Andi Zate Memilih Mengurus Staso
iMNews.id – KALAU di antara kalangan keluarga yang ditinggal apakah dari istri Hj Saputri (Ngawi), atau istri Dian Ekawati (Pajang-Solo) atau istri Yan Vellia (Sumber-Solo) mempunyai ”feeling of interest/publish” atau ”sense of media”, sangat dipastikan ritual peringatan 100 hari meninggalnya ”Pujangga Dangdut Jawa” Didi Kempot akan berlanjut.
Entah dalam bentuk pengajian atau apapun, peringatan 100 hari almarhum Sang Maestro Dandgut Jawa yang meninggal pada 5 Mei 2020 itu, telah diperingati istri Yan Vellia di kediamannya, seperti yang diikuti iMNews.id, Agustus tahun lalu. Ritual untuk kerabat yang meninggal dunia sesuai adat Jawa, bahkan juga diadakan saat peringatan 40 hari, di tempat yang sama, kediaman di Kampung Sumber, Banjarsari, Solo.
Memang tidak ada publikasi apakah keluarga istri Dian Ekawati yang menurunkan Staso Prasetyo dan dua anak Didi Kempot lainnya, juga menggelar ritual serupa di kediamannya di Kampung Pajang, Laweyan, Solo. Tetapi sangat mungkin, keluarga istri Hj Saputri di Ngawi, juga menggelar peringatan serupa.
Bulan April mendatang, dalam hitungan adat Jawa, usia meninggalnya penyanyi yang mendapat julukan The King of Broken Heart itu, genap setahun. Dalam adat Jawa, usia pemakaman itu disebut ”pendhak sepisan” atau tahap pertama dari serangkaian ritual yang akan berakhir ketika usia pemakaman genap 1.000 hari, yang kemudian sering disebut ritual ”Nyewu”.
Sudah Menunggu Momentum
Memang bukan soal ada atau tidak pihak yang menggelar ritual peringatan itu. Juga bukan siapa atau keluarga istri yang mana yang menggelar ritual. Tetapi, apabila benar-benar ada ritual itu, pasti akan menjadi momentum penting bagi keluarga yang menggelarnya, atau siapapun yang merasa berkepentingan hadir di acara itu.
Bahkan, publik secara luas yang hanya kenal almarhum ”Raja Dangdut Jawa” lewat lagu-lagu, baik yang disebarluaskan lewat Youtube atau rekaman konser live di TV maupun rekaman off air di panggung-panggung, atau justru mengenal karena menjadi pecinta beratnya seperti komunitas ”Kempoters” atau ”Sobat Ambyar”. Semua pasti sudah menunggu dan akan memanfaatkan momentum itu dalam bentuk apa saja, untuk dijadikan bagian dari kisah perjalanan kehidupan pribadinya.
Tak terkecuali bagi Andi Zate (49), seorang penulis lagu sekaligus pelantun karyanya yang lebih suka disebut pop Jawa. Tokoh yang menjadi sahabat karip almarhum, sesama pencipta dan penyanyi lagu-lagu pop atau dangdut Jawa ini, memang terkesan tiba-tiba menghilang begitu ada berita besar tentang meninggalnya Sang Maestro Dangdut Jawa, sampai pada proses pemakamannya.
Istana Mataram News secara khusus habis mendapat pengakuan dari tokoh sahabat karib Didi Kempot, yaitu Andi Zate. Karena ternyata, dia memilih mendampingi dan menghibur Staso Prasetyo, pemuda berusia 21 (anak tertua almarhum dari istri Dian Ekawati), di tempat jauh dari lalu-lalang media yang meliput saat almarhum meningal hingga dimakamkan (5/52020), bahkan masih tersembunyi sampai datang peringatan 100 hari.
Pilih Menghibur Staso
Meskipun tidak pernah kelihatan di acara adat peringatan meninggalnya Didi Prasetyo yang digelar di manapun, sejak ”pitung dinanan”, ”patangpuluh dinanan” maupun peringatan ”satus dinanan”, Andi Zate tentu punya cara sendiri untuk memaknai momentum peringatan itu, termasuk ”pendhak sepisan” yang akan segera datang.
”Saya akan tetap memilih ‘menghilang’. Apalagi waktu itu (5/5/2020). Dari pada bikin heboh di saat semua media tertuju pada peristiwa meninggalnya almarhum, ‘kan lebih baik ‘menghilang’. Karena saya tahu banyak hal tentang almarhum. Dan tahu banyak hal tentang apa saja yang berkaitan dengan kehidupan pribadi almarhum.
Termasuk bagaimana (profil dan kisah) masing-masing keluarga yang ditinggalkannya,” jelas pendiri dan pemilik studio dan Management Relink 24T itu, menjawab pertanyaan iMNews.id yang mewawancarainya via telepon dan WAnya sampai tadi sore.
Perihal keputusan diambil untuk memilih ‘menghilang’ tetapi menjaga Staso, menurutnya adalah keputusan yang sangat manusiawi karena beberapa pertimbangan. Selain Staso adalah anak almarhum yang dipersepsikan siap dibimbing mengikuti jejak sang ayah, faktanya pemuda 21 tahun itu sejak kecil akrab dengan Andi Zate.
Pertimbangan berikut, kepergian Sang Maestro Pujangga Dangdut Jawa, memang harus ada sosok figur pengganti, yang mungkin bisa diperankan oleh Staso Prasetyo, kelak.Dan pertimbangan yang sangat masuk akal, adalah membantu Staso mempersiapkan diri secara teknis dan nonteknis menuju tokoh peran pengganti sang ayah itu, mengingat pemuda itu sudah bisa menulis lagu, kini tiga judul, di antaranya ”Ikhlas Ati”.
”Maksud saya seperti itu. Jadi, anak itu saya nasihati dan saya bimbing, siapa tahu bisa mengikuti jejak sang ayah. Syukur bage, kelak bisa menjadi tokoh pengganti ayahnya. Eeee… malah mengikuti kemauannya sendiri. Ya sudah, kira-kira 2 bulan lalu saya lepas. Biar berjuang mencari keberuntungan hidup sendiri di luar,” ujar Andi yang mengaku membantu menyempurnakan syair lagu ”Ikhlas Ati” ciptaan Staso yang sempat dibawakannya sendiri, belum lama ini. (Won Poerwono-bersambung)