Putri KRRA Panembahan Didik Datangi Makam dan Tidak Mendapati Nama “Raja Jawa” Itu
SURAKARTA, iMNews.id – Silang pendapat soal lokasi makam Sinuhun Amangkurat Mas (III) antara yang ada di Kediri, negara Srilanka maupun di Astana Pajimatan Imogiri, Bantul (DIY), mungkin hanya sampai di sini saja. Karena, Cerrier Didik Camboa (20), anak keempat KRRA Panembahan Didik, kemarin mendatangi sebuah makam di Colombo untuk membuktikannya.
Di sebuah tempat pemakaman yang dalam bahasa lokal di Colombo, Ibu Kota negara Srilanka, disebut “Jawatte” itu, tak didapati satupun tulisan yang menyebut nama Sunan atau Sinuhun Amangkurat Mas (III) atau Raja ke-6 (Kraton Mataram). Di makam tokoh-tokoh terkenal dari luar Srilanka yang meninggal sebelum 1945, semua tertulis dalam prasasti berukuran besar.
Menjawab pertanyaan iMNews.id, Rabu (15/1) malam waktu setempat, Cerrier Didik Camboa (20) menyebutkan, kedatangannya di “Jawatte” yang ada di Kota Colombo, Minggu siang (12/1), bisa membuktikan informasi yang selama ini beredar simpang-siur tentang keberadaan makam Sinuhun Amangkurat Mas (III) dimakamkan di situ. Dia yakin, makam “Raja Jawa” itu ada di Jawa.
“Saya memang diminta Bapak (KRRA Panembahan Didik) untuk mencari informasi lokasi makam Raja Jawa, Amangkurat III itu. Katanya, mumpung saya di Srilanka, Gusti Moeng minta tolong Bapak agar saya mencari tahu kebenaran informasi soal makam itu. Rabu sore (15/1) kemarin, saya datang ke Jawatte di Kota Colombo, jaraknya tidak jauh dari tempat saya tinggal”.
“Saat saya membaca prasasti berukuran besar yang berada di pagar makam, saya tidak mendapati satupun nama Raja Jawa Amangkurat III tertulis di situ. Tetapi saya masih membaca buku dan mencari tahu dari para sejarawan. Ternyata, Raja Jawa itu memang tidak dimakamkan di situ. Jadi, informasi ini hanya ada di google, tetapi itu tidak benar, karena tidak ada”.
“Saya memang belum yakin 100 persen, tetapi informasi terakhir yang saya dapat, Raja Jawa itu diasingkan di Kota Jaffna sampai meninggal di sana (1734), dan baru tiga tahun kemudian dibawa pulang ke Jawa dan dimakamkan di Jawa. Tapi, informasinya dimakamkan di Imogiri. Untuk meyakinkan lagi, sebenarnya datang ke Jaffna,” ujar Cerrier, siang tadi.
Putri Ketua Pakasa Cabang Kudus itu melakukan percakapan dengan iMNews.id siang tadi, di sela-sela istirahat di tempat kerjanya di sebuah kantor perwakilan pemasaran kosmetik produk RI di Colombo, Ibu Kota Srilanka. Dia menjelaskan hasil-hasil pelacakannya mencari kebenaran informasi soal makam Amangkurat III, memenuhi permintaan KRRA Panembahan Didik.
Sebelumnya di tempat tinggalnya di Kudus, KRRA Panembahan Alap-alap Gilingwesi Singonagoro menuturkan dirinya mendapat tugas untu minta tolong anaknya yang sedang bekerja di Srilanka, untuk melacak informasi tersebut. Dirinya juga masih ragu, karena informasi yang diterima sampai saat ini menyebut, makam Sinuhun Amangkurat III ada di Imogiri dan Srilanka.
Tetapi hasil pelacakan Cerrier yang sempat datang Jawatte (makam) di Colombo, Rabu (15/1) sore kemarin dituturkan, dari prasasti yang terpampang panjang serta lebar di sepanjang tembok pagar makam lumayan luas itu, tidak satupun didapati nama Raja Jawa Amangkurat III. Padahal, semua tokoh dari luar Srilanka yang dimakamkan di situ, tertulis pada prasasti.
“Untuk lebih meyakinkan 100 persen, ya datang ke Jaffna. Tetapi, butuh waktu 8 jam perjalanan darat untuk sampai di Kota Pelabuhan yang pernah menjadi tempat pengasingan para tawanan Belanda itu, termasuk Amangkurat III. Dan penelusuran saya terakhir, di Kota Jaffna, Raja Jawa itu diasingkan sampai meninggal. Tiga tahun kemudian jenazahnya dibawa ke Jawa”.
“Untuk sampai ke Jaffna, bisa memakan waktu seharian. Saya mendapat informasi, kota itu kini sedang menjadi pusat kegiatan penelitian dan pengembangan berbagai hal termasuk pertanian, perikanan dan destinasi wisata. Sekarang sudah bisa dikunjungi, tetapi masih terbatas. Sebelumnya tertutup bagi kunjungan umum,” ujar duta kosmetik produk Indonesia itu.
Selain itu disebutkan pula, dirinya sempat membaca buku berjudul “Banishment and Belonging; Ezile and Diaspora in Sarandib, Lanka and Ceylon” karya sejarawan setempat, Ronit Ricci. Ia mendapatkan penjelasan dari buku itu, bahwa Amangkurat III tidak dimakamkan di Srilanka, melainkan meninggal di pengasingan di Jaffna, lalu jenazahnya dibawa ke Jawa.
Dengan penjelasan hasil pelacakan Cerrier Didik Camboa itu, silang pendapat dan keragu-raguan soal lokasi makam Raja ke-6 Kraton Mataram Islam Sinuhun Amangkurat Mas (III) dimungkinkan berakhir. Tetapi, Kraton Mataram Surakarta selaku pihak yang punya otoritas atas aset makam-makam leluhur Dinasti Mataram, perlu segera menegaskan lokasi keberadaan yang benar.
Di tempat terpisah, GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) di berbagai kesempatan menyebut hanya ada dua makam leluhur Dinasti Mataram yang ada di luar Astana Pajimatan Imogiri (Bantul-DIY). Yaitu makam Sinuhun Amangkurat Agung (I) yang ada di Tegal dan makam Sinuhun Amangkurat Mas (III) yang ada di Kediri.
Bila makam Sinuhun Amangkurat Agung tetap di Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal/Slawi karena diminta warga sebagai kebanggaan di situ, makam Sinuhun Amangkurat Mas (III) berada di Desa Gedong, Kediri (Jatim) belum ada penjelasannya. Makam Raja ke-6 itu sudah diziarahi karena dikenal luas, meskipun utusan Kraton Mataram Surakarta belum sampai ke sana. (won-i1)