Direkomendasikan Kepada Pemkab Setempat untuk Dipugar
PONOROGO, iMNews.id – Tiga lokasi Astana Pajimatan makam beberapa tokoh leluhur Dinasti Mataram yang berada di Kabupaten Ponorogo (Jatim), ternyata sudah lama dikenal masyrakat luas dan selalu diziarahi khususnya bila datang bulan Ruwah (Jawa) atau Sya’ban (Hijriyah) seperti sekarang ini.
Tingkat kunjungan yang terus meningkat tetapi kondisi bangunan “cungkup” makam yang kurang memadai, direkomendasikan pengurus Pakasa Cabang Ponorogo kepada Pemkab setempat untuk dipugar. Kalau kompleks makam sudah dilindungi UU Cagar Budaya, bisa dikonsultasikan dengan kantor BP3 atau kantor Dinas Cagar Budaya dan Purbakala.
“Kalau suasana peziarah begini ramai, ‘kan jadi kelihatan sisi kekurangannya. Kondisi bangunan cungkup makam perlu dikaji kelayakannya. Mungkin konstruksinya masih kuat, tetapi tinggi bangunan sangat tidak memadai. Mosok yang ziarah berduyun-duyun begini, harus membungkuk-bungkuk dan mengendap-endap untuk bergantian masuk. Karena kalau tidak membungkuk, pundak atau bahkan kepala, bisa terbentur ujung lisplang atau ujung bagian luar atap”.
“Mudah-mudahan segera mendapat perhatian dari Pemkab, agar bisa dipugar. Karena berkembang menjadi objek wisata spiritual dan semakin banyak diziarahi. Itu berarti bisa meningkatkan income daerah dan kesejahteraan warga di sekitar objek,” harap KRAT Sunarso Suro Agul-agul selaku Ketua II Pakasa Cabang Ponorogo, menjawab pertanyaan iMNews.id di lokasi makam Bathara Katong, Desa Setono, Kecamatan Jenangan, siang tadi.
KRAT Sunarso bersama para pengurus Pakasa Cabang “Gebang Tinatar” Kabupaten Ponorogo (Jatim), siang tadi mengantar rombongan dari Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa sekaligus Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) yang melakukan safari perjalanan “nyadran” di bulan Ruwah.
Agenda “Nyadran” yang diberi tema “Caos Bhekti Tahlil”, Minggu siang (26/2) tadi, hanya berkeliling di tiga lokasi makam yang jaraknya satu sama lain beda kecamatan dan berjauhan. Karena hari sudah sore dan hujan deras turun merata di wilayah Ponorogo sejak pukul 15.00 WIB, agenda ziarah ke petilasan Sinuhun PB II yang diberi nama “Sinuhun Kumbul” di Desa Sawoo, Kecamatan Sawoo dibatalkan.
“Yang benar-benar baru kali ini bisa diziarahi Gusti Wandan (GKR wandansari Koes Moertiyah-Red) bersama rombongan dari kraton, kompleks makam Eyang Jayengrono ini. Ceritanya, selama dalam pencarian letak lokasinya, ada dua pihak yang diminta share-loc alamat warga Ponorogo yang mengundang acara pernikahan, yang dishare kok lokasi makam Eyang Jayengrono. Aneh ‘kan ini?”.
“Tapi itu ada hikmahnya, karena secara tidak langsung Allah SWT mengingatkan sekaligus menunjukkan bahwa ada leluhur Dinasti Mataram yang selam ini terlupakan, belum pernah diperhatikan (diziarahi-Red),” ungkap KRRA MN Gendut Wreksodiningrat, selaku Ketua Pakasa Cabang Ponorogo di depan Gusti Moeng atau Gusti Wandan di makam Eyang Jayengrono, Desa Pulung Merdika, Kecamatan Pulung.
Rombongan “Tour de Makam” dari kraton yang dipimpin Gusti Moeng untuk melakukan nyekar atau ziarah “Ruwahan” siang tadi, dimulai dari kompleks makam Bathara Katong Bupati Ponorogo I, di Astana Pajimatan Setono, Kecamatan Jenangan mulai pukul 11.00 WIB. Doa, dzikir dan tahlil Sultanagungan dan syahadat Quresh dipimpin abdidalem jurusuranata MNg Radi Reksopustoko diikuti semua rombongan yang “Caos Bhekti Tahlil”, bahkan bersamaan dengan para peziarah dari berbagai daerah.
Setelah itu menuju makam Kyai Moh Besari, guru spiritual Sinuhun PB II di Astana Pajimatan Tegalsari, Kecamatan Jetis, yang dipimpin abdidalem jurusuranata RT Imam Hadipuro, lalu diakhiri di makam Jayengrono di Desa Pulung Merdika yang juga harus bergantian dengan para peziarah. (won-i1)