserah pihak Kemenbud yang punya dana untuk membiayai ini, siapnya kapan, kraton akan menyesuaikan. Soal selesainya tahap pertama yang kami harapkan bersamaan dengan selesainya seluruh pekerjaan revitalisasi Panggung Sangga Buwana, akhir November nanti, karena direncanakan akan ada peresmian. Mudah-mudahan pak Menteri Kebudayaan bisa hadir,” harap GUsti Moeng.
GKR Wandansari Koes Moertiyah dalam wawancara dengan iMNews.id di akhir “donga wiluujengan” itu menyatakan, revitalisasi Museum Art Gallery Kraton Mataram Surakarta kali ini adalah yang ketiga setelah tahun 1962 dan 2002. Tetapi, revitalisasi kedua dengan biaya yang dikumpulkan dari pentas seni yang diinisiasi Gusti Moeng dan beberapa tokoh atas nama kraton, malah mengurangi museum kurang “maksimal”.
“Selain daya tampung barang-barang/benda budaya bersejarah menjadi lebih sedikit karena banyak ruang display dikosongkan, warna cat gelap yang merubah keasliannya membuat museum tampak suram. Sedangkan barang/benda yang tidak dipajang di ruang display, malah membuat beban tersendiri. Karena disingkirkan ke gudang, malah semakin kotor dan justru sulit diawasi. Saya khawatir malah gampang ‘menguap”.
“Jadi, semua ruang yang sekarang dikosongkan akan dikembalikan menjadi ruang display. Agar semua benda/barang yang berada di gudang bisa ditampilkan. Menurut saya, justru lebih terjamin keamanannya kalau ditampilkan di sana, dari pada tersimpan di ruang tertutup yang sulit kami awasi. Intinya, revitalisasi kali ini untuk mengembalikan ke fungsi dan suasana semula,” ujar Gusti Moeng.

Hal yang dikembalikan ke suasana semula, di antaranya adalah warna cat, yaitu kombinasi antara biru dan dominasi warna abu-abu agar tampak lebih cerah dan khas Kraton Mataram Surakarta. Selebihnya, Gusti Moeng menyebutkan tidak ada rencana penambahan untuk fasilitas pengunjung, karena dianggap sudah cukup. Menurutnya, revitalisasi kali ini untuk memperbaiki dan mengembalikan semua fasilitas fungsi display.
Seperti diketahui, di tahun 2002 Gusti Moeng pernah menjadi salah satu bagian panitia yang dipercaya Sinuhun PB XII untuk menggelar pentas seni untuk mengumpulkan dana guna biaya revitalisasi museum. Pentas tersebut menyajikan tari “Bedhaya Retnatama” yang disusun Gusti Moeng dan menghadirkan unsur-unsur kesenian lain, di antaranya unsur musik keroncong dengan bintang “Ratu Kembang Kacang”, Waldjinah. (won-i1)




