Gusti Moeng Pimpin Upacara Adat “Ganti Langse” Makam Sinuhun Amangkurat Agung

  • Post author:
  • Post published:July 22, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Gusti Moeng Pimpin Upacara Adat “Ganti Langse” Makam Sinuhun Amangkurat Agung
PROSESI KIRAB : Barisan prosesi kirab yang membawa uba-rampe jamasan dan ganti langse sudah memasuki halaman cungkup makam Sinuhun Amangkurat Agung, Senin (21/7) siang kemarin. Upacara adat dipimpin Gusti Moeng tiap jatuh 25 Sura di Astana Pajimatan Tegalarum, Desa Pasarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Slawi/Tegal. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

KMT Drg Fitri Ditugasi “Mengurus” Pakasa, Usul Amangkurat Agung Jadi Pahlawan Nasional

TEGAL, iMNews.id – Menjelang akhir agenda kegiatan di bulan Sura Tahun Dal 1959 (Muharam Tahun 1447 Hijriyah), Gusti Moeng memimpin upacara adat “jamasan” atau “Ganti Langse” makam Sinuhun Prabu Amangkurat Agung, Senin (21/7). Warga Pakasa cabang setempat, mengusulkan putra Sinuhun Sultan Agung itu menjadi “Pahlawan Nasional”.

Upacara adat “jamasan” atau “Ganti Langse” tokoh leluhur Dinasti Mataram yang dimakamkan di Astana Pajimatan Tegalarum, Desa Pasarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Slawi/Tegal, kemarin siang, dilakukan dalam prosesi. Barisan kirab ditata di depan kompleks makam atau depan Kantor Desa Pasarean, diawali dengan serah-terima.

Untuk kesekian kalinya, prosesi kirab “Ganti Langse” makam tokoh yang kini diusulkan menjadi “Pahlawan Nasional” itu, dipandu para prajurit kraton, terutama Bregada Korsik Drumband Prajurit Tamtama. Serah terima “langse” dan uba-rampe “jamasan”, diserahkan KPP Haryo Sinawung kepada KRT Irham Puspoko (juru-kunci makam).

Dipandu KP Siswanto Adiningrat (Wakil Pengageng Sasana Wilapa) selaku juru pambiwara, KPP Haryo Sinawung Waluyoputro (Wakil Pengageng Karti Praja) menyerahkan “langse” dan “uba-rampe jamasan” dalam waktu beberapa menit saja. Terompet Korsik Drumband Prajurit Tamtama segera ditiup, menandai barisan prosesi berjalan.

PASANG LANGSE : Gusti Moeng dibantu KRMH Suryo Kusumo Wibowo mengikat ujung langse di tiang kerangka penutup pusara, dalam upacara adat jamasan makam Sinuhun Amangkurat Agung di Astana Pajimatan Tegalarum, Desa Pasarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Slawi/Tegal, 25 Sura Tahun Dal 1959, Senin (21/7) kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Di dalam barisan, selain para prajurit yang memandu di depan, ada perwakilan warga Pakasa yang memperkuat, walau pengurus Pakasa Cabang Slawi/Tegal belum ditata-upang sepeninggal KRAT Bagyo yang meninggal sekitar 3 tahun lalu. Gusti Moeng dan semua rombongan Bebadan Kabinet 2004 dari kraton, juga masuk dalam barisan itu.

Prosesi membawa “uba-rampe” jamasan dan ganti langse, dari luar pagar kompleks makam menuju cungkup makam Sinuhun Amangkurat Agung memang hanya dekat, sekitar 600 meter. Tetapi, prosesi mengeluarkan “ageman” makam tokoh itu, juga dilakukan dengan prosesi kirab sejauh 1 KM dari Bangsal Prabasuyasa ke Pendapa Pagelaran.

dari Pendapa Pagelaran kompleks Kraton Mataram Surakarta, semua “uba-rampe” jamasan dan ganti langse dibawa dengan sebuah bus besar dan beberapa mobil pribadi ke Astana Tegalarum, Kabupaten Slawi/Tegal. Berangkat sekitar pukul 07.00 WIB, tiba di kompleks makam sekitar pukul 11.00 WIB lalu bersiap memulai prosesi “kirab”.

Pukul 11.15 WIB prosesi membawa uba-rampe tiba di dalam cungkup dan hanya sekitar 10 orang yang berkepentingan terutama Gusti Moeng, yang masuk cungkup makam. Dalam ruang cungkup yang luasnya sekitar 16 meter persegi itu, doa, tahlil, dzikir, shalawat Sultanagungan, syahadat Quresh dimulai dan dipimpin RT Irawan Wijaya Pujodipuro.

SERAH-TERIMA : KPP Haryo Sinawung Waluyoputro (Wakil Pengageng Karti Praja) bertugas menyerahkan uba-rampe jamasan, mengawali upacara adat jamasan makam Sinuhun Amangkurat Agung di Astana Pajimatan Tegalarum, Desa Pasarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Slawi/Tegal, 25 Sura Tahun Dal 1959, Senin (21/7) kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sekitar 20 menit doa yang dipimpin abdi-dalem juru-suranata itu selesai, dilanjutkan pemasangan “langse” baru yang dipimpin Gusti Moeng. Selain kalangan sentana jajaran bebadan kabinet 2004, tampak pula GKR Ayu Koes Indriyah, KRMH Suryo Kusumo Wibowo dan warga Pakasa setempat di antaranya KRAT Henri dan KMT Drg Fitri.

Langse datang lalu dipasang, karena langse lama sudah dilepas sebelumnya disertai “jamasan” atau pembersihan ruang cungkup oleh abdi-dalem juru-kunci KRT Irham Puspoko dan warga Pakasa setempat. Pemasangan langse baru juga berjalan singkat dan Gusti Moeng memulai pasang “sangsangan” melati-kanthil dilanjutkan tabur bunga.

Tabur bunga tak hanya dilakukan di dalam cungkup, tetapi dilanjutkan Gusti Moeng di sejumlah pusara di luar cungkup mulai pusara Kanjeng Ratu Kentjana, prameswari Sinuhun Amangkurat Agung, BRA Keting Kuning (putri Sinuhun) dan sebagainya. Saat tabur bunga di makam kerabat di luar cungkup, tampak dua pejabat Forkopimcam.

Selesai seluruh upacara adat jamasan, ganti langse dan tabur bunga berakhir, panitia setempat memandu rombongan kraton dan seluruh yang hadir bergeser pindah di pendapa paseban yang masih di dalam kompleks makam. Sambil melepas lelah, ada upacara penutupan, dan di saat itulah Gusti Moeng mencari dua pejabat Forkopimcam.

SERAHKAN KEKANCINGAN : Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA), menyerahkan kekancingan kepada abdi-dalem juru-kunci makam KRT Irham Puspoko. Peristiwa itu menjadi penutup upacara adat jamasan makam Sinuhun Amangkurat Agung di Astana Pajimatan Tegalarum, 25 Sura Tahun Dal 1959, Senin (21/7) kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Rupanya, dua pejabat yang disebut “mewakili” unsur Pemkab Slawi/Tegal itu sudah tidak ada alias meninggalkan tempat, mungkin mengira seluruh rangkaian upacara adat sudah selesai. Padahal, dalam pertemuan yang mengakhiri seluruh rangkaian upacara itu, sudah berjalan rutin bertahun-tahun dan menjadi kesempatan sangat penting.

Di upacara itu, kemarin siang sekitar pukul 12.30 WIB, Gusti Moeng menyerahkan partisara kekancingan berisi gelar kekerabatan kepada abdi-dalem juru-kunci makam, KRT Irham Puspoko dan KRT KH Nuridin Syamsudin MPd (kerabat trah). Penyerahan diakhiri foto bersama Gusti Moeng, GKR Ayu Koes Indriyah dan dua penerima gelar.

Dipandu KP Siswanto Adiningrat selaku juru-pambiwara, ramah-tamah silaturahmi itu didahului dengan doa yang dipimpin KRT Saefudin Renggapuro, warga pamong makam setempat. Sejarawan Dr Purwadi (Ketua Lokantara Pusat di Jogja) hadir di situ memberi pengantar saat KMT Drg Fitri Nursapti Arini Pusponagorom membacakan “usulan”.

Sebagai ketua panitia pengusul gelar Pahlawan Nasional untuk Sinuhun Prabu Amangkurat Agung, dia membacakan usulannya. Didasari pada “(1) Meneladani jasa dan perjuangan Amangkurat Agung; (2) Menggali kearifan lokal dari Kerajaan Mataram untuk memperkokoh jatidiri bangsa; (3) Memberi inspirasi bagi generasi muda untuk berprestasi.

BACAKAN USULAN : Selain memberi tugas “pengurus” Pakasa Slawi, Gusti Moeng juga menjadi saksi KMT Drg Fitri membaca usulannya agar pemerintah RI menganugerahi gelar “Pahlawan Nasional”. Panitia pengusul yang diketuai dokter ahli bedah mulut itu, disampaikan di akhir jamasan makam Sinuhun Amangkurat Agung, Senin (21/7) siang. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sementara itu, dalam sambutannya Gusti Moeng sempat menugaskan KMT Drg Fitri untuk “mengurus” Pakasa Cabang Slawi/Tegal. Dia menyampaikan terimakasih kepada semua warga yang “magersari” atau pinjam menempati tanah makam, karena ikut menjaga dan merawat makan serta mendukung kegiatan upacara adat jamasan dan ganti langse.

Selain tugas “mengurus” Pakasa cabang untuk KMT Drg Fitri dan juga KRAT Henri, Gusti Moeng menyarankan agar keduanya mewakili Pakasa mulai melakukan komunikasi dengan Pemkab Slawi/Tegal. Komunikasi dimaksudkan agar terjalin kembali kerjasama, karena Kraton Mataram Surakarta sudah punya dasar hukum putusan Mahkamah Agung (MA). (won-i1)