Disambut Hujan Deras Setiba di Makam Kyai Hasan Besari Astana Pajimatan Tegalsari
PONOROGO, iMNews.id – Safari “Tour de Makam” rombongan Bebadan Kabinet 2004 yang dipimpin Gusti Moeng di agenda ke-4 untuk Nyadran di bulan “Ruwah”, yaitu di wilayah Kabupaten Ponorogo (Jatim) yang dilakukan sepanjang hari, Minggu (25/2), hari ini. Tetapi, hanya kompleks makam Bathara Katong dan Kyai Ageng Muhammad Besari yang bisa disinggahi, di antara 4 titik lokasi.
“Ini pas hujannya masih banyak, jadi cukup nyadran di makam Eyang Bathara Katong dan makam Kyai Ageng Muhammad Besari saja. Lainnya, nanti urusan (dalem) saja yang sowan ke sana. Nanti keburu hujan,” ujar Gusti Moeng berbincang dengan KRRA MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo) dan rombongan, saat berjalan di halaman kompleks makam, pagi tadi.
![](https://imnews.id/wp-content/uploads/2024/02/25bnyadran2-won-slo.jpg)
Ada rombongan dari Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta yang menggunakan beberapa minibus, yang semuanya berisi sekitar 30-an orang, tiba di kompleks makam Bupati Ponorogo pertama, Bathara Katong, di Astana Pajimatan Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, sekitar pukul 10.00 WIB.
Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa sekaligus Pangarsa Lembaga Dewan Adat, yang memimpin rombongan “Tour de Makam” dalam rangka “Nyadran” atau “Ruwahan”, yang di dalamnya ada GKR Ayu Koes Indriyah dan KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Pakasa Punjer) serta para sentana-dalem dan sentana garap.
![](https://imnews.id/wp-content/uploads/2024/02/25bnyadran3-won-slo.jpg)
Setiba di titik lokasi pertama yang dituju rombongan “Tour de Makam”, disambut warga Pakasa Cabang Ponorogo cukup banyak, terutama KRRA MN Gendut Wreksodiningrat selaku ketuanya beserta istri. Sambil menunggu rombongan Gusti Moeng dan Gusti Ayu datang belakangan, KRT Ahmad Faruq Reksobudoyo menyempatkan diri berbincang-bincang dengan iMNews.id di kompleks makam.
Begitu rombongan Gusti Moeng tiba, langsung diantar memasuki kompleks makam yang sudah banyak peziarah dari warga setempat dan daerah-daerah sekitar, karena waktunya memang sudah memasuki musim “Nyadran” atau “Ruwahan”. Tiba di cungkup makam Bathara Katong, doa dan tahlil segera dimulai yang dipimpin abdi-dalem juru-kunci makam, MNg Suradi Reksopustoko.
![](https://imnews.id/wp-content/uploads/2024/02/25bnyadran4-won-slo.jpg)
Selesai doa dan tahlil, Gusti Moeng mengawali masuk ke cungkup makam dan menyematkan “sangsangan” bunga dan meletakkan segenggam bunga di atas pusara Bupati Ponorogo pertama di zaman Kraton Demak (abad 15) itu. Setelah pusara Bathara Katong, pusara beberapa tokoh juga “disekar” Gusti Moeng, yang diikuti anggota rombongan lain secara bergiliran.
“Mengapa cungkup makam terutama bangunan pendapa-nya semua hampir sama, hanya separo tinggi badan manusia? Itu bukan karena permukaan tanah di dalam dan di luar diurug. Tetapi sengaja dibuat rendah, agar yang sowan ziarah membungkuk. Secara alamiah, itu mengajarkan rasa hormat, sikap sumuyut,” ujar KRT Ahmad Faruq Reksobudoyo menjawab pertanyaan iMNews.id, siang tadi.
![](https://imnews.id/wp-content/uploads/2024/02/25bnyadran5-won-slo.jpg)
Di sela-sela mendampingi Gusti Moeng dan rombongan, KRRA MN Gendut Wreksodiningrat sempat menunjukkan makam RT Surabrata, seorang pejabat Bupati Ponorogo pada zaman Sinuhun PB II, dan menjelang “boyong kedhaton” memindah Ibu Kota negara Mataram dari Kartasura ke Surakarta. Bupati itulah yang menghadiahi Sinuhun sepasang “mahesa” seperti kini banyak dimiliki kraton.
Selesai dari makam Bathara Katong, rombongan Gusti Moeng meluncur ke makam Kyai Ageng Muhammad Besari, guru spiritual Sinuhun PB II. Rombongan disambut hujan deras sekali lebih dari 15 menit, hingga tampias dan airnya meluber di beberapa titik atap. Saat itu, para peziarah dalam jumlah banyak silih-berganti datang, hingga parkir penuh dan jalan menuju makam macet. (won-i1).