Haul Sinuhun PB XI di Bangsal Smarakata, Ritual Khol Perdana Setelah Kraton Dibuka

  • Post author:
  • Post published:January 14, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:5 mins read
upacara adat khol
KHOL PB XI : Untuk kali pertama, upacara adat khol diadakan Gusti Moeng sejak kraton ditutup lebih 5 tahun lalu. Ritual khol Sinuhun PB XI itu, siang tadi digelar di Bangsal Smarakata, yang menampilkan KPH Nugroho Imam Notopuro dan KPHA Sangkoyo Mangunkusumo sebagai perwakilan keluarga besar trah darahdalem Sinuhun PB XI. (Foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Aja Rumangsa Kerabat, Dumeh Duwe Duit Akeh”, Lalu Berbuat Sesukanya

SURAKARTA, iMNews.id – Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa menggelar upacara adat haul Sinuhun PB XI di Bangsal Smarakata, Sabtu (14) siang tadi, yang diikuti kalangan kerabat trah darahdalem “raja” yang bertahta di Kraton Mataram Surakarta hanya selama 6 tahun (1939-1945) itu. Doa dan tahlil didukung semua yang hadir sekitar 150-an orang, termasuk kalangan pejabat bebadan, para sentanagarap dan abdidalem garap, yang dipimpin abdidalem jurusuranata MNg Ifa Hamidi Projodipuro.

Upacara adat khol atau ritual religi peringatan meninggalnya “raja” yang banyak mempersiapkan warga peradaban saat itu menyambut alam kemerdekaan (17/8/45) itu, adalah kali pertama diadakan sejak Gusti Moeng bisa masuk kembali ke kraton (iMNews.id, 18/12) dan membuka kembali kraton untuk publik secara luas (1/1/2023). Kegiatan lain berupa latihan tari termasuk gladen Bedaya Ketawang, kerja bhakti resik-resik, renovasi dan sebagainya rata-rata juga sudah sekali diadakan, bahkan sudah banyak yang berulang dan memasuki bulan kedua setelah 17 Desember.

MEMBERI SAMBUTAN : Gusti Moeng saat berpidato memberi sambutan tunggal yang menutup rangkaian ritual khol Sinuhun PB XI, siang tadi, yang untuk kali pertama digelar di Bangsal Smarakata setelah ktaton ditutup lebih 5 tahun lalu. (Foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Ritual khol dimulai pukul 10.30 WIB dan KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo selaku sesepuh perwakilan trah darahdalem Sinuhun PB XI, menyampaikan ujub doa wilujengan kepada abdidalem jurusuranata MNg Ifa Hamidi Projodipuro untuk memimpin doa dan tahlil. Sekitar 45 menit inti upacara religi peringatan wafat “raja” yang memiliki nama kecil GRM Antasena itu berakhir, dan dilanjutkan dengan sambutan tunggal GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng, sambil menikmati hidangan bersama-sama.

“Wonten kesempatan menika, intinipun kula lan panjenengan sadaya sampun dipun parengaken dening Allah SWT nglajengaken tugas lan kewajiban kula lan panjenengan wonten kraton. Tugas lan keajiban menapa?, inggih menika nerasaken ingkang sampun dipun tuladani para leluhur, nglestantunaken budaya Jawa ingkang asumber saking kraton. Lan paling penting, ingih menika njagi wilujengipun kraton lan sak-isinipun, njagi sadaya tatacara, adat lan paugeran ingkang sampun mlampah wonten kraton wiwit para leluhur Dinasti Mataram kala rumiyin,” tandas Gusti Moeng.

SEBELUM DIBERSIHKAN : Kondisi menara Panggung Sangga Buwana pada 1 Januari lalu sebelum dibersihkan dari tanaman parasit yang tumbuh di beberapa titik dinding tembok menara. (Foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Lampahipun kraton ingkang sampun kapengker, ngantos dipun tutup 5 tahun langkung, menika nggambaraken campur-tanganipun para-para ingkang sami ngaken kerabat, namung mboten ngertos utawi mboten paham tugas lan kewajibanipun kerabat. Sampun ngantos wonten malih lan dipun ambali malih, dumeh rumangsa kerabat lan duwe duit akeh, lajeng saksenenge dewe ngrisak paugeran adat. Kraton menika menawi sampun mboten nglampahaken adat, menika ateges sampun mboten saget dipun wastani kraton. Kraton bubar mawon. Kula lan penjengengan inggih bade bubar bubar?. Menapa ngaten menika ingkang dipun ajab? Inggih…? Inggih menapa mboten…?,” tanya Gusti Moeng mendesak, yang secara aklamasi dijawab semua yang hadir “…mboten…!”.    

Karena menjawab “tidak” yang berarti tidak rela kraton dirusak paugeran adatnya oleh oknum yang mengaku kerabat tetapi berbuat sesukanya karena punya banyak uang, Gusti Moeng mengajak agar kesempatan bisa kembali bekerja di dalam kraton mulai saat ini benar-benar dijadikan penambah semangat bekerja untuk menjaga kelangsungan keraton. Untuk lebih bersemangat bekerja melestarikan budaya Jawa yang bersumber dari kraton, selalu berupaya untuk mengembalikan kewibawaan, harkat dan martabat kraton, agar usia kraton semakin panjang bahkan tetap hidup dan bermanfaat bagi masyarakat peradaban secara luas sampai akhir zaman.

SESUDAH DIBERSIHKAN : Kondisi menara Panggung Sangga Buwana pada siang tadi, sesudah dibersihkan dari tanaman parasit yang sebelumnya ada di beberapa titik, dan mulai dicat ulang untuk menyambut ritual tingalan jumenengan, 16 Februari mendatang.
(Foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Upacara adat itu diakhiri dengan kata penutup dari juru pambiwara KP Siswanto Adiningrat, dan KPHA Sangkoyo Mangunkusumo dan KPH Nugroho Imam Notopuro selaku perwakilan trah darahdalem Sinuuhun PB XI,  berdiri di teras bangsal untuk mengucapkan terima kasih dan melepas para undangan yang hadir. Berakhirnya kegiatan ritual di Bangsal Smarakata tepat pukul 12.00 WIB, menjadi penanda berakhirnya para pekerja teknis dan abdidalem yang bertugas merenovasi di sejumlah titik bangunan penting yang ada di kanan-kiri akses keluar-masuk dari halaman Kamandungan ke Pendapa Sasana Sewaka.

Misalnya, tampak beberapa abdidalem dan pekerja teknis sedang membersihkan dan menata-ulang bagian dalam Bangsal Marcukunda, membersihkan tanaman parasit dan mengecat ulang dinding menara Panggung Sangga Buwana dan sebagainya. Sambil mengikuti ritual khol Sinuhun PB XI, KPH Edy Wirabhumi selaku penanggungjawab renovasi yang memantau proses renovasi menyebutkan, pekerjaan renovasi jalan terus di berbagai titik lokasi terutama di dalam, begitu pula di jalan Supit Urang barat dan timur, sehubungan akan ada upacara adat tingalan jumenengandalem yang diagendakan 16 Februari mendatang. (won-i1)