Pakasa Kudus Undang Juru Paes Lulusan Sanggar, Agar Mengkursus Warganya

  • Post author:
  • Post published:September 27, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:4 mins read
You are currently viewing Pakasa Kudus Undang Juru Paes Lulusan Sanggar, Agar Mengkursus Warganya
IKUT MENJELASKAN : KRRA Panembahan Didik Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus) ikut menjelaskan nama-nama bagian dari busana adat kebesaran "dodotan", saat praktik diklat busana adat "dodotan" diberikan Nana (Pati) selaku instruktur di depan warga Pakasa di Lembah Pedangkungan, Senin malam (22/9). (foto : iMNews.id/Dok)

Pengetahuan Ketrampilan Berbasis Budaya Jawa, yang Punya Multi Manfaat

KUDUS, iMNews.id – Pengurus Pakasa Cabang Kudus benar-benar ingin mewujudkan semangat organisasi, “Saraya, Satya, Rumeksa Budaya”. Senin (22/9) lalu pengurus mengundang seorang juru-paes asal Kabupaten Pati, bernama Ratna Kartikasari (Nana), lulusan Sanggar Paes Tata-Busana Pengantin Jawa “gagrag” Surakarta. Instruktur itu didatangkan untuk melatih ketrampilan tata-busana upacara adat versi kraton.

Selama lebih 2 jam, pelatih yang punya preofesi sebagai juru paes profesional di desanya itu, memberi teori dan pelatihan ketrampilan tatacara mengenakan “kampuh dodot” untuk upacara adat versi Kraton Mataram Surakarta. Ada empat orang, dua lelaki dan dua perempuan warga Pakasa cabang yang juga santri Majelis Taklim Lembah Pedangkungan yang dilatih, agar kelak bisa menularkan kepada warga Pakasa.

IKUT PRAKTIK : KMT Indah Kumalaningtyas, istri Ketua Pakasa Cabang Kudus, ikut praktik merangkai kain “kampuh” untuk busana adat “dodotan” kepada model wanita anggota Pakasa Cabang Kudus. Praktik itu dilakukan dalam diklat yang diberikan Nana (instruktur) di Lembah Pedangkungan, Senin malam (22/9). (foto : iMNews.id/Dok)

“Ya, intinya kami menggelar pendidikan dan latihan (diklat) singkat ini kami berharap, bisa mendatangkan multi manfaat. Warga Pakasa bisa mendapat pengetahuan untuk mencukupi keperluan sendiri, nanti bisa melatih atau menularkan kepada anggota yang lain. Bahkan kami berharap, baik Pakasa cabang atau anggota cabang nantinya bisa membuka kegiatan usaha jasa yang berkait dengan tata-busana dan paes pengantin”.

“Itu sudah ada tiga manfaat yang jelas bisa didapat. Belum nanti, kalau sudah punya kemampuan sebagai pelatih, bisa dikembangkan di daerah lain yang bisa menjadi sumber nafkah. Ini semua, tujuannya untuk ikut melestarikan budaya Jawa. Terlabih, paes dan tata-busananya adalah gaya Surakarta. Busana ‘dodot’ yang diajarkan, untuk upacara adat kebesaran di Kraton Mataram Surakarta,” ujar KRRA Panembahan Didik.

KAIN KAMPUH : Kain “kampuh” sepanjang 5 meteran untuk busana adat “dodotan” dalam upacara adat di Kraton Mataram Surakarta, memang butuh cara khusus dan bantuan ahli untuk mengenakannya. Praktik diklat busana adat diberikan Nana (instruktur) dalam latihan yang digelar Pakasa Cabang Kudus, Senin malam (22/9).(foto : iMNews.id/Dok)

Ketua Pakasa Cabang Kudus yang bernama lengkap KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro itu, saat dimintai konfirmasi iMNews.ids siang tadi menambahkan, untuk pertemuan pertama Senin malam (22/9) lalu, mungkin baru diserap dasar-dasarnya dulu. Karena itu, akan ada pertemuan kedua yang akan digelar di sela-sela “pengaosan” yang digelar Majelis Taklim Lembah Pedangkungan, Senin malam (29/9).

Menurutnya, materi pelatihan kedua melanjutkan atau memperdalam pengetahuan dan praktik tatacara penggunaan “kampuh” untuk “dodotan” busana adat upacara kebesaran. Tempat pelatihan sekaligus yang juga lokasi “pengaosan” sama, yaitu kediaman tuan rumah (Ketua Pakasa Cabang Kudus) di Desa Singocandi, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Pengurus berharap 4 anggota dilatih sampai bisa menguasai semuanya.

UNTUK PRIA : Kain “kampuh” untuk busana adat “dodotan” bagi pria, bisa dikenakan untuk beberapa upacara adat di kraton selain pengantin “basahan”. Nana (instruktur) menunjukkan cara pemakaian samir dalam diklat yang digelar Pakasa Cabang Kudus di Lembah Pedangkungan, Singocandi, Kudus, Senin malam (22/9).(foto : iMNews.id/Dok)

“Walau tidak banyak, saya juga bisa menjelaskan soal fungsi dan nama-nama bagian serta batasan-batasan dalam penggunaannya. Jadi, mbak Nana yang memberi pengetahuan secara umum dan praktik tatacara pemakaiannya, saya ikut menjelaskan tatacara penggunaan dalam upacara. Karena, saya juga pernah mendapat penjelasan soal busana adat kraton dari eyang kakung saya,” ujar KRRA Panembahan Didik menambahkan.

Empat anggota Pakasa yang mendapat pelatihan secara khusus itu, adalah RT Sugeng Haryana Jati Hadipuro, Nyi Ng Dyah Kurnia Wijayanti Adiningtyas (Ketua Putri Narpa cabang Kudus), Nyi L Nita Ayu Anggraini dan KMT Indah Kumalaningtyas (istri Ketua Pakasa Cabang Kudus). Untuk peserta laki-laki, kelak mendapat pelatihan pemakaian “kampuh” untuk busana “dodotan” pria, sedang peserta perempuan untuk sesama gender.

SAMA-SAMA ANGGOTA : Baik model lelaki maupun perempuan dalam diklat busana adat “dodotan” yang digelar Pakasa Cabang Kudus di Lembah Pedangkungan, Singocandi, Kudus, Senin malam (22/9), sama-sama santri dan anggota Pakasa cabang. Nyi Ng Kurnia (Ketua Putri Narpa Cabang Kudus) yang berlatih itupun warga Pakasa. (foto : iMNews.id/Dok)

Dalam diklat yang dihadiri 63 santri Majelis Taklim itu, memang baru diajarkan satu materi saja, yaitu pengenalan “kampuh” untuk busana “dodotan” wanita dan pria. Yang wanita, kebanyak untuk keperluan upacara adat pengantin, tetapi busana “dodotan” pria juga bisa digunakan untuk keperluan di luar upacara adat pernikahan. Misalnya, busana kebesaran “Bupati Manca” dalam kirab budaya, sering menampilkan dodot.

“Diklat ini tidak kami batasi sampai berapa kali pertemuan. Pokoknya, sampai mereka benar-benar bisa. Karena, tata-busana dalam adat perkawinan gaya Kraton Mataram Surakarta yang diajarkan ini, tidak boleh hanya dikuasai praktiknya saja. Tetapi harus menguasai betul nama-nama bagian dan tatacara pemakaiannya. Bahkan harus bisa menjelaskan pengetahuan sejarahnya. Karena, misinya pelestarian,” pintanya. (won-i1)