Konser Karawitan Weton Malem Selasa Legi Batal, “Diganti” Latihan Tari 27 Warga Jepang

  • Post author:
  • Post published:August 28, 2024
  • Post category:Regional
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Konser Karawitan Weton Malem Selasa Legi Batal, “Diganti” Latihan Tari 27 Warga Jepang
PELATIH SENIOR : Nurmalina selaku pelatih senior Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta, berada di depan bersama beberapa pelatih lain yang tadi malam mengadakan latihan bersama tari Srimpi Anglir Mendung yang diikuti 27 warga Jepang dari program workshop grup Ajisai, di Bangsal Smarakata, Selasa (27/8). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Gusti Moeng Minta Waktu Menyaksikan Lomba “Thethek” 11 RW Warga Baluwarti

SURAKARTA, iMNews.id – Konser orkestra musik karawitan weton kelahiran Sinuhun PB XII, “malem Selasa Legi” yang seharusnya digelar di Bangsal Smarakata, Senin malam (27/8) terpaksa batal. Batalnya kegiatan rutin yang sudah berjalan lagi beberapa kali mulai pertengahan tahun 2023 hingga sekitar sebulan lalu itu, karena latihan persiapan tidak terwujud.

“Iya mas, ini sebenarnya latihan untuk persiapan konser karawitan ‘malem Selasa Legi’. Tapi terpaksa dibatalkan karena teman-teman yang bertugas tidak bisa datang latihan. Mungkin karena berbareng dengan berbagai agenda masing-masing. Mudah-mudahan untuk ‘malem Selasa Legen’ depan bisa berlangsung kembali,” ujar KPH Raditya Lintang Sasangka.

JAUH BERBEDA : Struktur tari tradisional/klasik hampir semua repertoar tari khas kraton atau Jawa, memang sangat jauh berbeda dengan tari klasik di negara lain semisal Jepang. Maka, 27 warga progam workshop Ajisai Jepang wajar kalau agak kesulitan mengikuti latihan tari Srimpi Anglir Mendung di Bangsal Smarakata, Selasa malam (27/8). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

KPH Raditya Lintang Sasangka selaku penanggungjawab konser karawitan “Malem Selasa Legi” itu, saat dimintai konfirmasi  iMNews.id, beberapa hari sebelum Senin (26/8) menjawab singkat, pentas sangat mungkin batal karena beberapa abdi-dalem yang hadir berlatih tidak lengkap. Saat itu, hanya ada beberapa yang siap di Bangsal Smarakata, termasuk dirinya.

Batalnya konser rutin tiap “malem weton Selasa Legi” itu, tentu sangat manusiawi dan bisa dipahami. Mengingat, hampir semua abdi-dalem yang “suwita” di kraton sebagai “abdi-dalem garap”, rata-rata punya pekerjaan utama di luar kraton. Secara realistis, “suwita” di kraton sebagai “pegawai” tidak bisa diandalkan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

IRINGAN LIVE : Latihan bersama tari “Srimpi Anglir Mendung” yang diikuti 27 warga progam workshop Ajisai Jepang di Bangsal Smarakata, Selasa malam (27/8), diiringi karawitan yang disajikan secara “live” oleh para abdi-dalem Mandra Budaya pimpinan KPH Raditya Lintang Sasangka. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Walau konser karawitan batal, tetapi Selasa (27/8) malam Rabu Pahing (28) kraton menggelar kegiatan yang bisa menjadi penggantinya. Yiatu, latihan tari Srimpi Anglir Mendung yang dilakukan 27 warga Jepang anggota grup Ajisai yang sedang menjalani program workshop. Mereka ingin berlatih tari di Kraton Mataram Surakarta, agar mendapatkan pengalaman menari.

Latihan bersama yang digelar di Bangsal Smarakata, Selasa malam tadi, dipandu oleh lima instruktur tari Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta, di antaranya Nurmalina, istri KPH Raditya Lintang Sasangka. Sedangkan Gusti Moeng selaku pimpinan Sanggar Pawiyatan Beksa, tampil sebagai pemandu gerak melalui “keprak” yang dipegangnya.

SAJIAN LOMBA : Gusti Moeng meninggalkan separo waktu latihan tari bersama 27 warga progam workshop Ajisai Jepang di Bangsal Smarakata, dan bersama Gusti Ayu menyaksikan jalannya lomba “thethek” atau ronda yang diikuti 11 grup RW Kelurahan Baluwarti di depan “topengan” Kori Kamandungan, Selasa (27/8) malam tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Di saat 27 warga Jepang dari grup Ajisai itu berlatih, kira-kira pukul 20.00 WIB malam tadi tiba-tiba Gusti Moeng dilapori KRMH Suryo Kusumo Wibowo. Dari tempatnya duduk lesehan bersama para seniman karawitan dan para pesinden yang bertugas, malam itu, Gusti Moeng minta izin untuk menyaksikan 11 grup RW warga Baluwarti yang mengikuti lomba “Thethek”.

Karena latihan tari yang sudah dimulai tepat pukul 19.00 WIB sudah cukup, lalu ditinggalkan untuk menuju topengan Kori Kamandungan. Di situ, 11 grup peserta lomba ronda atau “Thethek” sudah bersiap tampil. Begitu Gusti Moeng dan Gusti Ayu sudah menempatkan diri di bawah teras (topengan), lomba ronda dimulai satu-persatu semua grup ditampilkan.

GENERASI MUDA : Ronda atau “Thethek” bagi kalangan generasi muda, bisa berbeda persepsi dan penyajiannya seperti tampak dipergelarkan di antara 11 grup RW di Kalurahan Baluwarti, dalam lomba yang digelar di depan “topengan” Kori kamandungan dan disaksikan Gusti Moeng bersama Gusti Ayu, Selasa (27/8) malam tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Walau ditinggal Gusti Moeng mengurusi lomba “Thethek”, tetapi jalannya latihan tari Srimpi Anglir Mendung terus berlalu di bawah lima instruktur, termasuk Nurmalina selaku “pimpinan” pelatih. Pemandangan latihan bersama mengikuti arahan gerak para instruktur itu, memang banyak di antara 27 warga Jepang itu menampilkan ekspresinya menarik.

Karena sebelumnya hanya berbekal sedikit teori dari melihat rekaman video, mereka mencoba melatih diri untuk bisa menari jenis repertoar tari klasik khas kraton, Srimpi Anglir Mendung. Melakukan proses gerak secara urut, tepat dan sesuai memang banyak yang sulit, tetapi semangatnya yang tinggi untuk “bisa”, dapat dilihat dari kebaya yang mereka kenakan. (won-i1)