Mbolo Kini Lebih Gampang Dicari di Warung Istrinya

  • Post author:
  • Post published:January 30, 2021
  • Post category:Ekbis
  • Reading time:7 mins read

Kisah Hijrah Seorang MC, dari Panggung Menuju Warung

iMNews.id – GARA-GARA pandemi Covid 19 atau “pageblug mayangkara” Corona yang sudah hampir setahun melanda Tanah Air, memang memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan manusia. Termasuk sendi kehidupan seni dan ekonomi, yang membuat strata sosial menjadi jungkir-balik.

Salah satu di antara sekian banyak korban “pageblug mayangkara” itu, adalah Wawan Liswanto (55) yang mengalami perubahan nyaris 360 derajat. Pria dengan dua anak yang selama 20-an tahun begitu dikenal dengan nama panggung Mbolo MC itu, hampir setahun ini sudah berubah penampilan dan lebih banyak bisa didapati di pasar atau di warung istrinya yang berjualan “latengan” atau kuliner masakan Jawa.

Kehidupan lelaki yang memiliki tiga anak dengan istri pertama (sudah berpisah), dan dua anak Wahyulina Budiarti istrinya kini, sudah nyaris hilang jejak ciri-cirinya sebagai orang panggung yang selalu tampil necis, perlente, modis dan gagah sebagai host dan pembawa acara berbagai bentuk perhelatan yang digelar di tengah masyarakat utamanya Solo Raya.

Dalam waktu hampir setahun ini, namanya hampir terkubur bersama gemerlapnya panggung-panggung hiburan terutama musik untuk berbagai jenis hajadan yang digelar masyarakat. Karena bersama dirinya, juga nyaris ikut terkubur bersama para penyanyi dan musisi-musisi yang sering menghiasai panggung-panggung musik untuk berbagai resepsi, terutama perkawinan.

Dan dalam waktu hampir setahun itu, Mbolo MC lebih banyak bisa didapati di pasar ketika sedang berbelanja bahan untuk aneka jenis menu masakan yang akan dibuat. Setelah itu, ”master of ceremony” (MC) yang juga piawai melawak apalagi saat berpasangan dengan Eko Gudel itu, gampang dijumpai di Warung Masakan Jawa ”Ravika” yang bertengger di pinggir Jalan Samratulangi, Joho, Manahan, Banjarsari, tepat di depan rumah keluarga besar sang istri.

Tentu saja tidak mengenakan stelan kostun busana untuk show atau pamer elegansinya di depan para tamu atau publik penikmat panggung hiburan. Ketika masuk pasar atau membantu sang istri di warung, mengenakan pakaian keseharian atau yang memadai untuk kebutuhan berbelanja atau ikut menyajikan menu pesanan para pengunjung warungnya.

”Sudah….saya sudah ikhlas…. Sudah saya tata benar-benar hati dan pikiran saya. Sifat ego benar-benar saya kalahkan. Kerangka pikiran saya benar-benar sudah saya putar arah, berubah total. Mau dienyek (dicaci-Red) apapun silakan, saya terima. Saya enggak malu”. 

”Karena saya masih ingin hidup dan menghidupi keluarga seperti sewajarnya. Titik,” ungkap Mbolo yang tetap ceria, lancar berbicara kocak ”glenyengan” dan bikin yang mendengar tertawa, saat ngobrol dengan iMNews.id di sebuah angkring wedangan di kawasan Pajang, Laweyan, kemarin.    

JADI LANGGANAN AKTOR : Warung aneka masakan Jawa ”Ravika” yang dibanguan bersama sang istri di kawasan Manahan, adalah ”panggung” baru Mbolo MC yang justru jadi langganan makan aktor film Pong Hardjatmo. (foto : iMNews.id/dok)

Ditinggal Didi Kempot

Perubahan kerangka berfikir atau frame of mind atau mindset itu, diakuinya setelah menjalani empat bulan masa sulit sejak pemerintah menerapkan protokol kesehatan Covid 19. Panggung pertunjukan dan hajadan resepsi dilarang, tentu saja berbagai komponen pengisi panggung pertunjukan seperti MC dan lawak, jelas ikut terdampak.

Dari sebulan penuh keliling ke berbagai tempat naik panggung sebagai MC sekaligus pelawak, mulai Agustus 2020 benar-benar kosong tanpa job pentas. Terlebih, ketika The Godfather of Broken Heart, Lord Didi Kempot, mendahului pada 5 Mei 2020, banyak agenda show yang kemudian batal, karena batal pula mendapat rezeki. 

Dua tekanan berat menghujam dirinya sekaligus. Pertama karena pandemi Corona, kedua karena orang yang biasa mengajaknya show (Didi Kempot), mendahului meninggal. Agenda showpun, hampir semuanya tak bisa diwujudkan alias honor dari MC/melawak bersama Eko Gudel (adik Didi Kempot)-pun batal didapat.

Realitas seperti itu memang tidak hanya dihadapi mBolo MC, tetapi sangat banyak yang sama-sama merasakannya. Namun, tidak banyak yang cepat mengambil keputusan seperti Mbolo, yang cepat merubah mindset agar bisa bertahan lebih panjang, mengingat masa pandemi tidak bisa diprediksi kapan berakhirnya dan kapan profesi MC/pelawak boleh tampil leluasa lagi.

”Saya memang sempat merenung, tetapi tidak berlarut-larut. Intinya saya putuskan untuk segera mengambil sikap berubah. Tadinya ya sempat terlintas, mosok tadinya begitu gagah di panggung, kok mau ikut-ikutan ‘saba’ pasar dan membantu di warung”.

”Tetapi, itu semua bisa saya kalahkan ketika saya bertanya pada diri sendiri, siapa yang akan menjamin kebutuhan setiap harinya kalau tidak cepat berubah dan berbuat?. Itu dorongan paling kuat yang merubah saya,” papar anak ke 4 dari 7 bersaudara itu mengisahkan hijrahnya dari panggung menuju warung.

IKUT MEMAKSA : ”Raja Dangdut Jawa” Lord Didi Kempot yang meninggal 5 Juni 2020, ikut ”memaksa” Mbolo MC untuk meninggalkan panggung menuju warung kuliner yang kini digeluti bersama sang istri. (foto : iMNews.id/dok)

Contoh Bijak Inspiratif

Pengorbanan suami Wahyulina Budiarti dan bapak dua anak itu, bukan hanya pada kasus meninggalkan profesi lama yang serba gemerlap dan gampang mendapatkan uang banyak itu. Tetapi, selama mengikuti Sang Maestro Didi Kempot sebagai pengisi (melawak) maupun pemandu acara (MC) selama lebih 20 tahun hingga peristiwa 5/5/20 itu, ia juga telah mengorbankan dirinya tidak menjadi pencipta/penulis lagu sekaligus penyanyinya.

Menjadi mitrakerja Didi Kempot, jelas tidak mungkin (tidak etis) unjuk gigi dalam bidang yang sama, yaitu pencipta sekaligus penyanyi dangdut/pop Jawa. Ego dan keinginan dalam diri ini pula yang secara tidak langsung ikut dikalahkan Mbolo MC, selain kondisi permodalan yang tidak memungkinkan untuk melangkah ke arah itu.

Padahal, sudah ada belasan lagu berlirik Jawa yang bisa diaransemen pop Jawa, congdut atau dangdut Jawa yang berhasil ditulis. Semua karyanya termasuk tiga lagu unggulan yang berjudul “Ora Kudu nDuweni”, “Sesandingan” dan ”Konco Dewe”, sudah sempat dinyanyikan dan direkam sendiri dengan peralatan seadanya.

”Tapi sudahlah. Saya ikhlas merubah mindset dan penampilan serta kebiasaan saya. Ini demi keluarga. Siapa tahu, kelak bisa berlanjut lagi. Tapi yang jelas, sekarang saya merasa nyaman dan senang walau hanya membantu istri, belanja ke pasar dan melayani di warung. Wong hanya dari jam 05.30 sampai 07.30 kok. Karena, hampir semua menu sudah ludes dalam dua jam itu,” tunjuk Mbolo. 

Apa yang dilakukan Mbolo, jelas merupakan contoh yang baik dan inspiratif. Contoh bijak bagi khalayak luas terutama para pekerja seni, agar bisa menginstal dirinya seluwes mungkin untuk menghadapi berbagai situasi, yang terburuk sekalipun. Karena, begitu pandemi lewat dan norma kehidupan baru terbentuk, pasti akan datang pola adaptif baru dalam berprofesi, termasuk bagi MC dan pelawak. (Won Poerwono)