Biasanya Habis “Diserbu” di Halaman Masjid Agung, Walau Doa Baru Dimulai
SURAKARTA, iMNews.id – Puncak upacara adat hajad-dalem Gunungan Garebeg Mulud Sekaten 2025 di Tahun dal 1959 ini, Jumat (5/9) pagi tadi bisa diselesaikan Bebadan Kabinet 2004 dengan baik. Walau ada “insiden” kecil, tetapi “sikap waspada” yang sudah dimiliki sejak peristiwa serupa terjadi di tahun lalu, proses tatacara doa wilujengan dua pasang Gunungan di Masjid Agung “bisa diatasi” dengan lancar dan aman.
“Sikap waspada” para petugas yang secara khusus dipasang di saat doa wilujengan dimulai di dalam Masjid Agung, bahkan sebelum “ada perintah” mendoakan hingga saat yang tepat untuk membawa pulang sepasang Gunungan kembali ke kraton, menjadi kunci “sukses”. Sikap waspada itu sebenarnya untuk menghindari “insiden” mengambil-alih tugas, tetapi dampak positifnya sepasang Gunungan bisa kembali ke kraton utuh.

Peristiwa seperti ini, adalah riak-riak kecil yang masih tersisa dalam proses berlakunya eksekusi putusan Mahkamah Agung (MA) yang dilakukan tim eksekusi Pengadilan Negeri (PN) Surakarta, 8 Agustus 2024 lalu. Putusan hukum yang final, mengikat dan berlaku pada saat eksekusi berlangsung, faktanya tidak punya kekuatan memaksa ketika bagi para “terhukum”, yaitu Sinuhun PB XIII dan kelompok pengikutnya.
“Perlawanan” terhadap eksistensi Lemgaga Dewan Adat (LDA) dan segala produk Bebadan Kabinet 2004 khususnya sebagai pemegang otiritas yang dibenarkan secara hukum dalam menjalankan semua upacara adat di Kraton Mataram Surakarta, masih menghadapi beberapa kendala di lapangan. Pelaksanaan puncak ritual hajad-dalem Gunungan Garebeg Mulud, Jumat (5/9) pagi tadi, masih diwarnai insiden bernada “mengacau”.

“Jadi, situasi riilnya seperti itu. Ada insiden kecil, tetapi semua proses jadi lancar. Kami malah tidak memperhatikan, kalau sepasang Gunungan malah bisa diselamatkan akibat ‘sikap waspada’ dan antisipasi yang kami miliki sejak awal. Hal-hal yang bisa meruncing jadi lebih buruk, bisa kita hindari. Dan itulah fakta bahwa pihak seberang masih terus berusaha ‘merebut’,” ujar KPP Haryo Sinawung menjawab iMNews.id.
Wakil Pengageng Karti Praja itu saat dimintai konfirmasi, siang tadi menambahkan, demi sikap waspada itu, dirinya ditugaskan mendampingi KPH Adipati Sangkaya Mangunkusumo (Pengageng Karti Praja) dan KRMH Saptonojati di Bangsal Smarakata. Tugas mereka bertiga adalah, memberi “dhawuh” untuk petugas yang akan memimpin proses hajad-dalem Gunungan menuju Masjid-Adung untuk didoakan.

Sedangkan KPH Bimo Djoyo Adilogo (Bupati Juru-Kunci Astana Pajimatan) menjalankan tugasnya sebagai “Manggala” semua Bregada Prajurit seratusan personel, mengawal proses Gunungan baik menuju Masjid Agung maupun saat membawa kembali Gunungan yang dibagi-bagikan di halaman Kamandungan. Sedangkan KRMH Suryo Manikmoyo berada di Masjid Agung untuk mengawal jalannya penyampaian “ujub dhawuh” mendoakan.
Karena kewaspadaan seperti itu, jalannya tatacara donga wilujengan hingga membagi-bagikan Gunungan kepada pengunjung yang “ngalab berkah” di halaman Masjid Agung menjadi lancar. Titik kelancarannya terletak pada utuhnya sepasang Gunungan bisa dibawa dalam prosesi keluar dari masjid, bahkan utuh sampai halaman Kamandungan dan baru habis “diserbu” masyarakat yang “ngalab berkah” di halaman Kamandungan.

Kalau para petugas tidak waspada atau lengah, semua Gunungan (dua pasang) bisa habis “diserbu” yang “ngalab berkah” di halaman Masjid Agung. Karena, kebiasaan menyerbu “sebelum” Gunungan didoakan, masih muncul dari waktu ke waktu, seperti gelagat yang terlihat saat puncak Garebeg Mulud, Jumat pagi (5/9) tadi. Namun, sepasang Gunungan lebih cepat “diselamatkan” oleh kesigapan “Manggala” prajurit.
Dalam “pisowanan” puncak hajad-dalem Gunungan pagi tadi, memang tampak banyak masyarakat umum yang datang “ngalab berkah” baik di Masjid Agung maupun di halaman Kamandungan. Walau hanya perwakilan kecil, tetapi elemen masyarakat adat Pakasa cabang, juga banyak yang hadir. iMNews.id sempat bertemu pengurus Pakasa Cabang Ponorogo, cabang Jepara dan cabang Kudus, padahal nanti malam masih ada “pisowanan”. (won-i1)